BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA 2.1. Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk Menurut Undang-undang, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Menurut Pasal 31, salah satu pasal dari undang-undang ini juga menyebutkan bahwa di dalam taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan wisata alam. Sedangkan Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata dilaksanakan oleh Pemerintah. Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam. Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam dan berpusat pada pengembangan 13
14 Ecotourism. Luas areal TWA Angke Kapuk seluas 99,82 Ha dan memiliki tipe lahan basah yang didominasi vegetasi utama mangrove. Kawasan tersebut sempat berubah menjadi tambak dan telah di rehabilitasi tanaman mangrove kembali sebanyak 40 persen. Tindakan dan pelestarian dan penanaman kembali hutan mangrove di Jakarta sangat dibutuhkan karena fungsi dan manfaatnya yang sangat strategis bagi pesisir pantai ibukota Indonesia. Fungsinya adalah untuk mencegah intrusi air laut ke daratan dan berperan dalam meredam bencana banjir karena satu gram lumpur mampu menyerap tiga gram air. Terletak di wilayah Kotamadya Jakarta Utara hutan mangrove sangat penting keberadaanya dan mulai menghilang akibat perambahan hutan mangrove, pencemaran air laut, dan abrasi laut. Hutan Mangrove sangat berguna untuk melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi air laut dan juga untuk pengendali banjir saat air laut pasang. Pemerintah DKI dan juga swasta memperhatikan hal tersebut, sehingga di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) terdapat kawasan hutan mangrove. Ada beberapa hutan mangrove di seputar PIK ini : Suaka Margasatwa Muara Angke milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI tapi tidak dibuka untuk umum, ada juga hutan Magrove yang dikelola oleh Pemprov DKI, nah satu lagi namanya Taman Wisata Alam yang dikelola swasta, dan tempat ini yang menjadi tempat wisata untuk umum. Lokasinya tepat di belakang Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk.
15 Begitu memasuki kawasan Taman Wisata Alam ini, suasana menjadi teduh, padahal di luar itu cuaca sedang panas-panasnya, di Jakarta gitu lho, dekat pantai pula. Tapi karena tidak semua lokasi terlindungi pohon, maka ada baiknya membawa topi. Dan jangan lupa menggunakan sandal/sepatu yang rata dan nyaman. Harga tiket masuknya (Mei 2016) adalah Rp 25.000 untuk turis lokal, parkir mobil Rp 10.000 dan parkir motor Rp 5.000. Pengunjung dapat menyewa perahu untuk mengitari kawasan dengan harga Rp 100.000 untuk kano/kaya atau perahu dayung, Rp 300.000 untuk motor boat kapasitas 6 orang, dan Rp 400.000 untuk motor boat kapasitas 8 orang. Di dalam kawasan ini banyak tanaman mangrove atau bakau yang ditanam dari CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan maupun organisasi. Untuk mengitari lokasi, tersedia jalan setapak yang terbuat dari bambu. Cukup panjang jalur yang ditempuh kalau mau mengelilingi semua lokasinya. Ada area pengamatan burung, dimana kita dapat mengamati burung liar dari atas menara yang disediakan. Pengunjung juga dapat berjalan menyusuri arah ke pantai. Terdapat beberapa pondokan dan juga tempat duduk di sekeliling lokasi untuk melepas lelah. Di lingkungan tersebut juga terdapat beberapa arena permainan ketangkasan. Untuk kantin penjual makanan dan minuman, terletak tidak jauh dari pintu masuk, namun umumnya hanya makanan dan minuman ringan saja. Toilet tersedia di beberapa lokasi secara gratis dan kondisinya cukup terawat. Di area ini
16 juga tersedia penginapan, ada yang berbentuk seperti rumah tenda, ada juga yang berbentuk villa, bahkan ada yang di atas air. Ruang pertemuan juga tersedia untuk mengadakan acara. Terdapat satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu untuk pengunjung yang membawa kamera (baik kamera saku, kamera DSLR, bahkan kamera apapun) akan dikenakan biaya sebesar Rp 1,5 juta. Aneh ya? Biaya pemotretan profesional seperti pre-wedding, majalah, dll. Karena memang lokasi ini indah untuk diabadikan, maka banyak orang yang menggunakan lokasi ini untuk pemotretan, agar tidak terkena biaya sebesar itu, pengunjung harus puas mengambil gambar dengan menggunakan kamera ponsel saja. Di papan juga tertulis dilarang membawa makanan & minuman dari luar, tapi sejauh ini tidak ada pemeriksaan khusus. 2.2 Kondisi Fisik 2.2.1 Letak dan Batas Geografis Kawasan Muara Angke terletak di pantai utara Pulau Jawa dan secara geografis kawasan ini terletak di antara 6o 05` - 6o 10` Lintang Selatan serta antara 106o 43` - 106o 48` Bujur Timur. Berdasarkan administrasi pemerintahan terletak di dalam dua kelurahan, yaitu Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara. Di bagian utara dibatasi Laut Jawa, bagian selatan berbatasan dengan PT. Mandara Permai, bagian Timur berbatasan dengan Sungai Angke dan perkampungan dan bagian Barat berbatasan dengan Sungai Kamal.
17 2.3 Ekowisata Hutan Mangrove Letak Indonesia yang berada di daerah tropis sangat kaya dengan beranekaragam flora, fauna, dan biodiversitas lainnya. Kekayaan alam yang berlimpah ini dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata khususnya ekowisata. Menurut Sudarto (1999) dalam Sudiarta (2006), secara umum kekayaan alam yang dapat dijadikan obyek dan daya tarik ekowisata adalah hutan hujan tropis, hutan mangrove, hutan sagu, pegunungan es, dan fauna langka seperti gajah, komodo, orang utan, harimau, badak, burung cendrawasih, jalak putih, dan lain-lain (Sudiarta, 2006). Ekowisata yang merupakan salah satu usaha yang memprioritaskan berbagai produk-produk pariwisata berdasarkan sumberdaya alam, pengelolaan ekowisata untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan hidup, pendidikan yang berasaskan lingkungan hidup, sumbangan kepada upaya konservasi dan meningkatkan kesejahteraan untuk masyarakat lokal (World Tourism Organization, 2002 dalam Fahriansyah dan Yoswaty, 2012). Wisata ekologis merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia (Yulianda, 2007 dalam Fahriansyah dan Yoswaty, 2012). Ekowisata pesisir dan laut tidak hanya menjual tujuan atau objek, tetapi juga menjual filosofi dan rasa sehingga tidak akan mengenal kejenuhan pasar pariwisata (Tuwo, 2011 dalam Fahriansyah dan Yoswaty, 2012). Pembangunan ekowisata berkelanjutan bertujuan untuk menyediakan kualitas pengalaman
18 wisatawan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal (Fennell, 2008 dalam Fahriansyah dan Yoswaty, 2012). Pada tahun 1992 dibentuk Pusat Informasi Mangrove (Mangrove Information Center). Mangrove Information Center (MIC) merupakan proyek kerjasama antara Pemerintah Indonesia melalui Proyek Pengembangan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari dan Pemerintah Jepang melalui Lembaga Kerjasama Internasional Pemerintah Jepang melalui Japan International Corporation Agency (JICA) (Sudiarta, 2006).. Proyek ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengekplorasi teknikteknik reboisasi yang bisa dilakukan untuk pemulihan (recovery) kondisi hutan mangrove yang sudah mengalami kerusakan. Teknik yang ditemukan adalah tentang bagaimana cara persemaian bibit dan penanaman mangrove. Tingginya biaya operasional proyek yang dilaksanakan di Mangrove Information Center (MIC) mengakibatkan terjadinya kekhawatiran terhadap kurangnya dana proyek dan pemeliharaan dan pelatihan hutan mangrove di Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai khususnya di Kawasan Mangrove Information Center (MIC) melahirkan ide dan terobosan baru yang diharapkan bisa membantu menutupi kekurangan dana tersebut. Ide cemerlang tersebut selanjutnya diimplementasikan dengan pengembangan obyek ekowisata di Kawasan Mangrove Information Center (MIC) (Sudiarta, 2006).
19 Mangrove Information Center (MIC) memiliki berbagai potensi untuk mengembangkan obyek ekowisata antara lain sumber daya manusia yang handal dan berkompetensi dalam bidang botani yang mampu menginterpretasikan alam dengan pengunjung, sumber daya alam flora dan fauna yang indah dan menarik, dan infrastuktur yang memadai untuk mengembangkan obyek ekowisata (Sudiarta, 2006). 2.4 Struktur Organisasi Pengelola Hutan Mangrove Pantai Indah Kapuk GAMBAR 2.1 STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA HUTAN MANGROVE PANTAI INDAH KAPUK Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan