commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun komunikasi. Salah satu buah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2010 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Kampanye. Pilkada. Pedoman Teknis.

CHECKLIST PENGAWASAN KAMPANYE PEMILU KADA JAWABAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU TAHUN 2016 MEWUJUDKAN KPI PUSAT DAN KPI DAERAH SEBAGAI REGULATOR PENYIARAN YANG EFEKTIF

NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata. communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2010

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2013 KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH TENTANG

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 005/SK/KPI/5/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

UPAYA PEMAJUAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

Tansparansi Dana Kampanye

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Naskah diterima: 29 Desember 2015; disetujui: 11 Januari 2015

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

Tahun Sidang : Masa Persidangan : II Rapat Ke : Hari/Tanggal : Rabu, 8 Desember 2010

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

QANUN KOTA SABANG. Nomor 10 Tahun 2010

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Pembaruan Parpol Lewat UU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SIKKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 99/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Larangan quick count pada pilpres

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

KOALISI NASIONAL REFORMASI PENYIARAN

Transkripsi:

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Tentang Prinsip Kebebasan Berekspresi a. Arti Penting Kebebasan Berekspresi Kebebasan berekspresi merupakan salah satu syarat penting yang memungkinkan berlangsungnya demokrasi dan partisipasi publik dalam pembuatan keputusan. Kebebasan berekspresi merupakan pra syarat perwujudan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang pada akhirnya sangat esensial bagi perlindungan hak asasi manusia. Kebebasan berekspresi juga menjadi jalan bagi kebebasan berkumpul berserikat dan pelaksanaan hak untuk memilih. Warga Negara tidak bisa melaksanakan haknya secara kolektif dalam pemungutan suara dan atau pembuatan kebijakan publik apabila tidak memiliki kebebasan untuk itu (http://www.elsam.or.id/article.php?id=2587&lang=in#.u7xom6ptkke/ Diakses pada Jumat, 4 Juli 2014 pukul 05.00 WIB) b. Aspek-aspek yang Melibatkan Kebebasan Berekspresi Pertama, kebebasan berekspresi mencakup semua media komunikasi. Kedua, hak asasi manusia mengenai kebebasan berekspresi adalah hak asasi yang paling potensial dimiliki oleh masyarakat. Ketiga, kebebasan berekspresi dipengaruhi oleh tujuan pemerintah untuk mengendalikan ekspresi bukan untuk penindasan (Larry Alexander. 2005: 7) c. Ruang Lingkup Kebebasan Berekspresi Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk menetukan ruang lingkup dari prinsip kebebasan berekspresi diantaranya adalah : 1) Kebebasan berekspresi yang diiuti perilaku ekspresif saat mengalami tekanan atau dihukum 2) Kebebasan berekspresi yang dipengaruhi oleh perilaku yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan

15 3) Kebebasan berekspresi yang disebabkan karena masyarakat dilarang untuk menerima informasi 4) Kebebasan berekspresi yang disebabkan oleh perilaku untuk mengkomunikasikan pesan bahwa masyarakat mengalami tekanan berupa larangan menerima informasi (Larry Alexander. 2005: 9) Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) baru-baru ini meluncurkan hasil studinya mengenai kebebasan berekspresi di lima propinsi di Indonesia, yaitu Jakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Yogyakarta dan Papua. Hasil studi menunjukkan bahwa kondisi di Indonesia sudah membaik, meskipun masyarakat belum sepenuhnya bisa menikmati kebebasan ini karena masih ada tantangan-tantangan yang menghalangi. Gambar 2. Indeks ekspresi tiap dimensi di lima propinsi Sumber : http://www.tifafoundation.org/mengukur-praktikkebebasan-berekspresi-di-indonesia Prinsip kebebasan berekspresi juga dijadikan sebagai salah satu jaminan konstitusional yang dijadikan syarat untuk demokrasi seperti yang ditulis oleh Robert Dahl dalam bukunya Polyarchy yang kemudian dikutip oleh Jimly Asshiddiqie, menuliskan delapan jaminan konstitusional yaitu: a) Kebebasan untuk membentuk dan mengikuti organisasi b) Kebebasan berekspresi; c) Adanya hak memberikan suara; d) Adanya egilibilitas untuk menduduki jabatan publik e) Adanya hak para pemimpin politik untuk berkompetisi secara sehat merebut dukungan dan suara; f) Tersedianya sumber-sumber informasi alternatif; g) Adanya pemilihan umum yang bebas dan adil;

16 h) Adanya institusi-institusi untuk menjadikan kebijakan pemerintah tergantung pada suara-suara (pemilih, rakyat) dan ekspresi pilihan (politik) lainnya serta termasuk perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (Jimly Asshiddiqie, 2011: ix). Kedelapan kondisi yang dipaparkan oleh Dahl tersebut membentuk definisi yang mencakup tiga dimensi utama demokrasi politik yaitu kompetisi, partisipasi, dan kebebasan politik dan sipil (Georg Sorensen, 2003: 19). d. Kebebasan Berekspresi Sebagai Hak Konstitusional 1) Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai kemerdekaan untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan tulisan dan sebagainya. 2) Pasal 28 E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai hak setiap orang atas kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat. 3) Pasal 28 F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai hak setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan mengolah, dan menyampaikan informasi dengan segala jenis saluran yang tersedia. 2. Tinjauan Mengenai Kampanye Kampanye menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu. Menurut Pasal 77 Undang-Undang tersebut, kampanye merupakan kegiatan yang menjadi bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggung jawab.

17 a. Pengertian Kampanye Pengertian Kampanye berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Legislatif yaitu Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu. Kampanye politik dan pemilihan umum yang diselenggarakan lima tahun sekali di Indonesia terutama setelah era Reformasi, bersifat multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai sudut pandang ilmiah baik politik, sosiologi, psikologi, komunikasi, dan sebagainya. Masing-masing paradigma menampilkan hakikat kampanye dan pemilu secara parsial (Deddy Mulyana, 2013: 71). b. Bentuk Bentuk Kampanye menurut jenisnya kampanye, beberapa literatur, dibedakan menjadi empat macam, yaitu : 1) Kampanye bisik adalah kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan cara mengabarkan kabar angin. 2) Kampanye politik adalah kampanye yang menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan dipilih atau tidak. 3) Kampanye promosi adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan. 4) Kampanye sosial adalah suatu kegiatan kampanye yang mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan dan bersifat non komersial. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang terjadi.

18 Dalam penulisan hukum ini penulis akan lebih banyak membahas mengenai kampanye politik. Hal tersebut dikarenakan dalam penulisan hukum ini akan dibahas beberapa partai politik yang melakukan kampanye Pemilu Legislatif tahun 2014 melalui media televisi. c. Pelaksana dan Peserta Kampanye Pemilu Pelaksana dan Peserta Kampanye sudah diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Legislatif dalam Pasal 79 ayat (1) sampai dengan (4) bahwa: (1) Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota terdiri atas pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, juru Kampanye Pemilu, orang seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. (2) Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPD terdiri atas calon anggota DPD, orang seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPD. (3) Peserta Kampanye Pemilu terdiri atas anggota masyarakat. (4) Petugas Kampanye Pemilu terdiri atas seluruh petugas yang memfasilitasi pelaksanaan Kampanye Pemilu. d. Pengawasan Pelaksanaan Kampanye Pengawasan terhadap pelaksanaan kampanye menjadi tugas dari Badan Pengawas Pemilu yang merupakan lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengawasan ini dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, Pengawas Pemilu Luar Negeri Menurut Ali Sidik, S.Sos sebagai Pimpinan Bawaslu Provinsi Lampung memberikan definisi mengenai pengawasan Pemilu dan kampanye. Pengawasan itu memuat beberapa aspek yaitu :kegiatan mengamati, kemudian mengkaji (melakukan sistematisasi hasil pengamatan kedalam format 5W+1H), memeriksa kesesuaian aturan, dan menilai benar atau salah beserta konsekuensi proses kampanye Pemilu (Ali Sidik dalam

19 www.ut.ac.id/images/.../artikel/.../pengawasan_pemilu_peran_mahasiswa - Diakses pada Rabu, 17 September 2014 Pukul 09.00 WIB) d. Prinsip Fungsi Dan Tujuan Pelaksanaan Kampanye Prinsip, fungsi dan tujuan dari kampanye sudah diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah khususnya pasal 3-4 dimana disebutkan bahwa prinsip dari diadakannya kampanye harus dilakukan dengan efisien, ramah. Kemudian prinsip-prinsip tersebut dilakukan supaya fungsi kampanye sebagai sarana partisipasi politik warga negara dan bentuk kewajiban peserta pemilu dalam memberikan pendidikan politik seperti yang disebutkan dalam pasal 4 ayat (1) dapat terwujud. Prinsip dan fungsi tersebut apabila sudah berjalan dengan baik diharapkan bisa menjadi wadah dalam rangka membangun komitmen antara warga negara dengan peserta pemilu dengan cara menawarkan visi, misi, program dan/atau informasi lainnya untuk meyakinkan pemilih dan mendapatkan dukungan sebesar-besarnya sesuai dengan bunyi pasal 4 ayat (2) peraturan tersebut. e. Kampanye Sebagai Pendidikan Politik Agar kampanye dapat menjadi bagian dari pendidikan politik, terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya: 1) Isi pesan harus jelas, edukatif, solutif dan menambah wawasan 2) Pelaksana Kampanye sebagai komunikator harus mengenal kapasitas diri sendiri. Memahami secara mendalam pesan yang akan disampaikan 3) Pemahaman terhadap Peserta Kampanye 4) Memilih metode dan media yang tepat untuk menyampaikan pesan (A.A.Oka Mahendra, Vol. 9, No.4, Desember 2012 : 555)

20 3. Tinjauan Mengenai Media Kebebasan pers dalam era reformasi ini bahkan diprediksi menimbulkan banyak tantangan, kultur indutri televisi tumbuh berwajah dua. Pada satu sisi, percepatan industri televisi melahirkan percepatan sumber daya manusia pada teknologi dan manajemen produksi dalam pertumbuhan berskala deret ukur. Sementara pada sisi lain, kreativitas mengelola ide bertumbuh deret hitung. Contohnya saja kelangkaan penulis skenario hingga ide. Inilah transformasi masyarakat lisan dan baca menjadi masyarakat televisi. Ketika jumlah stasiun televisi swasta terus meningkat pesat, ekonomi masih mengalami krisis, dan tatanan status dan peran televisi baik nasional diatur oleh Undang-Undang Penyiaran yang disatu sisi masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat pertelevisian. Proses demokrasi dan era reformasi berdampak pada media Indonesia karena pemerintah membuka kebijakan untuk membuka secara luas kebebasan pers. Hal ini menimbulkan suasana baru di bidang jurnalistik cetak maupun elektronik tidak terkecuali media televisi. Selain permasalahan tersebut, televisi lokal sekarang harus berjuang lebih keras dengan adanya wacana Rancangan Peraturan Pemerintah tentang penyiaran yang berpotensi membatasi banyak hal di dunia penyiaran Indonesia. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang penyiaran ini dalam realitanya sangat tidak sejalan dengan UU Penyiaran, yang seharusnya di pegang oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), banyak terpangkas dengan kewenangan Pemerintah yang terlalu besar. Sehingga mengingatkan kita pada jaman orde baru yang serba mengikat dan tak mendapat kebebasan dari pemerintah (http://gunawansusilo.wordpress.com/2010/06/03/ sejarah-media-televisidanperkembangannya-di-indonesia/diakses tanggal 13 Maret 2014 pukul 20.00 WIB) a. Fungsi Pers Televisi Indonesia Fungsi pers televisi Indonesia telah d isebutkan dalam pasal 4 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yaitu :

21 1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. 2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. b. Peran Televisi Dalam Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Pada dasarnya media televisi memiliki dua kekuatan utama yang sangat penting diantaranya adalah Pertama, media televisi menggunakan ruang publik secara leluasa dan simultan, sehingga yang berkepentingan dengan isi siaran televisi tidak hanya pemilik perusahaan media sebagai pengelola, tetapi juga seluuruh masyarakat. Mengingat siaran sebuah stasiun televisi dapat ditangkap dalam waktu bersamaan, maka tanpa adanya tanggung jawab sosial siaran yang ditayangkan bisa menjadi sesuatu yang berbahaya. Kedua, dengan visualisasinya media televisi memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan surat kabar dan radio sehingga dengan mudah memunculkan imajinasi dan imitasi. Maka dari itu dengan tanpa dibekali tanggung jawab sosial maka akan dianggap sebagai penyebab munculnya imajinasi dan imitasi yang keliru dan dapat mencelakakan dalam berbangsa dan bernegara. Berdasarkan pada dua kekuatan tersebut, maka dipandang perlu adanya reposisi peran media televisi dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, yakni sebagai berikut : 1) Media televisi tidak boleh melupakan fungsi edukasi dalam penyiarannya. Dengan kedua kekuatan yang sudah dijelaskan sebelumnya maka media televisi adalah media paling efektif didalam mendidik publik. Televisi berperan sebagai kontrol sosial atau alat penekan yang efektif dan ekstensif. Namun patut diwaspadai bahwa peran kontrol sosial ini tidak boleh digunakan terus menerus dalam hal untuk kepentingan komersial atau kepentingan politik tertentu kecuali demi kemanusiaan

22 2) Media televisi dapat berfungsi kritik bagi kepentingan demokrasi. Dengan adanya kebebasan pers setelah era reformasi kehadiran media televisi adalah untuk memberi masukan pada kebijakan pemerintah sehingga dengan demikian proses demokratisasi akan terus berkembang menuju kematangannya. 3) Media televisi berperan sebagai agen perubahan bagi kebudayaan dan peradaban. Ada banyak nilai yang diajarkan melalui televisi tentunya tidak termasuk dengan nilai negatif. Nilai-nilai positif tersebut dapat berperan aktif dalam proses perkembangan demokrasi (Mochamad Riyanto Rasyid, 2013: 31-33). c. Peran Pemerintah Dalam Penyiaran Pemerintah menurut definisi dari Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran adalah Menteri atau pejabat lainnya yang ditunjuk oleh Presiden dan Gubernur. Menteri yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Seperti yang tercantum dalam pasal 15 Peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara dan Tatacara Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran, sebelum proses pemberian izin bagi lembaga penyiaran, pemerintah atau Menteri Kominfo akan mengumumkan melalui media cetak dan/atau elektronik Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) dan Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB) melalui terestrial secara peridik setiap 5 (lima) yahun sekali untuk penyiaran radio dan 10 (sepuluh) tahun sekali untuk penyiaran televisi. Undang Undang Penyiaran menyebutkan bahwa pemerintah yang akan menerbitkan Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran (IPP Prinsip) dan Izin Tetap Penyelenggaraan Penyiaran (IPP Tetap) bagi lembaga penyiaran berdasarkan Rekomendasi Kelayakan (RK) yang dikeluarkan oleh KPI. Dalam hal ini pemerintah dan KPI akan berperan bersama dalam hal sebagai berikut :

23 1) Berperan dalam pembuatan peraturan dan ketentuan yang terkait dengan lembaga penyiaran publik 2) Menyusun pengaturan jumlah dan cakupan wilayah siaran lokal, regional, dan nasional baik untuk penyiaran radio maupun televisi 3) Mengatur batas kepemilikan lembaga penyiaran dan penguasaan jasa penyiaran radio dan televisi 4) Mengatur mengenai tatacara dan perizinan 5) Mengatur ketentuan pedoman kegiatan peliputan televisi asing 6) Mengatur ketentuan mengenai pelaksanaan Sistem Stasiun Jaringan (SSJ) 7) Izin Alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh pemerintah atas usul KPI 8) Menyusun lebih lanjut mengenai tatacara dan pemberian sanksi administratif; dan lain-lain (Mochamad Riyanto Rasyid, 2013: 49-51).

24 B. Kerangka Pemikiran Proses pelaksanaan penelitian dan penulisan hukum ini merupakan suatu rangkaian pemikiran yang diarahkan secara sistematis sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kerangka pemikiran dalam penulisan ini dapat dilihat pada bagan berikut ini :

25 Fungsi dan Kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu Melalui Televisi yang Konstitusonal Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu Melalui Televisi yang Konstitusonal Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penjelasan : Kerangka pemikiran dalam bentuk skema di atas menjelaskan pemikiran penulis dalam menganalisis, menjabarkan dan menemukan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan landasan pokok hukum di Indonesia. Pelaksanaan prinsip kebebasan berekspresi, di atur dalam pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh Informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh dan memiliki menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menyampaikan segala jenis saluran yang tersedia Dalam pasal 28F UUD 1945 dijelaskan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

26 informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Itu berarti masyarakat diinjinkan untuk mencari segala macam informasi yang dibutuhkan tanpa terkecuali. Pasal 28F bisa dikatakan sebagai landasan dari kebebasan pers dan berpendapat selain pasal 28E ayat (3). Lebih lanjut tentang Pers di atur dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers dan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Pers menjadi lebih bebas, banyak pers yang mengumbar sensasional dan lebih vulgar sehingga terkesan menjadi tidak terkontrol. Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia untuk mengeksplorasi kebebasan. Akibat ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindak kebebasan pers, serta pertimbangan lain yang menunjukkan kekurangan Undang-Undang tersebut, maka di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran tersebut diatur dalam pasal 6 ayat (4) bahwa demi menyelenggarakan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran yang kemudian dalam pasal 8 ayat (2) Undang- Undang tersebut diatur mengenai wewenang dari Komisi Penyiaran Indonesia. Dari masa Orde Baru sampai sekarang, media masa khususnya televisi dikenal memiliki hubungan erat dengan dunia perpolitikan terutama partai politik. Terlebih lagi pada masa sekarang hamper sebagian televisi dikelola oleh pengusaha sekaligus menjabat sebagai ketua umum suatu partai tertentu. Sehingga tidak jarang televisi digunakan sebagai media kampanye untuk menyampaikan tujuan-tujuan dari partai tersebut melalui iklan-iklan kampanye. Partai Politik yang melakukan kampanye di televisi ini diketahui sering tidak sesuai dengan aturan kampanye melalui media televisi yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia dan Undan-Undang Tentang Pemilu KPI berfungsi mengontrol tayangan televisi yang diketahui digunakan untuk kepentingan golongan tertentu dalam hal ini untuk Partai

27 Politik sebagai peserta Pemilu yang menggunakan televisi sebagai media untuk melakukan kampanye supaya tidak merampas frekuensi publik Diharapkan dengan adanya Komisi Penyiaran Indonesia, dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penyiaran salah satunya dengan fungsi kontrol yang dimiliki oleh Komisi Penyiaran Indonesia khususnya dalam hal mengontrol tayangan televisi berupa iklan politik yang muncul menjelang diadakan Pemilu supaya tercipta pelaksanaan kampanye Pemilu melalui televisi yang Konstitusional menurut KPI dan Undang-Undang Pemilu.