PENINGKATAN EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN REFLEKTOR PARABOLA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

KOMPARASI ENERGI SURYA DENGAN LAMPU HALOGEN TERHADAP EFISIENSI MODUL PHOTOVOLTAIC TIPE MULTICRYSTALLINE

PENGUJIAN SUDUT KEMIRINGAN OPTIMAL PHOTOVOLTAIC DI WILAYAH PURWOKERTO HALAMAN JUDUL

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

PENGARUH SERAPAN SINAR MATAHARI OLEH KACA FILM TERHADAP DAYA KELUARAN PLAT SEL SURYA

PEMAKSIMALAN DAYA KELUARAN SEL SURYA MENGGUNAKAN LENSA CEMBUNG

Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Sel Solar pada Mono- Crystalline Silikon Sel Solar. Abstract

ANALISIS PERBANDINGAN OUTPUT DAYA LISTRIK PANEL SURYA SISTEM TRACKING DENGAN SOLAR REFLECTOR

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA

UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2

PENINGKATAN SUHU MODUL DAN DAYA KELUARAN PANEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN REFLEKTOR

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Available online at Website

PERANCANGAN ALAT PENYEMPROT HAMA TANAMAN TIPE KNAPSACK BERBASIS SOLAR PANEL 20 WP

SKRIPSI PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN CERMIN TERPUSAT PADA BERBAGAI VARIASI SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PENGARUH PENAMBAHAN REFLEKTOR (CERMIN DATAR) TERHADAP KELUARAN DAYA POLYCRYSTALLINE

Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.

STUDI ORIENTASI PEMASANGAN PANEL SURYA POLY CRYSTALLINE SILICON DI AREA UNIVERSITAS RIAU DENGAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

EFISIENSI PANEL SURYA UNTUK CATU DAYA LAMPU JALAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA PALEMBANG

KONVERSI ENERGI CAHAYA MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN DIODA SILIKON 6A10 MIC. Retno Wulandari*, Maksi Ginting, Antonius Surbakti

Muchammad, Eflita Yohana, Budi Heriyanto. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Phone: , FAX: ,

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

Hari Agus Sujono a), Riny Sulistyowati a), Agus Budi Rianto a)

Rancang Bangun Reflektor Surya Untuk Meningkatkan Efisiensi Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya 60 Watt

Analisis Sistem Fotovoltaik Menggunakan Respon Dinamika Induksi pada Lilitan Kawat Tembaga

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

DAYA KELUARAN PANEL SURYA SILIKON POLI KRISTALIN PADA CUACA NORMAL DAN CUACA BERASAP DENGAN SUSUNAN ARRAY PARALEL

BAB II Tinjauan Pustaka. yang dipancarkan ke permukaan bumi terhadap lapisan atmosfer diestimasikan sekitar 342

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL

Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEL SURYA DENGAN MEMANFAATKAN PARABOLA SEBAGAI KONSENTRATOR

Kata kunci : Arsitektur Bali, Panel surya, rangkaian seri, rangkaian paralel.

LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI. Tugas Projek Fisika Lingkungan. Drs. Agus Danawan, M. Si. M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENINGKATAN TEMPERATUR PERMUKAAN SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin

Simulasi Maximum Power Point Tracking pada Panel Surya Menggunakan Simulink MATLAB

BAB II SEL SURYA. Simulator algoritma..., Wibeng Diputra, FT UI., 2008.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

Tenaga Surya sebagai Sumber Energi. Oleh: DR. Hartono Siswono

Perancangan dan Realisasi Kebutuhan Kapasitas Baterai untuk Beban Pompa Air 125 Watt Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

PENGARUH KEBERSIHAN MODUL SURYA TERHADAP UNJUK KERJA PLTS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Kurva I(V) Normal Light dan Dark Current Modul PV Untuk Menentukan Unjuk Kerja Solar Sel

PENGUJIAN PANEL FOTOVOLTAIK DENGAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

UNIVERSITAS DIPONEGORO UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: X Yogyakarta, 15 November2014

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. HALAMAN MOTO...

Physical Aspects of Solar Cell Efficiency Light With Too Little Or Too Much Energy

ENERGY SUPPLY SOLAR CELL PADA SISTEM PENGENDALI PORTAL PARKIR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN LAPISAN AIR PENDINGIN TERHADAP DAYA KELUARAN MODUL PHOTOVOLTAIC MONOCRYSTALLINE

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

PENGUJIAN SISTEM SIRKULASI AIR UNTUK TANAMAN HIDROPONIK MENGGUNAKAN LISTRIK DARI PANEL SURYA

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

Solar Energy Conversion Technologies

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

PERANCANGAN SET UP KARAKTERISASI PANEL SURYA

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENAMBAHAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA MATAHARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perbaikan Variabel Step Size MPPT pada Aplikasi Panel Surya untuk Perubahan Iradiasi Matahari yang Cepat

ANALISA EFISIENSI MODUL SURYA 50 WATT PEAK PADA RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SEBAGAI ENERGI CADANGAN LAPORAN AKHIR

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2.

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

PERENCANAAN PERKAMPUNGAN SURYA (SOLAR RURAL) 20 kwp SISTEM SENTRALISASI DI KABUPATEN BENGKALIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN PENAMBAHAN SUDUT REFLEKTOR 50, 60, 70, DAN 80 DERAJAT TUGAS AKHIR

SISTEM PELACAK ENERGI SURYA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

SKRIPSI PERBANDINGAN PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN TERPUSAT DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN

Rancang Bangun Sistem Kontrol Panel Surya Dua Dimensi Berbasis Arduino

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

BAB I PENDAHULUAN. Minyak, gas serta batu bara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA

Transkripsi:

PENINGKATAN EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN REFLEKTOR PARABOLA Sanni Ilyas & Ishak Kasim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri, Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat E-mail : sanni.ilyas@gmail.com, ishak@trisakti.ac.id ABSTRACT This paper present the result of reserch on improving the solar power plant efficiency using two parabolic reflectors. The designed parabolic reflectors are asymmetrical concentrators placed on a horizontal surface so that radiation from each angle can be collected. Two monocrystalline solar modules, each with 0.639 m length and 0.294 m width are used, which can produce 20.124 W maximum power, 1.3 A short circuit current, and 21.2 V open circuit voltage on 1000 W/m 2 solar irradiation and 25 C temperature. The solar module itself has 10.71% efficiency which is used as the reference efficiency. A solar module with parabolic reflectors can produce 11.13% average efficiency or 1.039 times higher than the reference efficiency. The whole system with two solar modules and parabolic reflectors can produce 13.111 W maximum power and 11.92% highest efficiency or 1.113 times higher than the reference efficiency. Keywords: parabolic reflectors, photovoltaics, efficiency ABSTRAK Makalah ini merupakan hasil penelitian tentang peningkatan efisiensi pembangkit listrik tenaga surya dengan reflektor parabola. Reflektor parabola yang dirancang berupa konsentrator asimetris yang ditempatkan pada permukaan horizontal agar radiasi dari setiap sudut dapat dikumpulkan. Dua modul surya yang digunakan dari jenis monokristal masing-masing berukuran panjang 0,639 m dan lebar 0,294 m dapat menghasilkan daya maksimum 20,124 W, arus hubung singkat 1,3 A, dan tegangan terbuka 21,2 V pada iradiasi matahari 1000 W/m 2 dan temperatur 25 C. Modul surya sendiri memiliki efisiensi referensi sebesar 10,71 %. Satu modul surya dengan reflektor parabola dapat menghasilkan efisiensi rata-rata 11,13 % atau 1,039 kali lebih tinggi dibandingkan efisiensi referensi. Keseluruhan sistem pembangkit dengan dua modul surya dan reflektor parabola dapat menghasilkan daya maksimum 13,111 W dan efisiensi tertinggi sebesar 11,92 % atau 1,113 kali lebih tinggi dibandingkan efisiensi referensi. Kata kunci : reflektor parabola, modul surya, efisiensi

1. PENDAHULUAN Indonesia terletak di garis khatulistiwa, sehingga mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4,8 kwh/m 2 per hari di seluruh wilayahnya. Energi matahari diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan sel surya. Efisiensi energi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik yang dihasilkan terhadap daya input yang diterima. Efisiensi yang rendah berpengaruh pada daya listrik output modul surya. Daya output modul surya perlu ditingkatkan agar efisiensinya meningkat juga. Reflektor yang digunakan berbentuk parabola agar diperoleh efisiensi maksimum. Reflektor tersebut seperti cermin konkaf atau cekung yang sifatnya bergantung pada banyaknya titik lengkungan. Reflektor parabola yang digunakan merupakan sistem konsentrator asimetris yang ditempatkan pada permukaan horizontal, agar radiasi dari setiap sudut dapat dikumpulkan [1], [2]. Dua modul surya menerima cahaya dari masing-masing bidang konsentrator atau reflektor parabola seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7. Kemiringan bidang reflektor parabola dapat diatur agar energi surya yang diterima oleh permukaan modul surya maksimal sehingga daya listrik output yang dihasilkan meningkat. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modul Surya Konversi energi matahari menjadi listrik berlangsung pada perangkat semikonduktor yang disebut sel surya. Sel surya adalah unit yang memberikan sejumlah tenaga listrik dalam bentuk tegangan dan arus [3]. Ketika sambungan semikonduktor terkena cahaya matahari, elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari semikonduktor n, daerah deplesi, maupun semikonduktor p, yang diperlihatkan pada Gambar 1. Terlepasnya elektron ini meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron. Peristiwa ini disebut fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration) yakni terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari. 68

Sanni Ilyas dkk. Peningkatan Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya... Cahaya matahari dengan panjang gelombang (λ) yang berbeda menyebabkan fotogenerasi terjadi pada bagian sambungan pn yang berbeda pula. Spektrum merah cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang lebih panjang mampu menembus daerah deplesi hingga terserap di semikonduktor p yang menghasilkan proses fotogenerasi pada bagian tersebut. Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktor n. Apabila kabel dihubungkan pada kedua ujung semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel. Pada Gambar 2 diperlihatkan jika kabel dihubungkan dengan sebuah lampu kecil maka lampu tersebut menyala karena terdapat aliran arus listrik yang timbul akibat pergerakan elektron. Gambar 1 Sambungan Semikonduktor Ditembus Cahaya Matahari Gambar 2 Sambungan Semikonduktor Dihubungkan dengan Lampu 69

2.2 Penjejak Matahari Rotasi dan orbit bumi mengelilingi matahari menyebabkan posisi matahari di langit berubah-ubah dari waktu ke waktu. Koordinat yang sering digunakan dalam astronomi menggunakan ekuinoks musim semi sebagai titik acuan. Bidang orbit bumi mengelilingi matahari, ekliptika, memiliki sudut yang disebut kemiringan dari ekuator. Dari sudut pandang pengamat di bumi, matahari bergerak dalam bidang ekliptika yang diperlihatkan pada Gambar 3. Sudut kemiringan ini berubah terus menerus. Setelah berabad-abad, saat ini sudut kemiringannya adalah 23,44. Kemiringan inilah yang menyebabkan terjadinya empat musim. Pada ekuinoks musim semi, lintasan matahari memotong ekuator langit, menuju utara. Pada titik balik matahari musim panas, lintasan matahari mencapai titik paling utara, yaitu sekitar 23,44 di atas ekuator langit. Gambar 3 Musim-Musim dan Kemiringan Ekuator 2.3 Efisiensi Optik McMahon dan von Roedern melakukan pengukuran kurva tegangan-arus pada sel surya film tipis (thin film) yang disinari dengan laser. Arus hubung singkat yang dihasilkan sel surya tidak dipengaruhi oleh distribusi cahaya pada sel sepanjang garis cahaya tidak terlalu sempit (<1 mm). Karena divergensi dari sinar laser 0,28 dan presisi, garis cahaya memiliki lebar 1 cm pada konsentrasi maksimum. Hal ini menyebabkan arus hubung singkat tidak dipengaruhi oleh 70

Sanni Ilyas dkk. Peningkatan Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya... distribusi cahaya [4]. Menurut Wenham dkk., arus hubung singkat meningkat dengan suhu sekitar 0,06%/K. Mengingat kesalahan lainnya dalam pengukuran, peningkatan ini dapat diabaikan [5]. Pada suhu konstan arus hubung singkat dari modul surya dalam sistem terkonsentrasi hanya bergantung pada radiasi konsentrator dan hanya ditentukan oleh efisiensi optik konsentrator. Pengukuran arus hubung singkat sebagai fungsi dari sudut jatuh dapat digunakan untuk menentukan efisiensi optik dari sistem konsentrator jika dibandingkan dengan arus hubung singkat dari modul referensi. Seperti dapat dilihat pada Gambar 4, sumbu dipasang pada titik fokus dua cermin parabola. Konsentrator diputar di sekitar sumbu dengan matahari berada pada bidang meridian yang tetap. Pengukuran dilakukan pada berbagai sudut melintang. Gambar 4 Konsentrator Optik Efisiensi sel sebanding dengan faktor pengisian (fill factor atau FF), yang dihitung pada daya maksimum. Faktor pengisian tinggi berarti efisiensi tinggi. Faktor pengisian dihitung menurut Persamaan (1) dengan I SC adalah arus hubung singkat (A), V OC adalah tegangan rangkaian terbuka (V) dan P max adalah daya maksimum (W). FF= P max I SC V OC (1) 71

Energi yang diterima oleh alat pengubah energi disebut masukan (input) dan hasil perubahan energi dalam bentuk yang diharapkan disebut keluaran (output). Efisiensi didefinisikan sebagai hasil bagi keluaran dan masukan dikali seratus persen dan secara matematis ditulis dengan Persamaan (2). η FV = P out P in x100% = P max!! (2) dengan η FV efisiensi modul surya, P out daya output (W), P in daya input (W), G iradiasi matahari (W/m 2 ), A luas permukaan (m 2 ). 3. METODE PENELITIAN 3.1 Perancangan Sistem Modul surya yang digunakan berjenis monokristal dengan panjang 0,639 m dan lebar 0,294 m atau luas permukaan 0,187 m 2. Modul surya dapat menghasilkan daya maksimum 20,124 W, arus hubung singkat 1,3 A, dan tegangan terbuka 21,2 V pada iradiasi matahari 1000 W/m 2. Sistem pembangkit tenaga surya yang dirancang diperlihatkan pada Gambar 5-7. Pada Gambar 5 diperlihatkan kaki konsentrator yang dapat digeser agar posisi konsentrator dapat disesuaikan dengan posisi matahari. Posisi matahari yang selalu berubah mempengaruhi sudut azimut kaki konsentrator. Kaki konsentrator mempunyai lebar badan 0,395 m dan panjang 0,615 m. Pada Gambar 6 diperlihatkan rangka konsentrator dengan lebar 0,645 m dan diameter 1,20 m. Modul surya diletakkan pada bagian tengah konsentrator dengan jarak antara kedua sel surya sebesar 18 cm. Kedua modul surya menerima cahaya dari masing-masing bidang konsentrator atau reflektor parabola. Kemiringan bidang konsentrator atau reflektor parabola dapat diatur agar energi surya yang diterima oleh permukaan modul surya maksimal sehingga daya listrik output yang dihasilkan meningkat. Pada Gambar 7 diperlihatkan keseluruhan sistem pembangkit tenaga surya dua sisi dengan reflektor parabola yang dirancang. 72

Sanni Ilyas dkk. Peningkatan Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya... *satuan mm Gambar 5 Kaki Konsentrator *satuan mm Gambar 6 Rangka Konsentrator Gambar 7 Pembangkit Tenaga Surya Dua Sisi dengan Reflektor Parabola 73

3.2 Pengujian Sistem Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi intensitas cahaya matahari atau iradiasi (G), arus hubung singkat (I SC ), tegangan rangkaian terbuka (V OC ), temperatur modul surya (T), dan kondisi cuaca (cerah, mendung, gerimis). Pengamatan dilakukan pada Lantai 9 (atap) Gedung E Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia yang terletak pada koordinat -6,1679556 LS dan 106,7914894 BT. Skema pengujian sistem pada kondisi tanpa beban diperlihatkan pada Gambar 8. Modul surya FV1 dan FV2 dihubungkan paralel terhadap terminal Solar Charge Control (SCC). Saklar dipasang di antara modul surya FV1 dan FV2. Pengujian dilakukan untuk masing-masing modul FV1 dan FV2 serta kedua modul FV1&FV2 secara bersamaan. Multimeter digunakan untuk mengukur tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh modul surya. Fotovoltaik FV1 1 Fotovoltaik FV2 2 Solar Charge Control + - + - + - + - + - saklar Multimeter 1 Multimeter 2 V Ω A F V Ω A F Gambar 8 Skema Pengujian Tanpa beban 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian bertujuan untuk membuktikan apakah sistem dapat berfungsi sesuai dengan teori yang dibahas sebelumnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah reflektor parabola dapat meningkatkan daya output pembangkit. 74

Sanni Ilyas dkk. Peningkatan Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya... Pada Gambar 9 dan Tabel 1 diperlihatkan hasil eksekusi software Sunearthtool pada tanggal 19 Mei 2016 yang menunjukkan posisi matahari (elevasi dan azimut) pada lokasi dan waktu pengamatan maupun posisi matahari sepanjang tahun. Selain itu juga diperlihatkan skala intensitas cahaya matahari setiap jam dalam satu hari penuh. Gambar 9 Hasil Eksekusi software Sunearthtool pada Tanggal 19 Mei 2016 Pada Tabel 2 diperlihatkan data hasil pengujian modul surya yang dilakukan pada Tanggal 19 Mei 2016. Pengukuran dilakukan pada pukul 10.00 sampai dengan 16.00 dengan interval waktu 30 menit. Hasil pengukuran pada Tabel 2 selanjutnya digunakan untuk menghitung daya output dan efisiensi sistem modul surya dengan reflektor parabola yang hasilnya diperlihatkan pada Tabel 3. 75

Tabel 1 Data Elevasi dan Azimut dari Software Sunearthtool Tanggal 19/05/2016 GMT7 Koordinat -6.1679556, 106.7914894 Lokasi Jl. Kyai Tapa No.101, Tomang, Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia Jam Elevasi Azimuth Jam Elevasi Azimuth 6:54:40-0,833 70,17 13:00:00 63,84 354,31 7:00:00 0,41 70,03 13:30:00 62,11 339,22 7:30:00 7,39 69,04 14:00:00 58,7 326,69 8:00:00 14,33 67,7 14:30:00 54,07 317,04 8:30:00 21,18 65,94 15:00:00 48,64 309,82 9:00:00 27,93 63,68 15:30:00 42,68 304,4 9:30:00 34,53 60,76 16:00:00 36,38 300,3 10:00:00 40,91 56,96 16:30:00 29,84 297,16 10:30:00 46,98 51,96 17:00:00 23,13 294,73 11:00:00 52,59 45,31 17:30:00 16,3 292,85 11:30:00 57,48 36,42 18:00:00 9,39 291,41 12:00:00 61,29 24,73 18:30:00 2,42 290,33 12:30:00 63,54 10,25 18:43:57-0,833 289,94 Jam Tabel 2 Data Pengujian Modul Surya pada Tanggal 19 Mei 2016 T ( C) G (W/m²) FV1 FV2 FV1&FV2 V OC (V) I SC (A) V OC (V) I SC (A) V OC (V) I SC (A) 10:00 35 266 17,95 0,291 17,21 0,296 17,92 0,651 10:30 33 234 17,11 0,288 17,29 0,284 17,32 0,594 11:00 35 215 17,83 0,224 17,89 0,223 17,82 0,538 11:30 34 184 17,78 0,185 16,93 0,252 18,53 0,416 12:00 38 222 16,15 0,297 19,73 0,249 18,24 0,541 12:30 37 212 17,51 0,254 19,56 0,233 19,27 0,486 13:00 38 239 17,92 0,282 17,86 0,271 17,75 0,603 13:30 39 294 18,67 0,323 19,68 0,285 18,44 0,711 14:00 38 269 18,35 0,316 19,07 0,282 17,45 0,684 14:30 37 283 18,27 0,312 18,08 0,346 17,73 0,683 15:00 36 282 19,28 0,297 18,27 0,322 18,25 0,691 15:30 38 293 18,23 0,347 19,05 0,343 18,76 0,696 16:00 38 310 18,93 0,352 18,37 0,368 18,83 0,658 Modul surya FV1 memiliki daya rata-rata (P FVavr1 ) 5,229 W dan efisiensi rata-rata (η FVavr1 ) 10,91 %. Jika dibandingkan dengan efisiensi modul surya referensi (η FV ) sebesar 10,71 % maka diperoleh peningkatan efisiensi sebesar 1,0186 kali. 76

Sanni Ilyas dkk. Peningkatan Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya... Modul surya FV2 memiliki daya rata-rata (P FVavr2 ) 5,307 W dan efisiensi rata-rata (η FVavr2 ) 11,13 %. Jika dibandingkan dengan efisiensi modul surya referensi (η FV ) sebesar 10,71 % maka diperoleh peningkatan efisiensi sebesar 1,039 kali. Pada pengujian kedua modul surya bersama-sama (FV1&FV2) diperoleh daya rata-rata (P FVavr12 ) 11,108 W dan efisiensi rata-rata (η FVavr12 ) 11,64 %. Jika dibandingkan dengan efisiensi modul surya referensi (η FV ) sebesar 10,71 % maka terjadi peningkatan sebesar 1,086 kali. Tabel 3 Daya dan Efisiensi Modul Surya Tanpa Beban pada Tanggal 19 Mei 2016 Jam P F1 (W) η FV1(%) P F2 (W) η FV2(%) P F1&FV2 (W) η FV1&FV2(%) 10:00 5,223 10,45 5,094 10,19 11,666 11,67 10:30 4,928 11,21 4,910 11,17 10,288 11,70 11:00 3,994 9,89 3,989 9,88 9,587 11,87 11:30 3,289 9,52 4,266 12,34 7,708 11,15 12:00 4,797 11,50 4,913 11,78 9,868 11,83 12:30 4,448 11,17 4,557 11,44 9,365 11,76 13:00 5,053 11,25 4,840 10,78 10,703 11,92 13:30 6,030 10,92 5,609 10,15 13,111 11,87 14:00 5,799 11,47 5,378 10,64 11,936 11,81 14:30 5,700 10,72 6,256 11,77 12,110 11,39 15:00 5,726 10,81 5,883 11,10 12,611 11,90 15:30 6,326 11,49 6,534 11,87 13,057 11,86 16:00 6,663 11,44 6,760 11,61 12,390 10,64 Rata-rata 5,229 10,911 5,307 11,133 11,108 11,643 Pada Gambar 10 diperlihatkan daya yang dihasilkan modul surya FV1, FV2, dan FV1&FV2 pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 16.00. Nilai daya tertinggi diperoleh pada pengukuran FV1&FV2 yang terjadi pada pukul 13.30 sebesar 13,111 W. Pada pukul 13.30, daya pada FV1 sebesar 6,030 W dan FV2 sebesar 5,609 W dengan jumlah total daya sebesar 11,639 W. Terdapat perbedaan daya sebesar 1,472 W yang disebabkan perubahan iradiasi matahari selama beberapa detik pada saat pengamatan sehingga nilai tegangan dan arus yang dihasilkan juga berubah. 77

15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 DAYA OUTPUT (W) FV1 & FV2 FV2 FV1 JAM Gambar 10 Daya yang Dihasilkan Modul Surya pada Pengujian Tanpa Beban Nilai daya terendah pada pengukuran FV1&FV2 terjadi pada pukul 11.30 sebesar 7,708 W. Pada pukul 11.30, daya pada FV1 sebesar 3,289 W dan pada FV2 sebesar 4,266 W dengan jumlah total daya 7,555 W. Perbedaan daya sebesar 0,153 W disebabkan meningkatnya iradiasi matahari pada saat pengukuran FV1&FV2 sehingga nilai tersebut mempengaruhi tegangan dan arus yang dihasilkan modul surya. Hasil perhitungan efisiensi modul surya diperlihatkan pada Gambar 11. Nilai efisiensi tertinggi pada pengujian tanpa beban terjadi pada pukul 13.00 sebesar 11,92 %. Pada pukul 13.00, efisiensi FV1 sebesar 11,25 % dan FV2 sebesar 10,78 % dengan efisiensi rata-rata 11,05 %. Hasil perhitungan efisiensi rata-rata FV1 dan FV2 lebih kecil dari efisiensi FV1&FV2 secara bersamaan. Efisiensi FV1&FV2 terendah terjadi pada pukul 16.00 sebesar 10,64 %. Efisiensi FV1 sebesar 11,4 % dan FV2 sebesar 11,6 % dengan efisiensi rata-rata 11,5 %. Terdapat perbedaan efisiensi yang disebabkan pengukuran daya FV1&FV2 menurun dibandingkan saat pengukuran daya FV1 dan FV2 dilakukan terpisah. 78

Sanni Ilyas dkk. Peningkatan Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya... 15 14 13 12 11 Η (%) 10 9 8 7 6 5 FV1 FV2 FV1&FV2 JAM Gambar 11 Efisiensi Modul Surya pada Pengujian Tanpa Beban 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yang diuraikan di bawah ini. 1. Efisiensi modul surya akan meningkat apabila iradiasi matahari yang memasuki permukaan modul surya lebih besar. 2. Satu modul surya (FV2) dengan reflektor parabola dapat menghasilkan efisiensi rata-rata 11,13 % atau 1,039 kali lebih tinggi dibandingkan efisiensi tanpa reflektor yang besarnya 10,71 %. 3. Pembangkit dengan dua modul surya dan reflektor parabola dapat menghasilkan daya maksimum 13,111 W pada pukul 13.30. Daya rata-rata yang dihasilkan adalah 11,108 W. 4. Pembangkit dengan dua modul surya dan reflektor parabola dapat menghasilkan efisiensi tertinggi sebesar 11,92 % pada pukul 13.00. Efisiensi rata-rata sistem adalah 11,64%. 79

DAFTAR PUSTAKA [1] Francesco Calise, Laura Vanoli. Parabolic Trough Photovoltaic/Thermal Collectors: Design and Simulation Model. Energies, Vol. 5, hlm. 4186-4208, 2012. [2] Johan Nilsson. Optical Design and Characterization of Solar Concentrators for Photovoltaics. Tesis. Lund University, Sweden, 2005. [3] Olindo Isabella, Arno Smets, Klaus Jäger, Miro Zeman, René van Swaaij. Solar Energy: The Physics and Engineering of Photovoltaic Conversion, Technologies and Systems. Cambridge: UIT Cambridge, 2016. [4] T.J. McMahon, B. von Roedern. Effect of Light Intensity on Current Collection in Thin-Film Solar Cells. 26th IEEE Photovoltaic Specialists Conference, 1997. [5] Stuart R. Wenham, Martin A. Green, Muriel E. Watt, Richard Corkish. Applied Photovoltaics. London: Earthscan, 2007. 80