BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan adalah dambaan dan impian setiap orang, baik anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membentuk Sikap Nasionalisme Siswa SMP Muhammadiyah Purwokerto.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan mendidik adalah sifat khas yang dimiliki manusia. Kant

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

Pendidikan Pancasila. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuahanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan Bernegara pada Bidang Politik ekonomi, sosial dan hankam

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan akhir dari proses pendidikan. dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sangatlah minim sekali.

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bermacam-macam kebudayaan, diantaranya bahasa daerah,

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan baik sistem atau aspek materi yang mampu menjadi formulasi pendidikan dengan proses dan output yang berkualitas karena pendidikan tersebut sebagai tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang besar tidak pernah terlepas dari sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan sumber daya manusia yang unggul tidak mungkin pernah ada tanpa adanya pendidikan yang memadai. Segala sarana dan prasarana pendidikan pun hendaknya disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga pendidikan yang ada mampu mengimbangi kemajuan zaman yang kian meningkat. Dalam kehidupan manusia, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan diharapkan dapat menumbuhkan manusia Indonesia yang berkualitas, dalam hal ini generasi muda merupakan sosok individu yang sangat berkompeten dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa, karena hal tersebut akan membawanya ke arah kemajuan diri dan bangsanya. Oleh karena itu kita sebagai warga negara mengharapkan agar generasi muda haruslah menjadi seseorang yang mempunyai wawasan pengetahuan yang tinggi dan berkualitas. 1

2 Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945. Tujuan pendidikan nasional tersebut apabila peneliti lihat lebih jauh lagi, bukanlah semata-mata untuk membangun manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini berkenaan dengan sistem pendidikan nasional yang tidak hanya menekankan pada segi kognitif saja akan tetapi kepada aspek lain juga, yaitu aspek afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek afektif merupakan aspek sikap yang meliputi sejumlah nilai-nilai yang perlu dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan pada tahapan kependidikan, yakni dari tingkat pendidikan dasar dan sampai pada tingkat perguruan tinggi. Pengembangan sikap tersebut terutama dalam pembinaan nilai-nilai moral Pancasila yang dilakukan secara khusus melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Pada hakekatnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006 : 21) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir secara kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan serta

3 berpartisipasi aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di atas, jelas bahwa PKn ingin menanamkan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan konstitusi negara Indonesia serta membina dan mengembangkan sikap nasionalisme dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melihat kenyataan sekarang ini, ada kecenderungan masyarakat Indonesia khususnya generasi muda rasa nasionalisme dan cinta tanah airnya sudah mulai luntur bahkan terkikis dari dalam dirinya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya remaja Indonesia yang lebih senang meniru gaya hidup orang barat dalam berbagai hal, lebih senang dan bangga menggunakan produk luar negeri dari pada produk dalam negeri sendiri karena dianggap modern apabila menggunakan produk luar negeri. Menurut Kusumawati (2011) terkikisnya rasa nasionalisme sekarang ini juga melanda anak didik di sekolah. Contoh riilnya saja hampir disetiap jenjang sekolah, ketika dilaksanakan upacara bendera para siswa merasa malas dan tidak melaksanakannya dengan khidmat dan tertib. Apabila mereka sadar dan paham bagaimana perjuangan pahlawan ketika merebut negara Indonesia dari tangan penjajah maka mereka akan mengikuti upacara dengan baik atas dorongan dalam dirinya bukan karena takut dihukum guru. Selain itu, siswa sekolah sekarang ini lebih suka menggunakan bahasa gaul dalam kehidupan

4 sehari-harinya dibandingkan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, bahkan remaja sekarang juga lebih merasa bangga dengan menggunakan produk luar negeri daripada produk dalam negeri sendiri. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi peneliti saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2011 di SMK Negeri 1 Purwokerto. Peneliti menemukan bahwa masih terdapat siswa-siswi di SMK Negeri 1 Purwokerto yang sering datang terlambat ke sekolah, baik pada hari-hari biasa maupun pada hari Senin saat diadakannya kegiatan upacara bendera. Selain itu, dalam pelaksanaan upacara bendera juga masih terdapat siswa yang kurang khidmat mengikuti upacara seperti suka mengobrol dengan temannya pada saat upacara bendera masih berlangsung. Apabila dibiarkan begitu saja maka keadaan seperti itu akan berbahaya, sebab generasi muda dan siswa sekolah merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini menuju arah yang lebih baik. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, karena remaja sebagai generasi muda yang notabene generasi penerus bangsa yang akan menggantikan kepemimpinan bangsa kelak, sangat diharapkan mampu menjadi pemimpin yang benar-benar memiliki rasa kebangsaan yang tinggi. Oleh karena itu, untuk membangun anak-anak bangsa yang memiliki mental dan kepribadian bangsa diperlukan suatu usaha. Salah satu yang terpenting adalah melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir secara kritis, rasional, kreatif

5 dalam menanggapi isu kewarganegaraan serta berpartisipasi aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Depdiknas, 2006 : 21). Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial. Hal ini selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sikap nasionalisme seperti yang dikemukakan oleh Santoso (2007 : 16) yaitu: a) Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, b) Sanggup atau rela berkorban untuk bangsa dan negara, c) Mencintai tanah air dan bangsa, d) Bangga berbangsa dan bernegara Indonesia, e) Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan berdasarkan prinsip Bhineka Tunggal Ika, f) Memajukan pergaulan untuk meningkatkan persatuan bangsa dan negara. Nasionalisme merupakan salah satu nilai luhur yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila yang perlu diwariskan kepada generasi penerus termasuk para siswa di sekolah. Dengan menanamkan sikap nasionalisme, diharapkan siswa tumbuh menjadi manusia pembangunan yakni generasi yang mampu mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Peran semangat dan jiwa nasionalisme sangat penting artinya, sebagaimana pengertian Nasionalisme menurut Hans Kohn (1984 : 11): Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan atau nation-state. Perasaan yang sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat, dan penguasa-penguasa resmi daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda.

6 Pada perspektif ini, peran, semangat, jiwa nasionalisme, dan kebangsaan sangat penting artinya. Saat ini, nasionalisme dibutuhkan untuk mempersatukan bangsa guna mempertahankan kemerdekaan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk membina anak didik yang memiliki rasa kebangsaan yang tinggi sehingga bisa mengamalkannya ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari maka diperlukan suatu usaha melalui pendidikan di sekolah yang berupa membina, mengembangkan, dan menyempurnakan potensi diri siswa menuju proses pendewasaannya. Dalam hal ini bidang studi yang memegang peranan untuk menunjang terhadap pencapaian tujuan tersebut adalah melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn merupakan mata pelajaran di sekolah yang memfokuskan pelajarannya pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD l945 (Depdiknas, 2006 : 2). Oleh karena itu, melalui pelajaran PKn ini sikap nasionalisme siswa sebagai warga negara muda perlu dibina dan ditumbuhkembangkan menjadi warga negara Indonesia yang cinta terhadap tanah air Indonesia sehingga kita sebagai warga negara Indonesia harus rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Dengan demikian persatuan dan kesatuan, dan kepentingan Indonesia serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan akan mendorong bangsa Indonesia untuk menunjukan harkat dan derajatnya diantara bangsa-bangsa lain.

7 Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa (Studi Deskriptif Analisis di SMK Negeri 1 Purwokerto). B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, secara umum masalah yang menjadi inti penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan nasionalisme siswa. Dari rumusan masalah tersebut, peneliti kemudian merinci menjadi tiga sub masalah penelitian yaitu: 1. Bagaimana implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa? 3. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam nasionalisme siswa? C. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan nasionalisme siswa. Kemudian peneliti merinci menjadi tiga sub tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui:

8 1. Implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa. 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa. 3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam nasionalisme siswa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai ajang pengembangan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, memberikan gambaran secara faktual dan akurat mengenai peranan nasionalisme siswa di sekolah, menjadi bahan masukan bagi pengembang kurikulum dalam penyempurnaan materi PKn yang bermuatan nasionalisme yang bisa menumbuhkan sikap nasionalisme. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Memberikan motivasi untuk lebih giat belajar, khususnya mata pelajaran PKn dan untuk dapat memahami dan melaksanakan mengenai pentingnya sikap nasionalisme. b. Bagi Guru Memberikan masukan kepada para pendidik dalam mengarahkan pada terbinanya sikap nasionalisme siswa.

9 c. Bagi Sekolah Diharapkan menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan segala kebijakannya supaya lebih mengarah pada pembentukan sikap dan perilaku terutama dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa. d. Bagi Akademisi 1) Memberi manfaat yang besar dalam melatih berfikir ilmiah melalui penelitian. 2) Sebagai bekal bagi peneliti dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik.