BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

I. PENDAHULUAN. selalu dilakukan dari waktu ke waktu. Hal ini dimasudkan agar dapat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Lapono (2009: 122)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

ANALISIS SITUASI. IPS. Pelajaran IPS bagi sebagian besar siswa adalah pelajaran yang membosankan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 02. Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sesuai yang diharapkan. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Lapono, 2009: 122) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (yang dikutip Abimanyu, dkk. 2009: 8-6) menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa

2 proses pembelajaran hendaknya dirancang, disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa, menarik, dan menyenangkan bagi peserta didik di semua jenjang pendidikan, termasuk tingkat sekolah dasar (SD). Berkenaan dengan hal di atas, upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam skala kecil juga telah dan terus dilakukan oleh semua SD termasuk SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji. Sekolah ini memiliki bangunan gedung sebanyak dua unit dalam kondisi baik dan layak huni. Pada tahun pelajaran 2009/2010 terdapat enam rombongan belajar, dengan jumlah murid sebanyak 170 siswa, serta 10 orang tenaga guru. SD Negeri 02 Brabasan merupakan sekolah yang berada di lingkup kabupaten baru merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Tulang Bawang. Dalam hal sarana dan prasarana sekolah ini tentu saja belum memadai. Akses informasi maupun transportasi masih sangat tertinggal dibanding dengan kabupaten lain maupun kabupaten induk. Adapun upaya-upaya tersebut antara lain dengan membangun kerja sama dan memberdayakan sumber daya warga sekolah, baik dengan pihak komite sekolah, guru, serta tenaga kependidikan lainnya. Tindakan nyata upaya tersebut, misalnya dengan mengadakan les pada kelas atau mata pelajaran tertentu, Kelompok Kerja Guru, penataran, seminar, kegiatan ekstra kurikuler, maupun kegiatan lainnya. Namun demikian, hasil belajar siswa belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (2008: 162) disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

3 SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Maksudnya bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mempersiapkan warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, dan menjadi warga dunia yang cinta damai. Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 02 Brabasan Kecamatan Tanjung Raya menunjukkan bahwa nilai sumatif pada semester gasal tahun pelajaran 2009/2010 hanya 9 dari 21 anak (42,9 %) yang memperoleh nilai 65 atau lebih dari batas KKM, 12 anak lainnya memperoleh nilai di bawah KKM. Pada sisi lain, penggunaan media pembelajaran IPS masih dirasakan kurang, baik intensitas maupun variasinya. Peta, globe hanya dipajang di dinding kelas. Buku-buku penunjang belajar siswa dipinjamkan kepada siswa, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS sangat rendah, masih banyak siswa kelas V yang belum hafal dengan nama-nama ibukota kabupaten, provinsi, kenampakan alam provinsi, Indonesia, maupun kenampakan alam benua-benua di bumi ini. Sub-IPS yang dirasakan paling sulit oleh siswa adalah tentang sejarah, baik sejarah nasional maupun dunia yang cakupan materinya termasuk luas, bersifat hafalan. Masih banyak siswa

4 yang tidak hafal nama-nama tokoh nasional maupun dunia. Hal ini disebabkan karena penerapan metode pembelajaran IPS selama ini cenderung berpusat pada guru, kurang menarik minat belajar siswa. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak mendengarkan keterangan guru serta bersifat pasif tidak terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa merasa tidak memiliki tanggung jawab, selain hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Pengetahuan yang diperoleh siswa hanya bersifat doktrin seperti mendengarkan sebuah pengumuman. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru berdasarkan ingatan selama proses pembelajaran. Hal ini tentu saja bertentangan dengan pendapat Ruhimat, dkk. (dalam Anitah. W, dkk., 2008: 5.4) bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif. Penggunaan metode pembelajaran harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Lebih jauh Ruhimat mengatakan bahwa metode pembelajaran harus dapat memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan bekerja sama (Anitah. W, dkk., 2008: 5.5). Berdasarkan fakta maupun kondisi seperti di atas, peneliti ingin menerapkan pembelajaran IPS dengan metode diskusi. Seperti halnya pendapat Sumantri dan Permana (dalam Abimanyu, 2009: 6.18) mengatakan bahwa ada beberapa alasan menggunakan metode diskusi antara lain akan

5 merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam perdebatan ilmiah, serta melatih berpikir kritis dan terbuka. Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa kemungkinan penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS adalah: 1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru, monoton, dan kurang menarik minat belajar siswa, karena kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan. 2. Siswa tidak banyak berpartisipasi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pendapat, belajar bersosialisasi, bertukar pendapat baik dengan guru maupun dengan siswa, karena metode pembelajaran berpusat pada guru. 3. Pengetahuan siswa diperoleh hanya melalui mendengar dan melihat, akibat siswa tidak berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran. 4. Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode diskusi pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji?

6 D. Pemecahan Masalah Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka untuk memecahkan permasalahan ini, peneliti akan mengembangkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menerapkan metode diskusi. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa akan dapat berlatih menyampaikan gagasan dalam kelompoknya, bertukar pendapat baik dengan teman maupun guru, berlatih menghargai pendapat orang lain, belajar hidup berdemokrasi, memahami hak dan kewajibannya, berlatih mengendalikan emosi, mempertahankan ide secara rasional. Melalui diskusi siswa merasa keberadaannya diakui orang lain, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, dan dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa. E. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperbaiki proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji melalui penerapan metode diskusi secara tepat. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode diskusi pada pembelajaraan Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji. F. Manfaaat Penelitian 1. Bagi Siswa; dapat meningkatkan hasil belajar melalui metode diskusi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 2. Bagi Guru/Peneliti; merupakan bahan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, serta untuk meningkatkan mutu

7 pembelajaran di kelasnya. 3. Bagi Sekolah; merupakan bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Asra, dkk. (2007: 5) belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Belajar juga bisa dimaknai sebagai suatu proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar (Aunnurahman, 2009: 3). Di pihak lain (Slameto dalam Kurnia, dkk. 2007: 1) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Apabila di dalam proses pembelajaran seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa belajar merupakan upaya seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik kualitas dan kuantitas melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. B. Pengertian Hasil Belajar Sutrisno, dkk. (2007: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen dari keadaan sebelum belajar ke

9 keadaan setelah belajar. Maksud dari pernyataan ini bahwa kata kunci hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Anitah. W, dkk. (2008: 2.19) juga mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan tingkah laku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akibat dari proses interaksi peserta didik dengan lingkungan, termasuk di dalamnya adalah materi pembelajaran, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. C. Pengertian Metode Menurut Puspita dalam Hairuddin, dkk. (2007: 2), bahwa dalam dunia pembelajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Sagala (dalam Ruminiati, 2007: 2) juga menyatakan bahwa pengertian metode adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Joni (dalam Anitah.W, dkk. 2007: 1.24) metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah kerangka pikir untuk memulai sesuatu pekerjaan. Dalam

10 konteks pembelajaran, metode adalah cara untuk mengembangkan proses pembelajaran. D. Pengertian Metode Diskusi Menurut Aisyah (2007: 6) metode diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Menurut Sanjaya, dkk. (dalam Abimanyu, 2009: 6) bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam percakapan itu para pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan yaitu masalah yang ingin dicarikan alternatif pemecahannya. Dalam diskusi ini guru berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas sebagai pemimpin itu kepada siswa yang dianggap cakap, walaupun demikian guru masih harus mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa itu. Pendelegasian itu terjadi apabila siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi, terutama pada kelas dengan jumlah siswa banyak. Pemimpin diskusi harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain guru harus aktif membimbing kelompok diskusi. Menurut Anitah. W, dkk. (2007: 5.20) metode diskusi merupakan cara mengajar yang dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu

11 problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Melalui metode diskusi siswa dapat bertukar pendapat dalam menanggapi sebuah masalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, melatih siswa untuk bekerja sama, belajar berdemokrasi, menghargai pendapat teman, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 1. Tujuan Metode Diskusi Menurut Abimanyu (2008: 6-18) tujuan metode diskusi adalah: a. Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan. b. Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat. c. Mengembangkan sikap toleransi terhadap pendapat yang berbeda. d. Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan pendapat. e. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional. 2. Keunggulan Metode Diskusi: Menurut Abimanyu (2008: 6-18) beberapa keunggulan metode diskusi ialah: a. Dapat bertukar pikiran. b. Dapat menghayati permasalahan. c. Merangsang siswa untuk berpendapat. d. Mengembangkan rasa tanggung jawab. e. Membina kemampuan berbicara. f. Belajar memahami pendapat atau pikiran orang lain. g. Memberikan kesempatan belajar. 3. Kelemahan Metode Diskusi a. Relatif memerlukan waktu cukup banyak.

12 b. Jika siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan, maka diskusi tidak akan efektif. c. Materi pelajaran dapat menjadi luas. d. Yang aktif hanya siswa tertentu saja (Abimanyu, 2008: 6-18). 4. Langkah-langkah Penerapan Metode Diskusi Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi menurut Abimanyu (2008: 6-20-6-21) meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Kegiatan Persiapan 1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi. 2) Mengidentifikasi masalah yang cukup sulit berupa problematik dan memerlukan jenis diskusi yang cocok untuk memecahkannya. 3) Menentukan jenis diskusi yang cocok yang akan dikembangkan apakah itu jenis diskusi kelas, kelompok kecil, simposium, atau jenis diskusi panel. Hal ini sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai misalnya: jika tujuan diskusi merupakan persoalan yang kompleks, maka kita pilih diskusi kelompok kecil, sedangkan jika tujuannya untuk mengembangkan gagasan atau ide peserta didik maka jenis diskusi simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang paling tepat. b. Kegiatan Pelaksanaan Metode Diskusi 1) Kegiatan Pembukaan: Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu : a) Guru menanyakan materi pelajaran yang pernah diajarkan (apersepsi).

13 b) Guru mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat yang ada kaitannya dengan masalah yang akan didiskusikan. c) Guru mengemukakan tujuan diskusi serta tata cara yang harus diperhatikan dalam diskusi. 2) Kegiatan Inti Pembelajaran a) Guru mengemukakan materi pelajaran yang berupa problematik yang akan didiskusikan, dan menjelaskan secara garis besar hakikat permasalahan tersebut. b) Guru berusaha memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara antara lain: mengingatkan arah dan cara diskusi yang sebenarnya, mengakui kebenaran gagasan siswa dengan menggalang bagian penting yang telah diucapkan siswa, merangkum hasil pembicaraan pada tahap tertentu sebelum berpindah pada masalah berikutnya. c) Memperjelas uraian pendapat siswa karena ide yang disampaikan kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi. d) Menganalisis pandangan siswa karena terjadi perbedaan pendapat antaranggota diskusi dengan jalan meneliti apakah pernyataan dan alasan siswa tersebut mempunyai dasar yang kuat dan benar, kemudian guru memperjelas hal-hal yang telah disepakati dan yang tidak disepakati oleh anggota diskusi. e) Meningkatkan uraian pendapat siswa dengan jalan mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir,

14 memberi waktu untuk berpikir, memberi komentar positif terhadap pendapat siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan sikap yang bersahabat. f) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi agar pembicaraan tidak didominasi oleh beberapa orang siswa yang enggan berpartisipasi, memberi giliran pada siswa yang pendiam, meminta siswa mengomentari pendapat temannya, dan menengahi pendapat yang saling sama kuat. 3) Kegiatan Penutup a) Meminta siswa atau wakil kelompok melaporkan hasil diskusi. b) Meminta siswa lain atau kelompok lain mengomentari dan melengkapi rumusan hasil diskusi. c) Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses diskusi. d) Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi. E. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Mulyono dalam Hidayati, dkk. (2009: 7) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial, seperti: sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (dalam Taneo, 2009: 1-8) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

15 Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti yang dikemukanan oleh Kusumaatmadja dalam Hidayati, dkk. (2009: 24) adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan bangsa. Dengan melihat sejumlah pengertian tersebut di atas, maka Ilmu Pengetetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang diharapkan mampu mempersiapkan warga negara yang demokratis, memahami hak dan kewajibannya, bertanggung jawab terhadap lingkungannya, serta memiliki kamampuan berpikir luas dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk dan semakin kompleks. F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif, menyenangkan, menantang dan berhasil maksimal, maka guru perlu memahami terlebih dahulu sifat, minat, bakat, kebutuhan, dan karakteristik siswanya. Guru memerlukan berbagai sumber informasi tentang siswanya. Hal ini akan memudahkan bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran IPS di kelasnya dengan baik. Menurut Hidayati, dkk. (2008: 26) bahwa anak usia 6 sampai 12 tahun merupakan anak usia Sekolah Dasar. Pada periode ini, anak-anak dikatakan sedang berada pada Masa Kanak-kanak Akhir, atau Masa Sekolah Dasar, atau Masa Berkelompok. Masa Sekolah Dasar merupakan keserasian bersekolah, dan memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut.

16 1. Anak harus bekerja sama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh bergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya 2. Anak memiliki kemampuan sintesis-analitik, artinya anak dapat mengenal bagian-bagian dari suatu keseluruhan, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut. 3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah. Jean Piaget (dalam Ruminiati, 2007: 1-8) berpendapat bahwa proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak secara berurutan melalui empat tahap. Urutan tahapan itu tetap bagi setiap orang, tetapi usia kronologis bagi setiap orang yang memasuki tiap tahap berpikir berbeda-beda bergantung kondisi masingmasing individu. Keempat tahap tersebut adalah: (1) tahap sensori motorik pada usia 0-2 tahun, (2) tahap pra-operasional pada usia 2-7 tahun, (3) tahap periode operasional konkret pada usia 7-12 tahun, dan (4) yang terakhir adalah tahap operasional formal pada usia 12 tahun ke atas. Istilah operasi di sini dimaksudkan suatu proses berpikir logis yang merupakan aktivitas mental (bukan aktivitas sensori motor). Berdasarkan dua pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif, efisien, dapat melibatkan siswa secara aktif, dan berhasil maksimal, seyogyanya dalam menyusun rencana pembelajaran guru perlu memahami dan menyesuaikan dengan karakteristik, bakat, minat dan kebutuhan peserta didik dengan karakteristik pembelajaran itu sendiri.

17 G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada rumusan masalah dan beberapa kajian teori tersebut, peneliti merumuskan sebuah hipotesis tindakan, yaitu Apabila pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Mesuji dengan menerapkan penggunaan metode diskusi, maka hasil belajar siswa dapat meningkat.