PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

PERIZINAN USAHA PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

K E P E N D U D U K A N

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG KAWASAN PARIWISATA PESISIR PANTAI LASUSUA TOBAKU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 16 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 36 SERI C NOMOR SERI 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 40 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 27 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 40 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (SIUJK)

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR : 23 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2002 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI (CHAIN SAW)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PARKIR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 15 TAHUN 1997 SERI B.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 2 TAHUN 2002 IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA, OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SEMARANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk meningkatkan pengembangan kepariwisataan daerah dalam menunjang Pendapatan Asli Daerah, dan pembangunan diperlukan keterpaduan antara peranan Pemerintah, badan usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan kepariwisataan; b. bahwa, berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata. Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan ( Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820); 2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3209); 3. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3215); - 212 -

- 213-4. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara RI Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3419); 5. Undang Undang RI Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan ( Lembaran Negara RI Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3427); 6. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3427); 7. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 8. Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3848 ); 9. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3888); 10. Undang Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048 ); 11. Peraturan Pemerintah 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3258 ); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan;

- 214-13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3952 ); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran RI Negara Nomor 4139 ); 15. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 14 Seri : D) ; 18. Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor : 23 Seri : D). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA.

- 215 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat : 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ; 3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat ; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah; 5. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Kotawaringin Barat; 6. Kepala Dinas Pariwisata adalah Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Kotawaringin Barat; 7. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat; 8. Obyek Wisata adalah suatu perwujudan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa serta hasil budidaya manusia, baik meliputi sistem sosial, seni budaya maupun peninggalan sejarah yang menarik untuk dikembangkan serta dimanfaatkan; 9. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta usahausaha yang terkait dibidang tersebut; 10. Pengunjung adalah setiap orang yang melakukan kunjungan ke obyek wisata;

- 216-11. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata; 12. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata; 13. Pengusahaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata adalah kegiatan membangun dan mengelola obyek wisata dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan pengelolaan obyek wisata dan daya tarik wisata yang telah ada; 14. Hutan wisata adalah kawasan hutan yang dipergunakan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata yang terdiri dari : a. Taman Wisata adalah kawasan hutan yang memiliki keindahan alam, baik keindahan nabati, keindahan hewani maupun keindahan alamnya sendiri yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan; b. Taman buru adalah kawasan hutan yang didalamnya terdapat Satwa Buru yang memungkinkan diselenggarakan perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi. 15. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuh-tumbuhan atau satwa baik asli maupun buatan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya, pariwista dan rekreasi; 16. Taman Wisata Laut adalah kawasan pariwisata laut dengan cirri khas tertentu yang mempunyai fungsi perlindungan, sistem penyanggah kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis biota laut serta pelestarian pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terutama di manfaatkan untuk kegiatan wisata bahari; 17. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai asli di kelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, serta zonazona yang diperlukan maupun yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya pariwisata dan rekreasi;

- 217-18. Retribusi adalah pungutan yang dikenakan pada setiap pengunjung, setiap kendaraan bermotor dan tidak bermotor yang memasuki obyek wisata serta kepada setiap orang yang berjualan atau mengadakan usaha dalam lingkungan obyek wisata; 19. Pungutan Daerah adalah pungutan yang dikenakan pada saat proses penyelesaian administrasi; 20. Bendaharawan adalah bendaharawan penerima pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat; 21. Petugas Pemungut adalah petugas khusus dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat; 22. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang Undang untuk melakukan Penyidikan ; 23. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya ; BAB II PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA Pasal 2 Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata digolongkan : a. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam; b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya; c. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Khusus.

- 218 - BAB III PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM Pasal 3 (1) Pengusahaan Obyek dan daya Tarik Wisata Alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungan yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata, untuk dijadikan sasaran. (2) Sumber daya alam tertentu sebagai obyek dan daya tarik wisata ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 4 (1) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam diselenggarakan oleh Badan Hukum, Persekutuan, Koperasi dan Perorangan. (2) Penyelenggaraan Pengusahaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata alam harus mempunyai kantor tetap serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung usaha. Pasal 5 (1) Setiap Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam menyediakan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam. (2) Pengusahaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata Alam dapat disertai dengan penyelenggaraan pertunjukan seni budaya. Pasal 6 (1) Penyelenggaraan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan wisatawan dan masyarakat serta memperkerjakan pramuwisata dan atau tenaga ahli yang diperlukan.

- 219 - (2) Menjaga kelestarian obyek dan daya tarik wisata. Pasal 7 Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam berupa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya atau Taman Laut dilaksanakan dengan memperhatikan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB IV PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA Pasal 8 (1) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya diselenggarakan oleh Badan Hukum, Persekutuan, Koperasi dan Perorangan. (2) Penyelenggaraan Pengusahaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata Budaya harus mempunyai kantor tetap serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung usaha. Pasal 9 Kegiatan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya meliputi : a. Pembangunan obyek wisata dan daya tarik wisata, termasuk penyediaan sarana, prasarana fasilitas pelayanan bagi wisatawan. b. Pengelolaan obyek dan daya tarik wisata termasuk prasarana dan sarana yang ada. c. Penyelenggaraan pertunjukan seni budaya serta memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya.

- 220 - Pasal 10 (1) Penyelenggaraan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan wisatawan dan masyarakat serta memperkerjakan pramuwisata dan atau tenaga ahli yang diperlukan. (2) Menjaga kelestarian obyek dan daya tarik wisata. Pasal 11 Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya berupa, Benda Cagar Budaya atau Peninggalan Sejarah lainnya diselenggarakan dengan memperhatikan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB V PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA KHUSUS Pasal 12 (1) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Khusus diselenggarakan oleh Badan Hukum, Persekutuan, Koperasi dan Perorangan. (2) Penyelenggaraan Pengusahaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata Khusus harus mempunyai kantor tetap serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung usaha. Pasal 13 Kegiatan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Khusus meliputi : a. Pembangunan dan pengolahan prasarana dan sarana serta fasilitas pelayanan bagi wisatawan dilokasi obyek dan daya tarik wisata. b. Penyediaan informasi mengenai obyek dan daya tarik wisata secara lengkap.

- 221 - Pasal 14 (1) Penyelenggaraan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Khusus wajib menjaga kelestarian lingkungan, mempekerjakan pramuwisata dan atau tenaga ahli yang memiliki keterampilan dan menyediakan fasilitas serta bertanggung jawab atas keamanan serta keselamatan wisatawan. (2) Dalam hal kegiatan wisata minat khusus mempunyai resiko tinggi, penyelenggara wajib memberikan perlindungan asuransi. BAB VI PERSYARATAN PERIZINAN Pasal 15 (1) Setiap penyelenggaraan kegiatan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata wajib memiliki Izin Tertulis dari Bupati. (2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk menetapkan jenis Pengusahaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata tertentu yang diselenggarakan oleh perseorangan yang tidak perlu memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini. (3) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan : a. Akte pendirian, bagi penyelenggaraan yang berbentuk Badan Usaha/ Badan Hukum. b. Usulan rencana usaha. Pasal 16 (1) Dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap, Bupati memberikan keputusan persetujuan atau penolakan atas permohonan yang diajukan.

- 222 - (2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lampau dan Kepala Daerah tidak memberikan keputusan, permohonan dianggap disetujui. (3) Dalam hal permohonan izin ditolak, penolakan dilakukan secara tertulis disertai alasan penolakan. Pasal 17 Izin Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata berlaku selama kegiatan usaha masih dijalankan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 (1) Setiap Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata wajib melaporkan kegiatan usahanya secara berkala kepada Bupati melalui Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya. (2) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bupati. BAB VII BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 19 (1) Setiap proses penyelesaian Administrasi Perizinan dan Daftar Ulang Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata dikenakan Retribusi. (2) Besarnya tarif Retribusi sebagaimana ayat (1) Pasal ini setiap tahun ditetapkan sebagai berikut : a. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Rp. 75.000,- b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya Rp. 50.000,-

- 223 - c. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Khusus Rp. 50.000,- BAB VIII P E M B I N A A N Pasal 20 (1) Pembinaan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam bentuk pengaturan, bimbingan, pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata. (2) Pembinaan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan agar tercipta kondisi yang mendukung kepentingan wisatawan serta kelangsungan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata. Pasal 21 Pelaksanaan pembinaan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata dilakukan melalui : a. Penetapan peraturan dan ketentuan pelaksanaan mengenai perizinan, standar mutu atau kualitas produk, partisipasi masyarakat dan pelestarian lingkungan. b. Pemberian bimbingan untuk meningkatkan peranan dari : 1. Penyelenggara, pengelola dan tenaga kerja yang bergerak dibidang pengusahaan obyek dan daya tarik wisata. 2. Aparatur pemerintah dibidang kepariwisataan atau asosiasi yang berkaitan dengan kegiatan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata. 3. Masyarakat.

- 224 - Pasal 22 Untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan daerah, sarana dan fasilitas yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata mengutamakan produksi daerah. BAB IX KETENTUAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 23 (1) Pengawasan dan pengendalian terhadap pengusahaan obyek dan daya tarik wisata meliputi pemantauan administratif dan pemantauan kegiatan di lapangan serta pengendalian kualitas dan kuantitas pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, pemberian teguran dan pencabutan izin usaha. (2) Pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) Peraturan Daerah ini diancam Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah Pelanggaran.

- 225 - BAB XI P E N Y I D I K A N Pasal 25 (1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) berwewenang : a. Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian. c. Memerintahkan berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Pemeriksaan dan penyitaan surat atau benda. e. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka. f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan seseorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. h. Menghentikan penyidikan dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Polisi Negara Republik

- 226 - Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, Tersangka atau Keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini membuat Berita Acara setiap tindakan tentang : a. Pemeriksaan Tersangka ; b. Pemasukan Rumah ; c. Penggeledahan rumah / tempat-tempat tertutup ; d. Penyitaan benda / barang bukti ; e. Pemeriksaan surat ; f. Pemeriksaan saksi ; g. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimkannya langsung ke Pengadilan Negeri dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

- 227 - Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. Disahkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 10 Juni 2002 BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Cap/ttd Diundangkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 10 Juni 2002 Ir. H. ABDUL RAZAK SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, Cap/ttd Drs. J. DJUDAE ANOM NIP. 530 000 899 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2002 NOMOR : 3, SERI : B.