BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. public tentu harus mempublikasikan laporan keuangan perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan informasi yang dihasilkan dengan sistem informasi. investasi, kredit dan yang serupa secara rasional.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang go public. Semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di. pengambilan keputusan bisinisnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan potret implementasi. mencerminkan betapa pentingnya ketepatan waktu (timeliness) penyajian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi pada saat ini, para investor memerlukan lebih banyak informasi yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. datang akan semakin tumbuh dan bersaing secara ketat dimana masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Di dalamnya terkandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaporan keuangan adalah laporan keuangan itu sendiri. Menurut Belkaui

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tentang suatu perusahaan semakin tinggi. Laporan keuangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan khususnya yang telah go publik diwajibkan. menyampaikan laporan keuangan untuk memprediksikan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semakin tinggi. Informasi saat ini tidak hanya produk sampingan,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, dari transaksi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal yang diperkuat dengan sistem otomatisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang telah go public. Setiap perusahaan yang telah go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go publik

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan laporan keuangan adalah profitabilitas perusahaan. Para

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan (Fujianti, 2015). Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran penting sebagai alat komunikasi antar para pelaku bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk. yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal.

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan akan

BAB I PENDAHULUAN. miliki serta kinerjanya kepada calon investor, calon kreditor, dan para

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang go public wajib menerbitkan laporan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan tersebut (Sembiring, 2010). Laporan keuangan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015: 1.3), bahwa tujuan laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, seperti untuk membeli bahan baku, peningkatan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan. Manfaaat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan diperlukan oleh sejumlah besar pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah informasi yang memberikan pengaruh sangat besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PE DAHULUA. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan sebuah alat penting bagi para pelaku dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sangat ketat oleh lembaga lembaga tertentu, (Otoritas Jasa Keuangan), BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus,

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dari informasi keuangan untuk profesi akuntansi.

BABl PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya kompjeksitas kegiatan operasi bisnisdan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat. Permintaan terhadap laporan keuangan yang meningkat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai penyedia informasi suatu perusahaan (Suardi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan suatu informasi yang relevan. Kenley dan Stubus (1972) dalam Saleh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Laporan keuangan ini juga sebagai wahana untuk mempublikasikan keadaan

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya

A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh setiap perusahaan yang go public menjadi salah satu sumber

PENDAHULUAN. kondisi keuangan perusahaan. Menurut Soemarsono (2004: 34), laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. internal yang mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Setiap perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. informasi untuk membuat keputusan investasi dan kredit. modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi relevan lagi dengan keadaan yang ada. Begitu pula dengan laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pihak (Halim, 2001). Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham,

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya (going concern). Untuk itu tak sedikit dari perusahaan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan, khususnya oleh beberapa pihak seperti kreditor, investor,

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan banyak informasi tentang laporan keuangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pasar modal di Indonesia yang semakin berkembang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan pasar bebas ASEAN, dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia perekonomian di Indonesia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya yang bermanfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan sebaiknya disajikan secara akurat

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dapat berupa informasi akuntansi dan informasi-informasi lain. perubahan posisi keuangan, dan laporan lain (IAI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. independen mengalami peningkatan. Laporan keuangan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri perbankan adalah suatu industri yang memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (www.bi.go.id). Industri perbankan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan sektor industri lain, dilihat dari beberapa karakteristik utama yang dimilikinya. Karakteristik pertama adalah industri yang padat akan regulasi dan kedua adalah industri ini merupakan industri yang berbasis kepada kepercayaan. Perkembangan kinerja perbankan dari tahun 2008 sampai saat ini terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 kinerja perbankan masih relatif stabil. Terjaganya stabilitas perbankan di tengah kondisi pasar keuangan global yang bergejolak, tercermin pada beberapa indikator utama perbankan yang tetap tumbuh positif. Total aset perbankan tumbuh Rp. 324,1 triliun (16,3%) menjadi Rp. 2.310,6 triliun, dana pihak ketiga tumbuh Rp. 242,6 triliun (16,1%) menjadi Rp. 1.753,3 triliun, sementara kredit tumbuh Rp. 308,0 triliun (29,5%) menjadi Rp. 1353,6 triliun. Pada tahun 2009 kinerja perbankan Indonesia cukup baik. Dengan semakin berkurangnya tekanan krisis global dan kecenderungan bank melakukan konsolidasi internal. Rasio permodalan bank relatif terjaga di level 17,4% yang didukung oleh profitabilitas yang tinggi dan efisiensi yang sedikit membaik dalam mengelola asset yang selama tahun 2009 meningkat 9,7%. 1

Pertumbuhan dana pihak ketiga yang relatif baik, yaitu sebesar 12,5%, namun disertai pertumbuhan penyaluran kredit yang dibawah target. Pada tahun 2010 perkembangan kinerja perbankan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dampak krisis ekonomi global yang mengemuka sejak akhir 2008 dan sempat mengganggu kinerja perbankan pada 2009, khususnya terkait penyaluran kredit, berhasil diatasi dengan cukup baik. Hal ini tercermin dari berbagai pencapaian positif yang berhasil diraih perbankan sepanjang 2010. Dana pihak ketiga perbankan juga tumbuh tinggi, sangat memadai untuk mendukung pertumbuhan kredit. Sementara ekspansi kredit tetap dilakukan dengan memperhatikan koridor prudential yang berlaku sehingga rasio kredit bermasalah terkendali pada level yang relatif rendah. Begitu pula dengan permodalan bank juga cukup tinggi dengan kualitas yang baik karena didukung oleh profitabilitas yang tinggi dan efisiensi yang relatif membaik. Pada tahun 2011 kinerja perbankan menunjukkan perkembangan yang positif. Kondisi keuangan global yang masih melemah seiring berlarutnya krisis utang di Eropa dan melemahnya perekonomian Amerika Serikat terlihat belum memberikan dampak yang signifikan bagi perbankan Indonesia. Stabilitas sistem keuangan juga masih tetap terkendali tercermin dari berbagai pencapaian positif yang berhasil diraih perbankan sepanjang tahun 2011. Dana pihak ketiga perbankan tumbuh cukup tinggi dan sebagian besar digunakan untuk membiayai pertumbuhan kredit. Ekspansi kredit tetap dilakukan dengan memperhatikan koridor prudential yang berlaku sehingga rasio kredit bermasalah terkendali pada level yang rendah. Kondisi permodalan bank juga tetap terjaga pada level yang cukup tinggi karena didukung profitabilitas yang tinggi. Pada saat ini perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan I-2012 (sampai dengan Februari 2012) di tengah perlambatan 2

ekonomi global. Kinerja positif tersebut tampak dari kondisi permodalan perbankan yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Meningkatnya permodalan dicapai melalui profitabilitas yang cukup tinggi dan fungsi intermediasi berjalan dengan baik. Dengan melihat perkembangan perbankan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya mendorong peneliti untuk menggunakan subsektor perbankan menjadi objek penelitian. Pada tahun 2008-2011 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 28 perusahaan. 1.2 Latar Belakang Penelitian Kelangsungan hidup suatu perusahaan atau bank, baik yang BUMN, BUMD maupun BUMS sangat dipengaruhi oleh tata kelola perusahaan tersebut. Tata kelola perusahaan yang kurang baik dapat menimbulkan penyimpangan di kalangan pengelola perusahaan, direksi atau manajemen yang dilakukan oleh pemegang saham maupun karyawan. Penyimpangan terjadi karena adanya kepentingan pribadi tingkat atas dalam mengelola perusahaan yang memudahkan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan. Maraknya ketidakstabilan dunia bisnis menggambarkan lemahnya penerapan Good Corporate Governance sehingga menimbulkan masalah yang menjadi sorotan para bankir, pemegang saham, stakeholder dan khususnya pihak pemerintah seperti terjadinya kasus Bank Century Tbk dimana terjadi pembobolan uang nasabah yang dilakukan oleh pemiliknya sendiri yaitu Robert tantular. Bank ini dinyatakan gagal karena laporan audit menyatakan bahwa terdapat penyelewengan-penyelewengan dalam penggunaan uang nasabah, walaupun kasus ini sudah diatasi oleh BI dengan bailout dana sebesar Rp. 6,7 T namun hingga kini belum juga menunjukkan tanda-tanda bahwa kasus ini akan segera tuntas. Adanya kasus ini membuat Bank Century 3

mendapat teguran dari BEI karena terlambat menyampaikan laporan keuangannya. Kasus Bank Century memperlihatkan lemahnya sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh auditor internal dalam perusahaan dan pengelolaan manajemen perusahaan yang kurang baik dari tingkat pelaksanaan audit internal, manajemen, komite, maupun direksi perusahaan yang dapat merugikan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap Bank dan menghambat perwujudan Good Corporate Governance. Pada dasarnya isu tentang corporate governance dilatarbelakangi oleh agency theory yang menyatakan permasalahan agency muncul ketika pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari pemiliknya. Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan wewenangnya atas pengelolaan perusahaan kepada profesional managers. Akibatnya, kewenangan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan sepenuhnya ada di tangan eksekutif. Hal itu menimbulkan kemungkinan terjadinya moral hazard dimana manajemen tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan ( conflict of interest). Manajer dengan informasi yang dimilikinya bisa bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik karena manajer memiliki informasi perusahaan yang tidak dimiliki pemilik ( asymmetric information). Hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menghasilkan kepercayaan investor terhadap pengembalian ( return) atas investasi yang telah mereka tanam pada perusahaan tersebut. Maka untuk mengatasi permasalahan agency, pihak perbankan melakukan pembenahan terhadap sistem tata kelola perusahaan. Untuk mencapai good corporate governance dibutuhkan suatu mekanisme cara kerja secara konsisten untuk memantau terhadap sejumlah kebijakan yang diambil. Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur 4

dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme corporate governance penting dilakukan untuk menekan operasi dari sekuritas pasar dalam lingkungan yang tidak pasti untuk memperoleh informasi yang relevan dan reliable berdasarkan laporan keuangan (Virginia dan Eleni, 2008). Laporan keuangan merupakan wahana bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas reaksi tersebut. Informasi akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pemakainya guna pengambilan keputusan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut (Givoly dan Valmon, 1982) dalam Afianti (2011). Sebaliknya manfaat laporan keuangan akan berkurang jika laporan tidak tersedia tepat pada waktunya. Informasi laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu akan mengurangi asimetri informasi yang berkaitan dengan agency theory (Kim dan Verrechia, 1994) dalam Afianti (2011). Ketepatan waktu pela poran keuangan akan memberikan andil bagi kinerja yang efisien di pasar saham yaitu sebagai fungsi evaluasi dan pricing, membantu mengurangi tingkat insider trading dan kebocoran serta rumor-rumor di pasar saham. Tuntutan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan telah diatur dalam Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: 80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. Namun peraturan itu berubah dengan ditetapkannya Keputusan Ketua Bapepam Nomor: 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, disebutkan bahwa laporan 5

keuangan tahunan harus dilengkapi dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan. Untuk melengkapi Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, kemudian dikeluarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: 40/BL/2007 tentang jangka waktu penyampaian laporan keuangan berkala dan laporan keuangan tahunan bagi Emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di BEI dan bursa efek negara lain dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.7, disebutkan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada Bapepam dan LK dilakukan sesuai dengan ketentuan di negara lain tersebut. Keterlambatan atas penyampaian laporan tersebut akan dikenakan sanksi adminstratif berupa denda berdasarkan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal yang mengatakan bahwa: Emiten yang pernyataan pendaftarannya efektif, dikenakan sanksi denda Rp.1.000.000,- atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp.500.000.000,-. Selain itu, BEI melalui keputusan direksi PT.Bursa Efek Jakarta Nomor 307/BEJ/07-2004 juga menerbitkan Peraturan Pencatatan No.I-H tentang sanksi bagi perusahaan yang tidak patuh terhadap Peraturan Bapepam No. X.K.2, disebutkan ada empat bentuk sanksi yang dikenakan, terdiri atas: 1) Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan; 2) Peringatan tertulis II dan denda Rp 50.000.000,- apabila mulai hari kalender ke 31 hingga kalender ke 60 sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan, perusahaan tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan keuangan; 3) Peringatan tertulis III dan denda Rp 150.000.000,- apabila mulai hari kalender ke 61 hingga kalender ke 90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian 6

laporan keuangan perusahaan tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan keuangan atau menyampaikan laporan keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud pada ketentuan peraturan II di atas; 4) Penghentian sementara perdagangan dalam hal kewajiban laporan keuangan dan atau denda tersebut di atas belum dilakukan oleh perusahaan. Dari sisi regulasi Bank Indonesia bahwa perusahaan perbankan harus memiliki nilai transparansi dan melaporkan laporan keuangan tahunan secara tepat waktu. Hal ini sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank bahwa laporan tahunan wajib disampaikan kepada pemegang saham selambat-lambatnya 5 (lima) bulan setelah tahun buku berakhir dan bagi bank yang telah memiliki home page wajib menginformasikan laporan tahunan selambat-lambatnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yaitu 5 (lima) bulan setelah tahun buku berakhir. Publikasi laporan keuangan dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat khususnya investor dan calon investor. Keterlambatan pelaporan keuangan mengakibatkan reaksi negatif pada pasar modal karena emiten dipandang memiliki masalah sehingga laporan keuangan sulit untuk diaudit. Faktanya masih terdapat perusahaan khususnya perbankan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan kepada Bapepam meskipun mendapat sanksi administratif atas keterlambatannya ini berupa denda Rp. 1.000.000/hari. Pada tahun 2008 tercatat 1 Bank terlambat menyerahkan laporan keuangan yaitu Bank Mutiara. Tahun 2009 tercatat 1 Bank terlambat menyerahkan laporan keuangan yaitu Bank Mutiara. Tahun 2010 tercatat 1 Bank terlambat menyerahkan laporan keuangan yaitu Bank Mutiara dan Tahun 2011 tercatat 1 Bank terlambat menyerahkan laporan keuangan yaitu Bank Mutiara. Hal ini tidak hanya 7

merugikan perusahaan tetapi juga investor karena meningkatkan keraguan akan relevansi laporan keuangan dan berdampak negatif pada pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran mekanisme corporate governance adalah persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional (kepemilikan institusional) dan kualitas audit. Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai besarnya persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional (Arief dan Bambang, 2007). Menurut Chen dan Zhang (2006) menyatakan kepemilik an institusional sebagai persentase suatu perusahaan yang memiliki mutual funds, investment banking, asuransi, dana pensiun, reksadana dan bank. Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan mekanisme corporate governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor manajemen perusahaan. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan pada umumnya dan manajer sebagai pengelola perusahaan pada khususnya. Penelitian Ifada (2009) dan Savitri (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional secara signifikan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian kadir (2011) dan Afianti (2012) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Kualitas audit merupakan kemungkinan auditor akan mendeteksi dan melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (De Angelo, 1988 dalam Naim, 1999). De Angelo menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Auditor berkualitas merupakan berita baik bagi investor, sehingga manajemen akan segera menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang memiliki reputasi baik. 8

Penelitian Dwiyanti (2010) menunjukkan bahwa kulitas audit dalam hal ini Kantor Akuntan Publik tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Savitri (2010) bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel dari penelitian terdahulu yaitu variabel kepemilikan institusional dan kualitas audit untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011. Pemilihan perbankan didasarkan pada pertimbangan bahwa kondisi perbankan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dan memberikan kontribusi besar terhadap permintaan domestik yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi serta sektor perbankan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan sektor industri lain, yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran (BAPEPAM-LK, SE 31/01/2008). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2008-2011). 9

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional dan kualitas audit) dan ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011? 2. Apakah kepemilikan institusional dan kualitas audit secara simultan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan? 3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial: a. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan? b. Kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dibuat maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional dan kualitas audit) dan ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2011. 2. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan kepemilikan institusional dan kualitas audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. 3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial: a. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan 10

b. Kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis Aspek ini memuat kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari masalah yang diteliti, yaitu: a. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori dalam bidang akuntansi mengenai mekanisme corporate governance dan pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bahan pembanding bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul yang sama sehingga kekurangan yang ada dalam penelitian ini dapat diperbaiki. 1.5.2 Aspek Praktis Aspek ini memuat kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penerapan pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu: a. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi. 11

b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap ketepatan waktu serta memicu perusahaan perbankan untuk senantiasa tepat waktu dalam publikasi laporan keuangan auditan agar menarik minat investor dalam menanamkan modal diperusahaan tersebut. c. Bagi BAPEPAM-LK Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan mengenai mekanisme corporate governance pada perusahaan sektor perbankan. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam tugas akhir ini dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan tugas akhir ini secara umum adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjelasan secara umum dan ringkas yang menggambarkan isi penelitian dengan tepat. Isi bab ini meliputi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis dan sistematika penulisan tugas akhir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini merupakan teori-teori yang berkaitan dengan corporate governance dan pengaruhnya terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 12

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan bagaimana cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada. Isi bab ini meliputi jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, teknik analisis data dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Bab ini juga meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan kesimpulan atas hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Selain itu bab ini berisi saran atau rekomendasi atas masalah dalam penelitian. 13