BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGESAHAN.. i. PERNYATAAN. ii. PERSEMBAHAN...iv. ABSTRAK. v. KATA PENGANTAR.. vi. UCAPAN TERIMA KASIH... vii. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil. penggunaan nama-nama hewan dalam perumpamaan dan peribahasa bahasa Arab

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai.

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.

IPA SD Kelas IV 1

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak

Bagaimana acuan, begitulah kuihnya Perangai anak mirip perangai ibu bapanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penggolongan Makhluk Hidup secara Sederhana

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

DUNIA SAINS DAN TEKNOLOGI

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/ rancangan;

ILMU PENGETAHUAN ALAM SD KELAS IV SEMESTER I

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29. Beberapa seniman berambut panjang. Orang itu berambut panjang jadi tentu ia seniman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : panca indra. Dalam iklan oreo versi oreo dan handphone ayah terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagus Pragnya Paramarta, 2015

BAB 2 DATA DAN ANALISA. diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:

KATALOG HARGA KOSTUM KOSTUM BINATANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan masa peralihan untuk menuju kedewasaan, dimana

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

ANALISIS HADITH MENGENAI HAIWAN FASIQ DALAM AL-KUTUB

Makna Pancasila sebagai Sistem Etika

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN..i. SURAT PENGANTAR...ii. ABSTRAK...iii. KATA PENGANTAR.v. DAFTAR ISI..vii. DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR TABEL.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Laporan Identifikasi Pemilik dan Hewan AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR EMERGING INFECTIOUS DISEASES

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. atau dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), dari

BAB I PENDAHULUAN. sekretaris yang profesional dia harus memenuhi syarat-syarat tertentu. pembantu dan tangan kanan pimpinan.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V PENUTUP. pantas untuk dilestarikan. Konsep ajaran masyarakat Samin yang sederhana dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

Langkah untuk Damai & Tenang

3. Manusia butuh makan Tak satupun makhluk yang tidak membutuhkan makanan untuk hidup Semua makhluk hidup butuh makan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yanti Wulan Sari, 2013

06MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Pancasila sebagai Ideologi Terbuka) Drs. Sugeng Baskoro, M.M.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

Bank SOAL OLIMPIADE IPA Materi : Pertumbuhan Perkembangan Makhluk Hidup

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

PENGEMBANGAN KURIKULUM TK. IKA BUDI MARYATUN, M.Pd

للسنة االولى مصلح فتح الرمحن.

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, ide-ide, nilai-nilai kejadian-kejadian yang membangun cerita,

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Karena, kreativitas belajar dapat melatih siswa untuk tidak

Pendahuluan. Dedi Mahardi 1

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

SPM PERIBAHASA. Bagai inai dengan kuku Kasih sayang yang sukar untuk dipisahkan. HUBUNGAN KEKELUARGAAN

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV E K O S I S T E M

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Visual dalam Video Klip Doushite Kimi Wo Suki Ni Natte Shimattan Darou dan

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

Definisi Karakter. Pengertian Karakter Menurut Para Ahli. 1. Maxwell

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya yang menjadikan kita sebagai makhluk yang unik Uno, H.B &

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

ILMU PENGETAHUAN ALAM

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Para pakar pada umumnya memiliki pandangan yang sama tentang menulis, yakni suatu

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

#### Selamat Mengerjakan ####

Transkripsi:

149 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Sebagaimana telah dijelaskan dalam perumusan masalah pada bagian pendahuluan, bab V ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 5.1 Kesimpulan Analisis komparatif peribahasa Jerman dan peribahasa Indonesia ini memberikan bukti bahwa bahasa bukan hanya media untuk menyampaikan ideide, juga mengungkapkan norma-norma, nilai-nilai, atau aturan-aturan yang mendorong orang untuk bertindak sedemikian rupa seperti yang disarankan oleh makna peribahasa. Lebih jauh tampak jelas bahwa bahasa sangat berperan dalam membantu manusia dalam sistem penataan konseptual dalam kognisi mereka. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan alat untuk mengkonseptualisasikan apa yang dialami, dilakukan, dan yang dipikirkan. Bahasa menunjukkan bagaimana manusia mengkonstruksi idenya. Dalam penelitian ini, persamaan dan perbedaan budaya telah dicari atas dasar memeriksa konotasi kata anjing yang digunakan dalam peribahasa Jerman dan peribahasa Indonesia. Pemeriksaan korespondensi antara dua bahasa dan budaya mengungkapkan adanya korespondensi dalam makna konotatif dari kata anjing atas dasar universalitas. Persamaan di antara keduanya adalah penilaian negatif terhadap hewan anjing merupakan hal yang paling dominan, dalam peribahasa Jerman sebesar 57.0% dan dalam peribahasa Indonesia sebesar 80.0%.

150 Dari 93 peribahasa Jerman yang menggunakan kata anjing yang telah diinterpretasi maknanya, dilihat dari penampilan anjing (appearance) yang dipandang negatif, dipetakan pada orang yang lemah, orang yang bodoh, orang status sosial rendah dan orang yang miskin. Adapun yang berkaitan dengan tingkah laku anjing (behavior) yang dipandang negatif dipetakan pada tingkah laku manusia yang meliputi orang yang tidak bisa menempatkan diri, orang yang tidak tulus dalam melakukan kebaikan, orang yang bertindak ceroboh dalam mengelola kekayaan, orang yang suka memuji diri sendiri, orang yang menyianyiakan kesempatan baik, orang yang bertindak jahat kepada orang lain, orang yang suka mengancam orang lain, dan orang yang tidak beretika. Hal yang berkaitan dengan karakter anjing (characteristic) yang dipandang negatif, dipetakan pada karakter manusia yang meliputi sifat manusia yang tidak bisa akur, sombong, malas, jahat, dan bermoral jelek. Hal-hal negatif yang berkaitan dengan hubungan hewan anjing dengan manusia (relation) juga dipetakan pada manusia dalam kaitannya menjalin hubungan dengan manusia yang lain, hal-hal negatif tersebut meliputi orang yang tidak jujur/tidak amanah, orang yang tidak bisa menempatkan diri, orang yang suka bertindak semaunya sendiri, orang yang banyak bicara sehingga tidak bisa menjaga rahasia, orang yang bekerja dalam keadaan terpaksa, orang yang suka mencaci dan memfitnah, orang yang tidak tulus dalam bertindak, orang yang berbuat kesalahan, orang yang gila pujian, orang yang suka berbuat jahat pada orang lain, dan orang yang tidak punya pendirian. Dari 30 peribahasa Indonesia yang menggunakan kata anjing yang telah diinterpretasi, penilaian-penilaian yang negatif terhadap manusia sebagai

151 ranah target meliputi orang yang lemah, orang yang hina, orang yang tidak tahu berterima kasih, orang yang tamak atau rakus, orang yang tidak bisa akur dengan orang lain, orang yang kalah, orang yang tidak tulus, dan orang yang sombong. Korespondensi makna konotatif dari kata anjing yang dipandang negatif dalam kedua peribahasa yang dipetakan pada manusia meliputi orang yang lemah, orang yang hina, orang yang tamak atau rakus, orang yang tidak bisa akur dengan orang lain, orang yang jahat, orang yang tidak tulus, dan orang yang sombong. Sedangkan korespondensi makna konotatif dari kata anjing yang dipandang positif dalam kedua peribahasa adalah orang yang berani. Dari analisis 93 peribahasa Jerman yang menggunakan kata anjing ditemukan ada empat prototipe, yaitu prototipe sosial, hukum, politik, dan ekonomi. Prototipe sosial mendominasi kebijaksanaan pengguna peribahasa Jerman yaitu 89 peribahasa (95.7%). Prototipe sosial dalam peribahasa Jerman didominasi kategori tematik perilaku, sikap, cara hidup, dan bekerja. Tema bekerja yang terekam dalam peribahasa Jerman mencakup rincian cara, pengalaman, hasil, kinerja, efek, tenaga, teknik dan strategi, keputusan, motivasi, dan semangat menunjukkan kemauan yang kuat, persaingan, kelangsungan hidup, dan produktivitas yang tinggi dalam kehidupan sosial masyarakat Jerman. Dibandingkan dengan peribahasa Indonesia, tematik-prototipe yang terekam dalam peribahasa yang menggunakan kata anjing hanyalah prototipe sosial (100%). Prototipe sosial meliputi kategori tematik perilaku, sikap, dan cara hidup. Tema perilaku, sikap, dan cara hidup merupakan hal yang sangat mendapatkan perhatian dari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pesan-pesan moral yang

152 berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat sangat mendominasi dalam peribahasa Indonesia yang menggunakan kata anjing. Berbuat baik, pandai menempatkan diri di dalam masyarakat, membalas budi baik, rukun dengan sesama, tulus dalam berbuat kebaikan, rendah hati, berani, tidak sombong, tidak tamak dengan harta merupakan pesan-pesan moral yang mengontrol (direktif-prohibitif) dan menilai tingkah laku serta cara hidup masyarakat Indonesia. Di antara jumlah peribahasa yang berbeda-bangsa, beberapa dari mereka adalah sama dalam makna. Kesamaan tersebut terjadi karena alasan pandangan yang sama tentang dunia. Dari 93 peribahasa Jerman yang menggunakan hewan anjing yang dianalisis, terdapat 43 (46.2%) peribahasa Jerman yang sinonimi dengan peribahasa Indonesia. Peribahasa-peribahasa Indonesia yang sinonimi dengan peribahasa Jerman selain sama-sama menggunakan hewan anjing, ada juga yang menggunakan hewan-hewan lainnya, seperti gajah, siput, tempua, udang, ular, tebuan, badak, macan, angsa, itik, gagak, kambing, harimau, kerbau, pijat-pijat, tuma, semut, kucing, berudu, buaya, kitang-kitang, jawi, ayam, musang, ulat, agas, dan elang. Dalam perbandingan ini, satu peribahasa Jerman tidak menutup kemungkinan memiliki peribahasa sinonimi lebih dari satu dalam peribahasa Indonesia. Walapun peribahasa-peribahasa Jerman memiliki sinonimi dalam peribahasa-peribahasa Indonesia, akan tetapi tetap tampak bahwasannya latar belakang budaya dan letak geografis penutur kedua bahasa sangat mempengaruhi bagaimana mereka membentuk suatu peribahasa. Melalui peribahasa itu pula tercermin bahwa setiap manusia atau kelompok memiliki identitas sendiri-sendiri yang tidak dapat dihilangkan begitu saja.

153 5.2 Saran Penelitian ini merupakan kajian tentang perbandingan peribahasa Jerman dan peribahasa Indonesia yang hanya dibatasi pada peribahasa yang menggunakan kata anjing di dalamnya. Haruslah diakui bahwa penelitian ini barulah bersifat deskriptif daripada analisis mendalam. Oleh karena itu, penelitian peribahasa dari aspek linguistik kognitif seperti ini masih sangat perlu untuk dikembangkan lebih lanjut, baik dari segi cakupannya, maupun dari sisi pendekatannya.