BAB I PENDAHULUAN. Jaminan fidusia yang merupakan salah satu bentuk lembaga jaminan

dokumen-dokumen yang mirip
EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG FIDUSIA NO. 42 TAHUN 1999 MEMBAWA PERUBAHAN DALAM PRANATA JAMINAN RABIATUL SYAHRIAH

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sudah sejak masa

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/2017

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

3 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang. 4 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hak

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun. tertentu dengan pemberian bunga. 1

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. menutupi semua kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan yang bersifat dadakan.selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB III PENUTUP. penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Bentuk penyelesaian yang dilakukan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. antara subjek dengan benda dan hak kebendaan 1. Selain itu pengertian hukum benda

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan pelaku usaha atau perseorangan untuk menggerakan perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

ASPEK-ASPEK HUKUM PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PEMBIAYAAN KONSUMEN. Iyah Faniyah Universitas Ekasakti, Padang

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. tergiur untuk memilikinya meskipun secara financial dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB II TINJAUAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN A. Pengertian, Ruang Lingkup dan Sejarah Jaminan Fidusia

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dalam hubungan antara kreditur (pemberi kredit) dengan debitur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Grafindo Persada, 2000, Jakarta, hlm.73

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu PT. Pegadaian (Persero) adalah salah satu solusinya. dengan mottonya Mengatasi Masalah Tanpa Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB II TERHADAP JAMINAN FIDUSIA YANG DIDAFTARKAN PADA SAAT TERJADINYA KEMACETAN PEMBAYARAN. jaminan fidusia, pada Pasal 1 angka 1 menyatakan :

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Istilah fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERAMPASAN BARANG OLEH PENAGIH UTANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG FIDUSIA DAN KUHP

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. banyak dipraktikkan dalam lalu lintas hukum perkreditan atau pinjam meminjam.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa dapat menutupi semua kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Jaminan fidusia yang merupakan salah satu bentuk lembaga jaminan yang ada di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UUJF). Awalnya jaminan fidusia hanya diatur di dalam yurisprudensi-yurisprudensi saja, sehingga kurang menjamin kepastian hukum dan kurang memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan. Jaminan fidusia sendiri telah digunakan sejak lama di Indonesia, yakni sejak zaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang berasal dari zaman Romawi. 1 Adanya lembaga jaminan fidusia memudahkan masyarakat untuk membantu perekonomian yang lemah. Selain itu, jaminan fidusia memiliki keunggalan dibandingkan dengan gadai. Sebab, pada gadai benda yang menjadi objek jaminan harus diserahkan kepada penerima gadai, sedangkan pada jaminan fidusia, apabila seseorang ingin menjaminkan suatu benda untuk mendapatkan pinjaman dana, jaminan yang diserahkan cukup hak kepemilikannya saja. Sehingga, benda yang dijaminkan masih dapat dipakai untuk keperluan sehari-hari. Bahkan tidak jarang benda yang dipakai untuk 1 Rachmadi Usman, 2011, Hukum Kebendaan, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 290. 1

dijaminkan adalah benda yang dibutuhkan oleh pemberi jaminan itu sendiri untuk melakukan usahanya. Dari beberapa macam jaminan yang ada di Indonesia, fidusia merupakan salah satu bentuk jaminan yang peminatnya juga tidak sedikit. Ini dibuktikan dengan banyaknya praktik fidusia yang terjadi di masyarakat. Salah satu lembaga pembiayaan yang melayani kredit dengan jaminan fidusia ialah PT Pegadaian (Persero). Walaupun kebanyakan kredit dengan jaminan fidusia dilakukan oleh bank-bank di Indonesia, namun karena kebutuhan ekonomi masyarakat yang semakin tinggi maka tidak hanya bank saja yang melayani kredit dengan jaminan fidusia, melainkan kredit dengan jaminan fidusia juga terdapat di PT Pegadaian (Persero) yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pelayanan kredit dengan jaminan fidusia di PT Pegadaian (Persero) salah satunya ialah dengan Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi). Pada layanan kredit ini, nasabah yang ingin mendapatkan pinjaman dana harus menyerahkan hak milik kendaraannya, yaitu Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). BPKB yang diserahkan oleh PT Pegadaian (Persero) tentu harus beratas namakan orang yang bersangkutan atau disertai dengan surat bukti pengalihan kepemilikan apabila kendaraan dibeli secara second. Dengan begitu, nasabah yang menjaminkan BPKB-nya tersebut tetap dapat menggunakan kendaraannya. Hal tersebut juga berlaku di PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta. Dalam melakukan kegiatan usahanya, PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta pasti memiliki risiko ketika memberi pinjaman dana kepada 2

nasabah melalui Kreasi. Terlebih lagi kredit dengan menggunakan sistem fidusia yang mana kekuasaan benda jaminan berada pada pemberi jaminan. Oleh karena itu, PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta selaku pemegang jaminan fidusia melalui Kreasi harus berhati-hati dan harus memiliki sistem keamanan atau perlindungan hukum yang baik agar jika sewaktu-waktu nasabah cidera janji, PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta dapat menanganinya dan tidak mengalami kerugian. Perlindungan hukum bagi PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta tidak hanya untuk melindungi dari nasabah yang melakukan cidera janji saja, tetapi karena benda jaminan yang dibawa oleh nasabah bisa saja hilang atau musnah, maka perlu diatur tentang perlindungan hukum bagi pemegang jaminan fidusia melalui Kreasi. Agar hal tersebut tidak merugikan PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta sebagai kreditor pemegang jaminan fidusia melalui Kreasi. Sebagai jaminan yang hanya memberikan hak milik kepada pemegang jaminan, dalam praktik kredit dengan jaminan fidusia banyak sekali peluang pemberi jaminan melakukan cidera janji. Bentuk jaminan dalam fidusia berbeda dengan gadai. Pada gadai, kuatnya jaminan disebabkan karena pemberi gadai tak dapat mengalihkan benda jaminan, karena benda jaminan berada pada kreditor (penerima gadai). Serta kreditor berhak menjual dan mengambil pelunasan dari hasil penjualan benda gadai. Pada jaminan fidusia diharapkan benda jaminan tetap ada pada pemberi jaminan fidusia, atas dasar bahwa pemberi jaminan fidusia takut terkena masalah pidana jika ia 3

melakukan cidera janji. Namun kita tak dapat menghindari tindakan pemberi jaminan yang nekad. 2 Jaminan fidusia yang merupakan perjanjian yang bersifat assessoir dari perjanjian pokoknya juga memiliki beberapa aturan penting yang wajib dilakukan sebelum melakukan perjanjian jaminan fidusia. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 11 UUJF yakni, benda yang menjadi objek fidusia harus didaftarkan. Hal tersebut harus dilakukan karena jaminan fidusia baru dianggap telah lahir apabila sudah didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia (Pasal 14 UUJF). Namun, dalam pelaksanaan fidusia ternyata masih banyak yang belum bahkan tidak mendaftarkan objek jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Hal tersebut sangat tidak sesuai dengan aturan yang ada di dalam UUJF. Sesuai dengan amanat UUJF, untuk mendapat perlindungan hukum sebagaimana diatur dalam UUJF, pembebanan benda dengan akta jaminan fidusia harus dibuat dengan akta otentik dan dicatatkan dalam Buku Daftar Fidusia. Jika ketentuan tersebut tidak dipenuhi, hak-hak kreditor tidak mendapat perlindungan sebagaimana disebutkan dalam UUJF. 3 Apabila benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak didaftarkan tentu hal itu dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat merugikan pemegang jaminan itu sendiri. Sebab, apabila benda yang menjadi 2 J. Satrio, 1991, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 192 3 Diana Kusumasari, Akibat Hukum Jaminan Fidusia yang Belum Didaftarkan, diposting tanggal 22 Desember 2011, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4588/akibathukum-jaminan-fidusia-yang-belum-didaftarkan, diakses pada 28 November 2016, Pukul 12.21 WIB 4

objek jaminan fidusia tidak didaftarkan tidak hanya menimbulkan ketidakpastian hukum, namun absennya kewajiban pendaftaran jaminan fidusia tersebut juga menyebabkan jaminan fidusia tidak memenuhi unsur publisitas, sehingga susah dikontrol. 4 Dalam Pasal 28 UUJF juga menyatakan, apabila atas benda yang sama menjadi objek jaminan fidusia lebih dari satu, perjanjian jaminan fidusia, maka kreditor yang lebih dahulu mendaftarkannya adalah penerima fidusia. Hal ini penting diperhatikan oleh kreditor yang menjadi pihak dalam perjanjian jaminan fidusia, karena hanya penerima fidusia, kuasa atau wakilnya yang boleh melakukan pendaftaran jaminan fidusia. 5 Ketentuan tentang adanya kewajiban pendaftaran jaminan fidusia merupakan terobosan yang penting mengingat bahwa pada umumnya objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang tidak terdaftar sehingga sulit mengetahui siapa pemiliknya. 6 Masalah lain yang terjadi dalam pelaksanaan kredit dengan jaminan fidusia ialah benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang berada dalam penguasaan pemberi jaminan fidusia tidak semuanya memiliki asuransi. Apabila benda yang menjadi objek jaminan fidusia musnah, hal tersebut dapat menjadi salah satu sebab hapusnya jaminan fidusia. Dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia musnah dan benda tersebut diasuransikan, maka tidak menghapuskan klaim asuransinya, klaim asuransinya akan 4 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 290. 5 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, Jakarta, PT. RajaGrafindoPersada, hlm. 141. 6 Ibid. 5

menjadi pengganti objek jaminan fidusia yang bersangkutan. 7 Dari situ muncul pertanyaan jikalau benda yang menjadi objek jaminan fidusia musnah dan tidak ada asuransi atas benda tersebut, bagaimana pelunasan kredit antara pemberi jaminan fidusia dan penerima jaminan fidusianya? Tentunya hal tersebut akan merugikan PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta selaku pemegang jaminan fidusia melalui Kreasi. Hal inilah yang menimbulkan kejanggalan dalam pelaksanaan kredit dengan jaminan fidusia di Indonesia khususnya pada PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta melalui Kreasi. Pada kenyataannya, jaminan fidusia yang sudah diatur di dalam UUJF belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan aturannya. Dengan adanya latar belakang tersebut, peneliti akan meneliti tentang Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Jaminan Fidusia Melalui Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi) di PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengemukakan beberapa rumusan masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah tersebut adalah: 1. Apakah pemegang jaminan fidusia yaitu PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta melalui Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi) melakukan pendaftaran benda jaminannya? 7 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 294. 6

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang jaminan fidusia yaitu PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta melalui Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi)? Berdasarkan pokok-pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti memiliki tujuan objektif dan tujuan subjektf. Tujuan Objektif adalah tujuan yang dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah, sedangkan tujuan subjektif adalah maksud dan kepentingan peneliti. Tujuan tersebut adalah: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan mengkaji apakah pemegang jaminan fidusia yaitu PT Pegadaian (Persero) Yogyakarta dalam Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi) melakukan pendaftaran benda jaminannya atau tidak. b. Untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang jaminan fidusia yaitu PT Pegadaian (Persero) melalui Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi). 2. Tujuan Subjektif Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti di bidang ilmu hukum khususnya dalam bidang Hukum Perdata dan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk memudahkan peneliti dalam mengolah hasil penelitiannya tentunya akan dibahas juga segala macam teori-teori tentang perjanjian dan jaminan 7

yang akan dituangkan di dalam tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka tersebut meliputi tinjauan umum tentang perjanjian, tinjauan umum tentang perjanjian kredit, tinjauan umum tentang jaminan, dan tinjauan umum tentang jaminan fidusia, dan tinjauan umum tentang PT Pegadaian (Persero). Tinjauan pustaka tersebut juga akan menjadi dasar atau acuan peneliti untuk menganalisis hasil penelitian agar pada saat menganalisis, peneliti memiliki argumen yang kuat dengan menggunakan teori-teori tersebut. 8