Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian Fiskal adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. data tahunan dari periode yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB III. Metode Penelitian

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut menggunakan rasio keuangan. Antara lain untuk kinerja keuangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. pendapatan perkapita antar provinsi. Hal ini ditunjukkan oleh tanda dan tingkat signifikansi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sasaran penelitian ini berkaitan dengan obyek yang akan ditulis, maka

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Analisis 3.1.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan memberikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diteliti. 3.1.2 Analisis Rasio Kemandirian Fiskal Pada teori Pengelolaan Keuangan Daerah di bab sebelumnya telah dijelaskan bagaimana anggaran keuangan yang dimiliki oleh suatu daerah. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui kinerja keuangannya yang salah satunya adalah rasio keuangan daerah. Hasil dari analisis rasio keuangan daerah salah satunya adalah untuk menilai kemandirian fiskal yang dimiliki daerah tersebut, apakah mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi dengan pemerintah pusat. Rasio Kemandirian Fiskal ini menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain (pihak ekstern) antara lain: Bagi hasil pajak, Bagi hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Pinjaman (Halim, 2007). Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian Fiskal adalah: Rasio kemandirian = PendapatanAsliDaerah x 100 % (3.1) Sumber Pendapatan daripihak Ekstern Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah dan

demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Tabel 4 Pola Hubungan Tingkat Kemampuan Daerah Kemampuan Keuangan Kemandirian (%) Pola hubungan Rendah sekali 0-25 Instruktif Rendah 25-50 Konsultatif Sedang 50-75 Partisipatif Tinggi 75-100 Delegatif Sumber : Halim (2007) Selain Rasio Kemandirian Fiskal, dalam mengukur kinerja keuangan daerah menurut Musgrave dan Peggy (1990) dapat menggunakan derajat desentralisasi fiscal, yaitu kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan. Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : DDF = Keterangan : PADt x 100 % (3.2) TPD t DDF : Derajat Desentralisasi Fiskal (%) PAD t : Total PAD Tahun t (Rupiah) TPD t : Total Penerimaan Daerah Tahun t (Rupiah) 3.1.3 Analisis Data Panel Model yang digunakan untuk menganalisis peranan investasi pemerintah dalam perekonomian kawasan timur Indonesia merupakan pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas. Alasan pemilihan fungsi produksi Cobb-Douglas berkaitan dengan kelebihannya yaitu: penyelesaiannya relatif mudah (mudah untuk ditransfer dalam bentuk linier), koefisien hasil estimasi merupakan elastisitas, dan penjumlahan dari elastisitas tersebut menunjukkan besarnya return

to scale, serta fungsi produksi ini telah banyak digunakan dalam penelitianpenelitian untuk mengestimasi output potensial suatu wilayah (Verbeek, 2001). Formula umum fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu sebagai berikut: Y it = A it K it α L it β (3.3) Dalam penelitian ini, awal pemikirannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Aschauer (1989) mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah yang ternyata memiliki hubungan yang positif dengan investasi pemerintah, salah satu bagian penting dalam pengeluaran pemerintah. Kemudian Aschauer dan Lachler (1998) meneruskan penelitiannya khusus tentang investasi yang dilakukan oleh pemerintah (public investment) dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menghasilkan bahwa ternyata investasi pemerintah dan swasta mempunyai suatu hubungan, yaitu terjadinya crowding out. Penelitian Aschauer dan Lachler (1998) disempurnakan oleh Hatano (2010), membuktikan bahwa investasi pemerintah dapat berdampak negatif terhadap investasi swasta dalam jangka pendek dan terjadi crowding out, namun sebaliknya jika terjadi dalam jangka waktu panjang. Model persamaan Hatano digunakan sebagai model dasar (baseline model) yaitu Y it = A IP it α IS it β TK it δ (3.4) Dimana: Y adalah output, A adalah total factor productivity, IP adalah investasi pemerintah, IS adalah investasi swasta, dan TK adalah tenaga kerja. Sedangkan untuk i adalah indeks provinsi dan t adalah indeks waktu. Dengan teori pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang maka suatu daerah akan lebih meningkatkan perekonomiannya jika memiliki spesialisasi guna memproduksi komoditi yang harganya relatif murah, sehingga dapat bersaing di pasar domestik dan pasar internasional. Juga dengan kemampuan daerah tersebut dalam membangun daerahnya, ini didekati dengan melihat penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah yaitu salah satu sumbernya adalah melalui penerimaan pajak daerah. Penelitian yang terbaru yaitu Buckner dan Tuladhar (2010) memasukkan komponen keterbukaan dalam perdagangan yaitu ekspor dan impor dan penerimaan pajak, menjadi :

Z it Z 1 u (3.5) i it t it dimana Z adalah fungsi dari PDB, pengeluaran pemerintah dalam hal ini merupakan pendekatan investasi pemerintah, penerimaan pajak, investasi swasta, tenaga kerja dan ekspor. Modifikasi dari penelitian Bruckner dan Tuladhar (2010) pada persamaan (3.5) diperlukan mengingat ketersediaan data dari seluruh variabel yang ada dalam penelitian tersebut tersedia di seluruh provinsi Indonesia khususnya wilayah timur. Alasan lain adalah adanya penambahan variabel baru yang ingin diteliti. Maka model empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (semua variabel dalam bentuk logaritma natural): Y it = α it + β 1 ln PAD it + β 2 ln IP it + β 3 ln IS it + β 4 ln TK it + β 5 (X-M) it + β 6 Y it-1 + ε it (3.6) dimana: Y it Y it-1 PAD it IP it IS it (X-M) it TK it ε it subskrip i : pertumbuhan ekonomi provinsi ke-i periode ke-t : lag pertumbuhan ekonomi provinsi ke-i periode ke-t : pendapatan asli provinsi ke-i periode ke-t : investasi pemerintah provinsi ke-i periode ke-t : investasi swasta provinsi ke-i periode ke-t : keterbukaan perdagangan provinsi ke-i periode ke-t : tenaga kerja yang ada di provinsi ke-i periode ke-t : error term : provinsi di wilayah timur Indonesia (12 provinsi) subskrip t : periode/waktu dari tahun 2005-2009 Menyesuaikan dengan tujuan penelitian yang ke tiga yaitu untuk melihat pengaruh peranan investasi pemerintah yang terbagi menurut jenis yang dibelanjakan terhadap perekonomian daerah di Kawasan Timur Indonesia, maka persamaan 3.6 diperluas. Investasi pemerintah dibagi menurut jenis yang dibelanjakan maka terbagi atas investasi dengan pembelian peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; serta irigasi, jalan dan jaringan. Namun dikarenakan investasi yang jelas sangat

berpengaruh terhadap masyarakat adalah investasi pemerintah infrastruktur maka variabel investasi pemerintah total diganti menjadi investasi infrastruktur. Sehingga persamaan 3.6 menjadi Y it = α it + β 1 ln PAD it + β 2 ln IPI it + β 3 ln IS it + β 4 ln TK it + β 5 ln (X-M) it + β 6 Y it-1 + ε it (3.7) dimana tambahan variabelnya adalah : IPI it : investasi pemerintah yang digunakan untuk infrastruktur di provinsi ke-i periode ke-t dalam hal ini seperti irigasi, jalan serta jaringan Metode estimasi yang dilakukan adalah menggunakan metode analisis data panel satis terlebih dahulu pada kedua persamaan di atas yaitu persamaan 3.6 dan 3.7 baru kemudian dilakukan dengan menggunakan data panel dinamis. Ditinjau dari sisi ekonometrik, kedua persamaan di atas berpotensi memiliki permasalahan endogeneity yaitu yang muncul akibat adanya lag dependent variable yang ikut dalam persamaan sebagai variabel bebas yang menyebabkan adanya korelasi antara lag dependent variable tersebut dengan error. Namun permasalahan endogeneity menurut Verbeek (2001) dapat diatasi dengan menerapkan metode generalized method of moment (GMM). Penerapan metode GMM dalam analisis data panel dinamis dapat mengurangi bias pada penggunaan tehnik OLS dan standard error yang dihasilkan menjadi lebih efisien jika dibandingkan dengan penggunaan estimasi two stage least square (2SLS). 3.2 Definisi Operasional Definisi operasional mutlak diperlukan dalam sebuah penelitian. Sebab definisi suatu konsep mungkin membutuhkan deskripsi bagaimana mengukur konsepnya, dan kadangkala ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengukur suatu konsep. Hal ini dilakukan sebab tidak semua konsep dapat diukur dengan jelas. Konsep yang jelas seperti umur, jenis kelamin, dan jumlah anak dapat diukur secara langsung. Namun konsep keberhasilan pembangunan dan loyalitas tidak dapat diukur secara langsung, sehingga perlu dibuat sebuah konsep operasional supaya dapat diukur (Juanda, 2009).

Dari persamaan (3.6) dapat dijelaskan definisi operasional dari masingmasing variabel yaitu sebagai berikut: 1. Variabel Y it adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 yang merupakan jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas ekonomi yang terjadi di provinsi i pada periode ke t yang diukur berdasarkan suatu periode tertentu sebagai tahun dasar sehingga nilainya benar-benar mencerminkan adanya jumlah produksi yang terbebas dari pengaruh harga. Variabel ini sebagai indikator pertumbuhan ekonomi yang dimiliki oleh daerah, sampai sejauh mana suatu daerah berkembang atau meningkatkan perekonomiannya dalam membangun daerah tersebut tanpa adanya pengaruh inflasi. 2. Variabel Y it-1 adalah PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada provinsi i pada tahun sebelumnya. Dalam meneliti hubungan investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, nilai investasi tersebut tidak akan langsung mempengaruhi perekonomian suatu daerah, maka variabel lag ini diperlukan. 3. Variabel PAD it adalah pendapatan yang diterima oleh pemerintah provinsi i pada periode t yang menjadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh daerah tersebut. Pendapatan ini didapat dari beberapa kebijakan yang dilakukan serta sumber ekonomi asli yang dimiliki daerah tersebut, terbagi atas beberapa sumber yaitu dari pajak, retribusi, hasil usaha kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain. 4. Variabel IP it adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi i tahun t, yang didekati pada anggaran pemerintah daerah menggunakan pengeluaran pembangunan untuk menghasilkan nilai tambah asset baik fisik maupun non fisik. Pengeluaran pembangunan ini bisa dipecah berdasarkan sektor (pendidikan, kesehatan, telekomunikasi dan lain-lain) maupun menurut jenis yang dibelanjakan (tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan serta asset lainnya). 5. Variabel IPI it adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi i tahun t, yang didekati pada anggaran pemerintah daerah menggunakan pengeluaran pembangunan untuk menghasilkan nilai tambah asset baik fisik

maupun non fisik khusus untuk keperluan infrastruktur dasar. Pengeluaran pembangunan yang dibelanjakan untuk kebutuhan irigasi, jalan dan telekomunikasi/jaringan. 6. Variabel IS it adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta dan masyarakat pada provinsi i tahun t, dengan pendekatan data penanaman modal yang dilakukan baik dari dalam negeri maupun luar negeri atau pihak asing yang disalurkan ke daerah/provinsi tertentu di Kawasan Timur Indonesia. 7. Variabel (X-M) it adalah tingkat keterbukaan ekonomi provinsi i tahun t yaitu dengan pendekatan data perdagangan yang dilakukan oleh suatu daerah terhadap daerah lain (ekspor dan impor). Tingkat keterbukaan ini diperoleh dari penjumlahan besarnya ekspor dan impor dari PDRB menurut Penggunaan kemudian hasilnya dibagi dengan total PDRB itu sendiri. 8. Variabel TKit adalah tenaga kerja yang ada di provinsi i pada tahun t. Yang dimaksud tenaga kerja disini adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, yaitu melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang mencakup kurun waktu 2005-2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari berbagai publikasi resmi pemerintah atau studi literature yang diperoleh dari instansi seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementrian Keuangan (Kemenkeu) khususnya pada Dirjen Keuangan serta instansi terkait lainnya. Untuk mendukung ketersediaan data lainnya yang lebih lengkap, sumber data juga diakses melalui publikasi artikel maupun makalah/jurnal ilmiah dari internet. Data yang bersumber dari BPS adalah data tahunan untuk PDRB menurut provinsi tahun 2005-2009, yang terbagi atas menurut Lapangan Usaha dan Penggunaan. Karena pada PDRB menurut Penggunaan, dapat diketahui data

keterbukaan perdagangan yaitu ekspor, impor dan investasi total. Juga data tenaga kerja yang ada di provinsi, didekati dari data Susenas dan Sakernas. Data sekunder yang berasal dari BKPM adalah data investasi swasta yang didekati dari realisasi investasi kegiatan penanaman modal dalam negeri dan asing menurut provinsi. Sedangkan data sekunder yang dikompilasi dari Kemenkeu adalah data untuk keuangan daerah yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), investasi dan konsumsi pemerintah. 3.4 Software Analisis yang Digunakan Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan bantuan beberapa software untuk melakukan analisis data. Software tersebut adalah sebagai berikut: 1. Microsoft Excel 2007 Ms Excel merupakan perangkat lunak berbasis spreadsheet buatan Microsoft Corp. Software ini digunakan dalam pembuatan tabel, grafik dan beberapa pengolahan data. 2. EViews 6.0 EViews adalah program komputer yang digunakan untuk mengolah data statistik dan data ekonometri. Program EViews dibuat oleh Quantitative Micro Software. Software ini digunakan untuk analisis data panel. 3. Stata ver. 10 Stata merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data statistik dan ekonometri dengan menggunakan command yang serupa dengan program DOS namun lebih mudah. Software ini digunakan untuk analisis data panel yang bersifat dinamis baik FD GMM maupun SYS GMM.