BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

Konsisten dalam kebaikan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. A. Akad (perjanjian) Menurut Hukum Islam 1. Pengertian Akad

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran Sebagaimana telah dipaparkan terkait masalah pelaksanaan arisan di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran ini adalah dengan sistem giliran pada setiap anggota yang akan melaksanakan resepsi. Masalah arisan tidak diketemukan dalam pembahasan fiqih Islam secara khusus, jika dilihat dari segi kamus Bahasa Indonesia, bahwa arisan kegiatan pengumpulan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi untuk menentukan siapa yang memperolehnya dalam undian tersebut yang dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. Salah satu bentuk transaksi ekonomi dalam masyarakat yaitu persoalan pinjam meminjam maupun hutang piutang. Islam menyeru kepada seluruh kaum muslimin untuk membantu orang yang lemah, memberi pinjaman kepada yang membutuhkan dan lain sebagainnya. Semua itu menunjukkan bahwa hak seseorang hanyalah menurut apa yang telah diperbuatnya, ia dilarang menindas orang lain, karena menindas orang yang lemah dan meremehkan orang yang membutuhkan pertolongan adalah perbuatan-perbuatan yang tidak religius, tidak manusiawi dan melanggar norma-norma moral. Arisan adalah salah satu bentuk hutang. Hutang dalam arisan serupa dengan hutang-hutang biasa, hanya saja dalam arisan berkumpul padanya hutang dan menghutangkan (piutang) serta pemanfaatan lebih dari seorang. Namun kondisi ini tidak menyebabkan dia terlepas dari hakekat dan penamaan hutang.

56 Adapun dalam pelaksanaanya di masyarakat desa Bunut Seberang dikenal sebagai jimpitan yaitu suatu kegiatan dimana sekelompok anggota arisan yang melakukan perjanjian tentang pengembalian barang atau bahan pokok kepada salah satu anggotanya dengan waktu yang tidak ditentukan. Pelaksanaan arisan bahan pokok untuk resepsi di desa Bunut Seberang Awal perjanjian arisan ini yaitu dengan menyetujui akad terdahulu, dan adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Persetujuan hutang piutang merupakan suatu perikatan tentang harta benda, yang satu pihak telah menyerahkan sesuatu pada orang lain pada waktu akad sedangkan pada pihak lainnya belum menyerahkan dan akan diserahkan sesuai dengan persetujuan. Persetujuan hutang piutang merupakan suatu perikatan tentang harta benda, yang satu pihak telah menyerahkan sesuatu pada orang lain pada waktu akad sedangkan pada pihak lainnya belum menyerahkan dan akan diserahkan sesuai dengan persetujuan. Akad tabarru adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi yang tidak mengejar keuntungan (non profit transaction). Akad tabarru dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan, sehingga pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru adalah dari Allah, bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada rekan transaksi-nya untuk sekedar menutupi biaya yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad, tanpa mengambil laba dari tabarru tersebut. Bentuk perjanjian ini secara tertulis, dimana ketua kelompok harus menuliskan nama-nama anggota yang ikut dalam pelaksanaan arisan ini. Surat hutang bertujuan untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemuan hari antara si berhutang (kreditur) dan si terhutang ( debitur). Penulisan ini menjadi dokumen yang dapat dipergunakan

57 untuk mengingat-ingat saat diperlukan kelak, karena sudah menjadi watak manusia bahwa ia ada kemunfkinan lalai dan lupa yang akan menimbulkan akibat yang tidak diinginkan bersama khususnyadiantara pihak tersebut. Arisan ini dimulai sekitar tahun 2013 yang terdiri dari 20 anggota arisan, yang diketuai oleh ibu lurah. Adapun isi dari perjanjian tersebut yaitu dengan memberikan sejumlah bahan pokok kepada salah satu anggota yang mendapatkan giliran melakukan resepsi. Bahan pokok tersebut sebelumnya telah disepakati diawal akad atau perjanjian. Diantara bahan pokok tersebut adalah: Beras (2 Kg), Telor (2 Kg), Minyak Makan (2 Kg), Gula (2 Kg), Rokok (1 Pk). Jika ada salah satu anggota yang melakukan wanprestasi atau tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk memberikan sejumlah bahan pokok kepada anggota yang melakukan resepsi maka boleh dialihkan atau diteruskan kepada anak atau sanak saudaranya untuk memenuhi akad tersebut. Namun jika tidak ada satupun sanak saudara yang bisa meneruskan akad tersebut maka si penerima arisan hanya mendapatkan sejumlah bahan pokok dari anggota yang tersisa. Sebenarnya bahwa persetujuan hutang piutang ini, pada awalnya merupakan persetujuan atau akad tabaru yaitu akad yang pelaksanaanya bersadarkan kebaikan semata namun, pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan, dalam arti orang yang berhutang berkewajiban membayar atau melunasi hutangnya sesuai dengan persetujuan dan kesepakatan kedua belah pihak. Cara pengembalian pada pelaksanaan arisan ini adalah dengan mengembalikan sejumlah bahan pokok yang telah disepakati sampai kepada anggota yang mendapatkan giliran. Bila ada salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban atau melakukan wanprestasi maka harus ada pihak keluarga yang memenuhi perjanjian tersebut.

58 Salah satu kegiatan saling tolong menolong dalam upaya pemenuhan kebutahan masyarakat adalah dengan melakukan arisan. Pada dasarnya perkumpulan-perkumpulan arisan tidak bisa dipisahkan dari serangkaian aktifitas social, maupun kerjasama yang dilakukan masyarakat dengan menyiapkannya dalam bentuk lain (bukan uang) misalnya berupa bahan makanan pokok seperti padi atau dalam bentuk lainnya. Bahkan ada juga arisan yang termasuk dalam kategori demi suatu pemenuhan kebutuhan kewajiban akan ibadah keagamaan tertentu misalnya arisan haji. Istilah arisan identik dengan tempat berkumpulnya para wanita yang mayoritas ibu-ibu rumah tangga. Mereka menyetor sejumlah uang sambil ngobrol maupun mencicipi hidangan yang disediakan tuan rumah. Acara puncaknya kertas berisi namanama dikocok dan yang keluar berhak menerima uang yang di kumpulkan. Pelaksanaan hutang piutang tak selamanya para pihak dapat melaksanakan persetujuan dan kesanggupan dengan baik, dalam arti bahwa di berhutang dapat melunasi hutangnya tepat waktu sesuai kesepakatan yang mereka buat. Apabila terjadi kenyataan yang demikian, maka sudah barang tentu si terhutang akan melakukan penagihan kepada si berhutang. B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran Arisan adalah salah satu bentuk hutang. Hutang dalam arisan serupa dengan hutang-hutang biasa, hanya saja dalam arisan berkumpul padanya hutang dan menghutangkan (piutang) serta pemanfaatan lebih dari seorang. Namun kondisi ini tidak menyebabkan dia terlepas dari hakekat dan penamaan hutang. Utang dalam pengertian masyarakat berarti menerima pinjaman dari pihak lain yang harus dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang dilakukan ketika transaksi.

59 Bermuamalah dengan jalan saling tolong menolong ini akan lebih memudahkan manusia dalam mencapai kemajuan dalam hidupnya, karena manusia tidak mungkin dapat memenuhi hajat hidupnya seorang diri tanpa bantuan orang lain. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup seharihari memang harus terpenuhi segala kebutuhan dengan harta benda yang telah dimilikinya. Jika kebutuhan telah mendesak padahal harta benda yang telah dimiliki tidak memenuhi atau kurang dapat memenuhinyam sering orang berhutang dengan terpaksa dengan orang lain. Baik hutang yang berupa uang atau barang yang akan dinyatakan gantinya pada waktu yang lain. Sesuai dengan kebutuhan yang menjadi perjanjian antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat desa Bunut Seberang melaksanakan arisan bahan pokok untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan setiap anggota yang akan melaksanakan resepsi aatau acara besar. Jimpitan adalah sebutan dari bahasa masyarakat Desa Bunut Seberang (Bahasa Sunda) dalam hal hutang piutang dengan membayar sejumlah bahan pokok dengan perjanjian yang telah disepakati, dimana setiap anggota yang mengadakan resepsi anggota yang lain memberikan sejumlah bahan pokok. Gambaran secara umum arisan atau jimpitan diperbolehkan, dengan menentukan batas waktu pembayaran maupun cara pemberian bahan pokok yang menjadi objek. Secara syar i dalam praktek pelaksanaan arisan ini telah memenuhi akad-akad yang telah disepakati. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Qur an Surat Al-Maidah ayat 1 yakni:

60 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya. (QS. Al- Maidah:1) Dengan dilandasi oleh ayat al Quran di atas bahwa setiap orang yang beriman dituntut untuk menunaikan janji serta melaksanakannya dengan sempurna mengenai janji-janji atau akad-akad yang diadakan antara dirinya denga Allah SWT atau antara dirinya dengan sesamanya termasuk didalamnya yaitu persetujuan hutang piutang unsur ta awun sangat berperan didalamya dalam arti bahwa pelaksanaan akad tersebut semata-mata hanya ingin menolong dan meringankan beban si berhutang. Mengingat kebaikan tersebut maka sudah barang tentu si debitur juga dituntut mengimbangi kebaikan hati si berpiutang atau setidaknya sepadan dengan cara membayar dan melunasinya hutangnya dengan cara yang baik pula. Akad dalam pelaksanaan arisan ini menggunakan akad hutang piutang karena memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian dikemudian hari sesuai penjanjian dengan jumlah yang sama.

61 Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qabul yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masingmasing pihak tidak terkait satu sama lain karena akad adalah keterkaitan kehendak kedua pihak yang tercermin dalam ijab dan qabul. Pelaksanaan hutang piutang tak selamanya para pihak dapat melaksanakan persetujuan dan kesanggupan dengan baik, dalam arti bahwa di berhutang dapat melunasi hutangnya tepat waktu sesuai kesepakatan yang mereka buat. Apabila terjadi kenyataan yang demikian, maka sudah barang tentu si terhutang akan melakukan penagihan kepada si berhutang. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT yaitu: Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS al Baqarah : 280) Berdasarkan ayat di atas menunjukkan bahwa orang Islam itu dalam melaksanakan segala sesuatu hendaklah dengan cara yang baik yang dihiasi dengan akhlakul karimah, begitu pula dalam transaksi bermuamalah termasuk didalnya hutang piutang hendaknya dilakukan dengan budi pekerti yang lemah lembut sejalan dengan hal ini jika si berhutang belum dapat mengembalikan hutangnya dan si berhutang

62 berhak untuk menagihnya dengan baik dan tidak bertindak secara kasar. Dan apabila ternyata yang bersangkutan belum dapat melunasinya sampai batas yang ditentukan, maka hendaklah si berpiutang bersabar dahulu dan memberikan kelonggaran waktu kepada si berhutangm sehingga ia mampu untuk melunasinya hutangnya. Cara pengembalian pada pelaksanaan arisan ini adalah dengan mengembalikan sejuamlah bahan pokok yang telah disepakati sampai kepada anggota yang mendapatkan giliran. Bila ada salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban atau melakukan wanprestasi maka harus ada pihak keluarga yang memenuhi perjanjian tersebut. Berdasarkan Sabda Nabi SAW yaitu: ع ن ا ب ى ر اف ع ا ن ر سىل انه ه عهيه و سهم اس ت س ه ف م ن رج م ب ك ر ا ف ق د م ت ع ه ي ه ا ب م م ن ا ب م ان ص د ق ة ف ا م ر اف ع ا ن ي ق ض ان خ م ب ك ر ه ف ر ج ع اني ه ا ب ى ر ف ع فقال :ن م ا ج د ف ي ه ا ا ال خ ي ا ر ا ر ب اع ي ا ف ق ا ل اع ط ه ا ي اه ا ن ج ي ار ان ن اس ا ح س ن ه م ق ض اء { ر و اه مسهم } Artinya: Dari abu Rafi RA, berkata Rasulullah SAW. Pernah meminjam unta muda usia kepada seorang setelah itu, ada orang yang mengantarkan unta sedekah kepada beliau. Lalu Nabi SAW, menyuruh Abu Rafi membayar unta muda uang dipinjamnya, Abu Rafi megatakan kepada beliau. Ya Rasulullah belum ada unta muda, yang ada unta pilihan yang: telah dewasa. Sabda beliau, berikanlah itu sebaik-baik manusia ialah yang mengutamakan pelunasan suatu hutang. 1 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Matan Al- Bukhari, Maktab al-bahun Dirasat, t. th. Beirut, h.100

63 Berdasarkan hadits di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa dalam membayar hutang piutang hendaklah dilaksanakan dengan cara yang baik sesuai dengan jenis harta yang dipinjam begitu pula dengan jumlahnya harusnya sesuai dengan jumlah yang dihutangkan itu. Disamping itu juga dalam pembayarannya hendaklah tepat waktunya dan menghindarkan dari menangguh-nangguhkan serta usahakanlah dalam pengembaliannya lebih baik dari keadaan hutang semula. Pengertian hutang piutang sama dengan perjanjian pinjam meminjam yang berbunyi : pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberi kepada pihak yang lain suatu jumlah barang-barang tertentu dan habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam keadaan yang sama pula. Adanya unsur tolong menolong dalam arisan tersebut maka Mahmud Syaltut mengisyratkan arisan tersebut dengan ta awun hal ini sesuai dengan berdasarkan Al-Qur an Surat Al-Maidah ayat 2 sebagai berikut: Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran Berdasarkan ayat di atas maka dapatlah dipahami bahwa perbuatan atau sikap hidup yang seseorang atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hanya dipandang sebagai sesuatu perbuatan yang bernilai kebajikan dan taqwa apabila didasari dengan sikap baik ataupun ibadah. Dalam Hukum Islam telah menetapkan beberapa prinsip akad yang berpengaruh kepada pelaksanaan akad

64 yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang perkepentingan adapun prinsip-prinsip tersebut adalah adanya kebebasan berkontrak, perjanjian itu tidak mengikat dan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak. Berdasarkan akad yang berlangsung dalam pelaksanaan arisan ini telah memakai prinsip-prinsip akad menurut hukum Islam. Kegiatan muamalah ini sering dilaksankan oleh sekelompok umat Islam terdapat satu prinsip atau kaidah bahwa melakukan muamalah selama belum ada dalil yang melarangnya. Prinsip diatas dapat dipahami apapun dan bagaimanapun bentuk muamalah selama tidak ada dalil yang melarang adanya hubungan tersebut adalah boleh, artinya kebijakan hukum dalam hal muamalah secara tekhnis diserahkan kepada manusia itu sendiri. Jadi Islam tidak menyulitkan hambanya untuk berbuat sesuatu. Sistem arisan biasa dilakukan ditengah-tengah masyarakat didasarkan pada saling percaya sesama pengikut arisan, jauh dari unsur-unsur yang diharamkan. Umumnya kesepakatan adalah bahwa setiap peserta arisan wajib ikut terus dan membayar sampai selesai. Kapanpun dia menang, tidak boleh berhenti ditengah jalan, meskipun sudah pindah, paling tidak boleh diteruskan oleh orang lain yang ditunjuk dan disepakati oleh semua pihak. Berdasarkan uraian diatas, menurut al-qur an Surat Al-Maidah ayat 1, Qur an Al-Baqarah ayat 280 dan Qur an Surat Al-Maidah ayat 2 telah menjelaskan tentang kebolehan bermuamalah dengan cara kegiatan pelaksanaan arisan yang dilakukan oleh masyarakat di desa Bunut Seberang dan juga sudah termasuk akad ta awun atau tolong menolong dan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.