I. PENDAHULUAN. pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk. mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional yang tercantum dalam alenia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

I. PENDAHULUAN. lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari

I. PENDAHULUAN. Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013), disamping harus memanfaatkan. seoptimal mungkin potensi daerahnya, dituntut juga untuk mampu

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Salah satu arahan. pembangunan jangka panjang nasional Tahun seperti yang

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan pada pengalamannya terdahulu dan derajat persetujuannya terhadap

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, Klasifikasi. Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang memiliki 15 kecamatan dan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Gerakan Serentak Membangun Kampung GSMK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang. Utara. Pada saat terbentuknya yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 2

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. mendapatkan dan menganalisis data sesusai dengan tujuan.

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dengan letak geografis

III.METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

I. PENDAHULUAN. pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULANG BAWANG. Lampung, berbatasan dengan laut lepas (Laut Jawa), dan menjadi hilir Way

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 2 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KAMPUNG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM. NOMOR : 430/Kpts/KPU/TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai kinerja implementasi program

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMAN AGAMA. Pembentukan. KUA. Kecamatan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2008 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 1 TAHUN 2008 T E N T A N G

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di

PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Sherif and Sherif (1956, dalam Ahmadi, A., 1999), kelompok adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka. perwujudan amanat Undang Undang Dasar 1945 tersebut dan mendukung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. kecamatan (Widjaya, HAW 2008: 164). Secara administratif desa berada di

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Maka dari itu dikatakan bahwa

PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA D I N A S P E K E R J A A N U M U M

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG,

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 7

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya harus tetap berusaha melayani kepentingan masyarakat dan mengayomi

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

PSEUDO DEMOKRASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK)

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 2 TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Cicendo

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

M E N G G A L A. PENGUMUMAN PEMENANG LELANG Nomor : 602/925 /II.1/TB/VII/DAK/2012

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, dengan senantiasa harus sebagai bentuk perwujudan wawasan

mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 25 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 25 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TBNTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional yang tercantum dalam alenia keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahtetaan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pengertian pembangunan itu sendiri menurut Siagian (1984) merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Selanjutnya Ginanjar Kartasasmita (1996) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

2 Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional, karena pembangunan nasional tidak akan tercapai tujuannya tanpa adanya pembangunan diseluruh daerah yang ada di Indonesia. Pada era otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan dalam mengatur daerahnya dan memberikan kewenangan kepada masyarakat secara luas untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan yang ada di daerahnya sesuai dengan potensi sumberdaya, serta kemampuan dan keunikan yang ada pada setiap daerah sesuai dengan karakteristik sosial ekonomi lokal yang ada, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Berdasarkan UU Otonomi Daerah mengisyaratkan tugas utama pemerintah daerah memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakatnya, pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, yang sesuai dengan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya lokal. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang merancang suatu program pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan daerah yang dimana program tersebut dalam perencanaannya dari masyarakat, pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya untuk masyarakat itu sendiri. Program ini diberi nama Gerakan Serempak Membangun Kampung (GSMK). GSMK merupakan model pembangunan berbasis masyarakat proses pembangunan di pedesaan dengan memanfaatkan kebersamaan persaudaraan dan kegotong royongan menuju kampung/kelurahan mandiri. Program ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

3 1. Memberdayakan dan meningkatkan partisipasi aparat dan masyarakat kampung dalam pembangunan; 2. Proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan; 3. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan; 4. Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam proses pembangunan; 5. Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana kampung; 6. Menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil pembangunan yang dilakukan. Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kabupaten Tulang Bawang ini pada tahap pertama direncanakan akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2013 2017) yang dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan tahun anggaran kegiatan Pemerintahan Kabupaten Tulang Bawang. Pada tahap pertama ini pemerintah memfokuskan pada pembangunan infrastruktur kampung. Tahun 2015 2018 pemerintah telah merancang program untuk spesifikasi komoditas pertanian yang potensial di masing-masing kampung. Sarana yang dapat diajukan oleh masyarakat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ada di tingkat pekon masing-masing adalah irigasi, jalan, jembatan, dan lain-lain. Pembangunan irigasi bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan pasokan air dan efisiensi pemanfaatan air bagi pertanian tanaman pangan. Pembangunan jalan dan jembatan bertujuan untuk memperlancar hubungan antar pekon dan juga memperlancar arus transportasi masyarakat.

4 Dalam upaya mensukseskan program GSMK, pemerintah Kabupaten Tulang Bawang melalui Peratutan Bupati (Perbub) tentang pedoman pelaksanaan program Gerakan Serentak Membangun Kampung/Kelurahan tahun 2013 membentuk tim Fasilitator Kecamatan (FK) yang dapat membantu Pokmas sebagai penyelenggara program GSMK. Adapun tugas dan fungsi dari FK tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membantu dan Memfasilitasi Tim Pembina dan Koordinasi Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan Kecamatan, serta Konsultan Manajemen Pendamping dalam kegiatan persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan Program Serentak Membangun Kampung/Kelurahan; 2. Membantu dan memfasilitasi Kampung/Kelurahan Terpilih untuk menyusun dan memantapkan kembali rencana teknis dan anggaran, rincian penggunaan dana stimulan dan swadaya, tahapan kegiatan, serta pembentukan Kelompok Masyarakat (Pokmas) pelaksana kegiatan; 3. Membantu dan memfasilitasi Kelompok Masyarakat (Pokmas) pelaksana kegiatan Kampung/Kelurahan Terpilih untuk menyusun Rencana Teknis dan Biaya, Desain/Gambar Kegiatan, Memantau peralatan dan bahan yang akan digunakan, dan mengawasi penggunaan dana BLM dan pelaksanaan kegiatan; 4. Membantu pemberdayaan masyarakat sehingga mereka dapat melakukan sendiri mulai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, pelatihan, dan pelaporan;

5 5. Membantu Kelompok Masyarakat (Pokmas) Pelaksana Kegiatan Kampung/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan fisik dan pelaporan kegiatan serta aspek-aspek lain yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung di Kampung/Kelurahan. Pada penyelenggaraan program GSMK ini, terdapat kelompok yang bertugas sebagai pelaksana program ini. Kelompok Masyarakat atau biasa disebut dengan Pokmas berperan pada faktor inti yaitu adalah pelaksana program GSMK di kampung/kelurahan. Terdapat 7 orang pengurus Pokmas dari masing-masing Kampung/Kelurahan, yang terdiri dari Ketua, Sekertaris, Bendahara, Seksi Pelaksana Kegiatan, Seksi Monitoring/Pengawasan, Seksi Evaluasi dan Seksi Pemeliharaan. Salah satu tugas dari Pokmas itu sendiri adalah menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksaaan kegiatan. Pokmas sebagai inti dari keberlangsungan program ini karena merupakan penyelenggara. Keberhasilan dari Pokmas dalam menyelenggarakan Program GSMK tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kelompok tersebut. Jenkins (1961, dalam Mardikanto, 1993) mengatakan bahwa dinamika kelompok adalah kajian terhadap kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam maupun luar lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota-anggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama yang merupakan tujuan kelompok tersebut. Hal itu dilandasi pemikiran bahwa tercapainya tujuan kelompok akan sangat ditentukan oleh tindakan atau kegiatan-kegiatan yang

6 dilakukan oleh kelompok yang merupakan perwujudan dari perilaku kelompok sebagai suatu kesatuan dari perilaku anggota-anggota kelompok. Ciri-ciri dinamika kelompok (Slamet, 1978) adalah: 1. Adanya hubungan sosial antar anggota, 2. Adanya interaksi antar komponen-komponen kelompok, 3. Adanya kegiatan saling mempengaruhi, 4. Adanya konflik dan konsekuensi, 5. Adanya perubahan. Keberhasilan Pokmas dalam menyelenggarakan program GSMK ini tidak lepas dari peran FK dalam mendinamiskan Pokmas. Peran FK disini tidak kalah penting dari peran Pokmas, selaku teknis pemberdayaan Pokmas dalam penyelenggaraan program GSMK. Selain itu, untuk menjadi seorang FK harus memiliki kompetensi yang telah di tetapkan dalam PERBUB Kabupaten Tulang Bawang tentang pedoman pelaksaan program GSMK tahun 2013. Salah satu tolak ukur keberhasilan peran Pokmas disini adalah sejauhmana Pokmas dapat menghimpun potensi swadaya masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan. Tingkat pastisipasi masyarakat merupakan indikator dari keberhasilan peran Pokmas tersebut. Tabel 1 menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat setiap kecamatan yang merupakan evaluasi tahun pertama penyelenggaraan program GSMK tahun 2013.

7 Tabel 1. Tingkat partisipasi dalam program GSMK Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung No. Kecamatan Jumlah Kampung Kategori 1. Rawa Jitu Selatan 9 S 2. Banjar Agung 11 R 3. Gedung Aji 10 S 4. Gedung Aji Baru 9 R 5. Rawa Jitu Timur 8 R 6. Menggala Timur 10 R 7. Menggala Kota 9 S 8. Banjar Baru 10 T 9. Penawar Aji 9 T 10. Rawa Pitu 9 R 11. Meraksa Aji 8 R 12. Penawar Tama 14 S 13. Banjar Margo 12 R 14. Gedung Meneng 11 R 15. Dente Teladas 11 SR Jumlah 151 R Sumber: Laporan Program GSMK, 2013. Berdasarkan Tabel 1, ada beberapa kategori tingkat partisipasi masyarakat, diantaranya: a) Sangat Rendah (SR), menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah dengan presentase 0% - 20%, b) Rendah (R), menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat rendah dengan presentase 21% - 40%, c) Sedang (S), menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat sedang dengan presentase 41% - 60%, d) Tinggi (T), menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat tinggi dengan presentase 61% - 80%, e) Sangat Tinggi (ST), menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat sangat tinggi dengan presentase 81% - 100%.

8 Hal diatas mencerminkan terhadap kedinamikaan Pokmas dalam merangsang partisipasi masyarakat dalam keberlangsungan program GSMK ini. Uraian di atas menunjukkan masalah yang dapat diidentifikasi adalah : 1. Sejauhmana peran Fasilitator Kecamatan dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang? 2. Sejauhmana tingkat dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang? 3. Apakah peran Fasilitator Kecamatan berhubungan dengan Dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang? B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang? 2. Tingkat Dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam Program Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang? 3. Peranan Fasilitator Kecamatan Dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang?

9 C. Kegunaan penelitian Penelitian ini berguna Sebagai : 1. Bahan informasi bagi pemerintah daerah, khususnya bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam penyelenggaraan pembangunan daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tulang Bawang. 2. Peneliti sejenis sebagai referensi.