BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah satu-satunya cara untuk menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat diri mereka berbeda dari orang lain. Tingkat lanjutan dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PEBNDAHULUAN. Menengah Atas (SMA) hingga tingkat Perguruan Tinggi (PT). Hill (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sikap ( attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations) dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima dan dijadikan pedoman masyarakat dan negara. Seandainya seluruh ideologi dan segala isinya dan peranannya diterapkan dengan sesungguhnya oleh manusia yang bermasyarakat dalam segala bidang maka keadaan masyarakat itu ideal. Menurut Widjaja (1986:7) tujuan pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pengembangan manusia dan masyarakat, tingkah laku manusia dan masyarakat dalam kenyataannya tidak atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan, sesuai dengan ideologi yang telah disepakati. Masalah ini juga dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia. Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan

tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe. Psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis berorientasi psikoanalisis (mis. Sander Gilman) menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lain, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Itulah dia sedikit penjabaran tentang definisi budaya. Artinya budaya adalah kebiasaan dalam sebuah masyarakat yang terus terjadi hingga diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya. Budaya yang mengatur setiap masyarakatnya untuk berbuat sesuai dengan apa yang dipercayai dan tidak melanggar apa yang dipercayai. Dalam hidup bermasyarakat yang memiliki budaya yang berbeda, seringkali kita lupa bahwa kita hidup di wilayah yang memiliki ragam budaya yang tidaklah sama. Sehingga membuat cara pandang kita terhadap budaya lain seringkali salah atau hanya berdasarkan persepsi yang kita dengar dari orang lain.

Maka stereotipe budaya adalah penilaian seseorang atau kelompok tertentu terhadap orang atau kelompok tertentu dimana penilaian tersebut hanya berdasarkan persepsi atau prasangka yang belum tentu benar tapi dianggap benar dan digeneralisasikan sebagai suatu hal yang mendasari pemikiran kognitif orang atau kelompok yang berstereotipe. Stereotipe budaya adalah seperangkat penilaian dari kelompok budaya tertentu yang berkaitan dengan suatu kategori manusia atau suatu generalisasi yang berlebihan tentang ciri-ciri suatu kelompok budaya tertentu yang membuat simbol-simbol atau kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki budaya tertentu yang bernilai negatif dari budaya lainnya. Hal inilah yang sering menghambat kita dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan kita di masyarakat. Seringkali kita menilai suatu daerah karena apa yang pernah kita dengar dari orang lain atau karena pengalaman dengan orang lain yang berasal dari daerah tersebut juga. Hal ini sering disebut dengan stereotipe budaya. Secara lebih jelasnya, stereotipe budaya ialah menggeneralisasikan budaya-budaya berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Bisa juga didefinisikan sebagai penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok dimana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe budaya adalah salah satu dari beberapa faktor yang dapat menghambat komunikasi lintas budaya. Seringkali kita tanpa sadar menyamakan seseorang dengan orang lain dikarenakan berasal dari kelompok atau budaya yang sama. Hal ini dilakukan atas dasar persepsi kita terhadap suatu kelompok yang mengakar secara terus menerus. Stereotipe ada yang positif dan ada pula yang negatif. Penstereotipan budaya

adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori, atau penilaian mengenai orang-orang atau obyek-obyek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai daripada berdasarkan karakteristik individual mereka. Stereotipe menjadi salah satu dari beberapa faktor yang dapat menghambat komunikasi lintas budaya. Karena stereotipe tersebut dapat membuat kita terlalu cepat mengambil kesimpulan terhadap seseorang tanpa mengenal karakter orang tersebut secara individual. Misalnya, banyak orang yang mengangggap bahwa orang Padang itu pelit, padahal tidak semua orang Padang itu pelit. Ini merupakan salah satu contoh stereotipe negatif yang diberikan orang-orang kepada orang Padang. Contoh lainnya, orang Jawa digambarkan sebagai orang yang halus, menerima apa adanya, dan pemaaf. Bahkan ketika diinjak pun, mereka akan bilang, Maaf, kaki Anda menginjak kaki saya. Lain lagi dengan orang Batak yang digambarkan sebagai pekerja keras, temperamen, dan lugas mengatakan sesuatu sejelas mungkin. Orang Mandailing seringkali diidentikkan dengan pola hidup yang sederhana dan logat bahasa yang tidak pernah hilang walaupun sudah lama merantau ke daerah orang sehingga ketika sesama orang Mandailing bertemu maka mereka akan berbicara dengan bahasa daerah mereka tanpa mempedulikan orang-orang di sekitar mereka. Cap yang dilekatkan pada etnis Karo lain lagi, mental keras, hati lembut dan jiwa pendendam yang dimiliki etnis ini menyebabkan mereka sering disenangi dalam pergaulan terkadang karena etnis ini terkenal dengan dendamnya maka tak jarang orang yang berteman dengan etnis ini akan lebih hati-hati dalam melontarkan kata atau kalimat, karena takut akan menyinggung perasaan orang etnis ini. Kegemaran etnis Karo dalam memakan

sirih sambil beraktivitas cenderung membuat orang-orang yang baru mengenal etnis ini akan merasa risih saat harus dihadapkan dengan etnis tersebut. Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat memberikan gambaran bahwasanya manusia dalam menilai orang lain, terutama yang bukan bagian atau diluar komunitasnya, disadari atau tidak seringkali terjebak dalam stereotipe budaya. Inilah beberapa citra kesukuan yang seringkali menyebabkan terjadinya kekeliruan pemahaman dalam komunikasi. Dalam lingkup komunikasi global, kita sering menghakimi bahwasanya orang barat sebagai manusia yang kurang sopan hanya karena, misalnya ada perbedaan nilai kesopanan dalam penggunaan tangan kiri dan kanan. Karena dalam budaya Indonesia, penggunaan tangan kiri dianggap kurang sopan, hanya tangan kananlah yang dianjurkan dalam memberikan atau menunjuk sesuatu. Hal inilah yang seringkali membuat kita terjebak dalam stereotipe dan overgeneralisasi budaya, yang seringkali menghambat komunikasi lintas budaya bahkan beresiko terjadinya ketersinggungan budaya. Karena orang tidak bisa begitu saja menerima saat budaya atau gaya hidupnya dikatakan tidak sopan atau kurang santun. Dengan kata lain, penilaian itu seringkali hanya dengan memakai kacamata budaya atau perilaku kita sendiri, untuk mengukur dan menilai budaya serta perilaku orang lain. Lain lagi halnya stereotipe budaya yang peneliti temui saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) serta hasil observasi awal di sekolah SMA Perguruan Keluarga Pematangsiantar sebagian besar siswa masih belum bisa menerima perbedaan yang ada di dalam kelompok budaya tertentu. Ketidakmampuan siswa dalam menerima perbedaan tersebut dapat

dilihat saat siswa melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada satu orang siswa yang seringkali menjadi bahan ejekan dan tertawaan siswa yang lain., kita sebut saja (siswa A). Misalnya, saat siswa A berbicara di depan kelas atau hanya mengemukakan pendapatnya di dalam kelas maka secara disengaja ataupun tidak siswa yang lain secara spontan mengejek, menertawakan serta menirukan logat bahasa yang disampaikan oleh siswa tersebut. Setelah peneliti mengamati dan mencari informasi mengenai siswa A tersebut maka peneliti mengetahui bahwa siswa A tersebut adalah suku Mandailing yang memang masih kental sekali logat daerah yang dimiliki oleh siswa A tersebut. Hal itulah yang menyebabkan siswa A tersebut sering dijadikan bahan tertawaan teman-teman sekelasnya. Dari pengamatan peneliti setelah siswa A diejek dan ditertawakan oleh teman-teman sekelasnya siswa A jadi malu dan cenderung diam saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung. Bila hal tersebut tidak ditanggulangi maka siswa A akan kehilangan percaya diri dan tidak mau bergaul dengan temantemannya. Dan untuk teman-teman yang tidak bisa menerima perbedaan budaya dalam kelompok tersebut maka akan sangat disayangkan sekali masa perkembangan dimana seharusnya mereka didik secara moral dan dengan penanaman karakter tidak akan berkembang secara optimal dan setelah mereka dewasa pergaulan dalam lingkungan sosial mereka pun akan sulit untuk mereka kembangkan karena pada masa perkembangan saat ini mereka tidak mampu untuk memilih dan menelaah mana hal-hal yang wajar dan tidak untuk diterima secara terbuka. Maka sudah sewajarnya mereka dididik dan dibina di sekolah melalui sistem pendidikan.

Purba, 2012:1 Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, tentang sistem pendidikan, yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat. Di sekolah terdapat sejumlah bidang pelayanan sekolah seperti bidang administrasi dan supervisi yaitu kepala sekolah, bidang pengajaran yaitu guru bidang studi serta bidang bimbingan yaitu guru pembimbing. Semua bidang tersebut saling bekerja sama agar pendidikan di sekolah berjalan dengan baik sehingga tujuan sistem pendidikan dan tujuan sekolah tercapai. Maka konselor perlu memberikan bantuan atau bimbingan kepada siswa, karena guru pembimbing merupakan tenaga utama dan orang yang ahli dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor dapat menggunakan teknik PKC-KO dalam menyampaikan layanan kepada siswa. Teknik PKC-KO adalah teknik pembelajaran karakter-cerdas format kelompok. PKC-KO satu-satunya teknik bimbingan dan konseling yang mengaitkan segala pembahasan masalahnya ke dalam 45 butir wujud pengalaman Pancasila dalam suasana kelompok dengan menghayati dan mengamalkan nilainilai karakter cerdas dalam wujud perilaku dan kehidupan pada umumnya. Menurut FIP UNP (2012) isi PKC-KO adalah seluruh butir nilai-nilai karakter-cerdas dengan nilai-nilai luhur Pancasila termasuk di dalamnya yang secara langsung terkait dalam kehidupan nyata dengan meningkatkan Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan Sikap (WPKNS). Dan membangun

kemampuan Berpikir, Merasa, Bersikap, Bertindak, dan Bertanggungjawab (BMB3). Diharapkan dengan pemberian layanan bimbingan kelompok teknik PKC- KO dalam meminimalisir sikap stereotipe budaya, siswa tidak lagi mencela, mengejek dan menertawakan temannya yang berasal dari daerah yang masih kental akan kebudayaan daerahnya dan masih butuh waktu untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tempat ia bergaul sebagaimana mestinya. Karena Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tidak bisa dihilangkan dari karakteristik Indonesia yang terdiri dari suku yang bermacam-macam tetapi tetap satu. Dan dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar itulah, penulis merasa penting mengambil judul Pengaruh Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik PKC-KO dalam Meminimalisir Sikap Stereotipe Budaya Pada Siswa Kelas X SMA Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun Ajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adanya siswa yang mengejek, menertawakan serta meniru logat bahasa teman sekelasnya. 2. Adanya siswa yang tidak mampu berinteraksi dengan teman di kelasnya.

3. Siswa tidak mau bergaul dengan budaya yang berbeda dengan budaya dirinya. 4. Siswa tidak percaya diri dalam mengeluarkan pendapat saat berada dalam kelompok budaya yang tidak sama dengan budayanya. 5. Dibutuhkan bantuan untuk meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi sosial, antara lain dapat dilakukan dengan layanan orientasi, layanan informasi, layanan mediasi, layanan konseling kelompok, konseling individu, layanan konten, layanan penempatan dan penyaluran. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari timbulnya permasalahan dan penafsiran yang berbeda beda, maka perlu ada pembatasan yang diteliti. Masalah yang akan dibahas adalah Pengaruh Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik PKC- KO dalam Meminimalisir Sikap Stereotipe Budaya Pada Siswa Kelas X SMA Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun Ajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO dalam meminimalisir sikap stereotipe budaya pada siswa kelas X SMA Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun Ajaran 2013/2014? 2. Apa penyebab munculnya stereotipe?

3. Bagaimana stereotipe dalam kehidupan sehari-hari? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk memperoleh informasi apakah ada pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik PKC- KO dalam meminimalisir sikap stereotipe budaya pada siswa kelas X SMA Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun Ajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain: 1. Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa : setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO siswa memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan budaya lain. 2. Bagi Sekolah : dapat dijadikan model untuk memberikan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO kepada siswa. 3. Bagi Guru BK : dapat dijadikan landasan untuk melakukan layanan bimbingan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya. 2. Manfaat Konseptual Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian dengan tema yang sama dalam lingkup masalah yang berbeda.