RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

BAB V PENUTUP. burung lawet ini adalah elips (pelesapan S,P,O,K) hal ini dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan. Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya adalah untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia dan bertujuan untuk :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

SEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin tidak terlihat secara nyata berbicara, tetapi pada hakikatnya, ia

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

MAKALAH RAGAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

Proceeding IICLLTLC

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Melalui bahasa seseorang dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

Transkripsi:

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK Penelitian ini mengaji tentang ragam bahasa Pedagang Kaki Lima (PKL) saat melakukan transaksi jual beli dengan pembeli. Ragam bahasa PKL merupakan ragam bahasa yang dapat menambah kosa kata bahasa khususnya Bahasa Indonesia dalam kajian Sosiolinguistik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena berupa data tertulis. Analisis penelitian menunjukkan bahwa ragam bahasa PKL memilik ciri khas masing-masing, baik sesama jenis dagangan maupun tidak sesama jenis dagangan. Pedagang yang berasal dari daerah tertentu cenderung mengikuti bahasa pembeli. Apabila pembeli terlihat menggunakan bahasa Jawa pedagang pun mengikuti meskipun tidak semampu bahasa pembeli yang asli orang Jawa. Pedagang dan pembeli di Terminal Purabaya Surabaya banyak yang menggunakan bahasa Indonesia saat berdagang dengan pembeli luar daerah maupun daerah yang sama. Kata Kunci: ragam, pedagang kaki lima, sosiolinguistik, bahasa PENDAHULUAN Bahasa dapat digunakan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Menurut Chaer dan Agustina (2004:17) terdapat tiga komponen yang harus ada dalam setiap komunikasi yaitu (1) pihak yang berkomunikasi, yakni pengirim dan penerima informasi yang dikomunikasikan, yang lazim disebut partisipan; (2) informasi yang dikomunikasikan; dan (3) alat yang digunakan dalam komunikasi itu. Pihak yang terlibat dalam proses komunikasi ada dua orang, yaitu pertama yang mengirim informasi, dan yang kedua yang menerima informasi. Linguistik melibatkan alih kode antara bahasa-bahasa sehingga dipakailah sepasang pendekatan mikro dan makro. Pendekatan pertama (mikro) yang dipusatkan pada individu bilingual, akan menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan cara-cara yang memungkinkan seseorang bilingual berkomunikasi lebih dari satu bahasa dan melakukan switch antara berbagai kode dalam repertoirenya. Pendekatan kedua, yang dipusatkan pada kelompok, akan tertarik pada pencarian yang bagaimana bahasa itu dipakai untuk mencapai serta menciptakan jarak sosial atau kerja sama, bagaimana para elite memegang kontrol penggerak politik suatu negara (Ibrahim, 1995:253). 11

Menurut Sumarsono dan Partana (2002:20) orang melihat hakikat bahasa bukan sekadar bunyi, melainkan wajah-wajah abstraknya misalnya hakikat bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi dalam bahasa lisan terjadi secara langsung atau bertatap muka sehingga terikat oleh kondisi, waktu, dan situasi. Maksudnya, komunikasi hanya terjadi pada pembicara yang terlibat dalam kegiatan berbicara tersebut. Dari segi pemahaman penerima ragam bahasa lisan, pembicara lain lebih mudah mengerti jika terjadi kesalahan atau pemakaian struktur kalimat yang kurang baik saat berbicara karena dapat dijelaskan secara langsung. Pateda (1991:84) membagi variasi bahasa berdasarkan (a) tempat; yang menghasilkan dialek regional, (b) waktu; yang menghasilkan dialek temporal, (c) pemakai; menghasilkan glosaria, idiolek, sesuai kelamin, monolingual, status sosial, berdasarkan umur, (d) pemakaiannya; menghasilkan diglosia, kreol, bahasa lisan, nonstandar, pijin, register, bahasa tulis, jargon, (e) situasi; situasi formal dan nonfomal, (f) status; dibagi atas bahasa ibu, bahasa daerah, bahasa nasional, bahasa negara, bahasa resmi. Alwasilah (1993:54) mengatakan, istilah variasi bahasa atau kadang dipertukarkan dengan istilah ragam merupakan cara berbahasa seseorang atau gaya perorangan dalam performansnya, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Menurut Suparno (2002:71) variasi bahasa adalah keanekaragaman bahasa yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Berikut ini akan dijelaskan tentang hakikat bahasa sebagai objek linguistik dan ragam bahasa dalam salah satu kajian sosiolinguistik. Penelitian ini mengambil ragam bahasa lisan pedagang kaki lima di terminal Purabaya Surabaya. Hal ini dimaksudkan karena pedagang juga merupakan individu pengguna bahasa secara lisan. Sebagai individu, pedagang juga menggunakan bahasa yang khas, baik antara pedagang dengan pedagang ataupun pedagang dengan pembeli. Meskipun pedagang tidak berbahasa sebanyak pekerjaan lain, namun bahasa yang digunakan dapat dimasukkan dalam kajian sosiolinguistik yakni cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. 1. Hakikat Bahasa sebagai Objek Linguistik Berkaitan dengan kemajuan teknologi sekarang, kita dapat berbicara langsung dengan orang lain meskipun orang itu tinggal di tempat yang jauh dari tempat kita. Dengan menggunakan bahasa kita dapat meminta, misalnya ia datang atau kita meminta supaya ia mengirim uang. Dalam kehidupan sehari-hari sering pembeli berkata, Bu, kopi satu. Tak lama kemudian kopi yang kita maksud sudah berada di depan kita. Ini berarti, dengan menggunakan beberapa patah kata, ada kegiatan manusia yang diganti. Maksudnya, bahasa berfungsi mengganti diri kita, kegiatan kita. Menggunakan bahasa berarti mengirimkan lambang-lambang dari pembicara menuju kepada pendengar. Karena bahasa yang berwujud katakata dan kalimat yang kita gunakan itu berasal dari pribadi seseorang, maka dapat 12

kita katakan bahwa bahasa bersifat individual. Bahasa bersifat personal yang berarti berguna untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan kemauan individu. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat melaksanakan amanah kehidupannya di dunia ini secara sempurna. Sebagai alat, bahasa merupakan alat perekam dan penyampai aktivitas kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 2. Ragam Bahasa Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang pada asasnya tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini disebut gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara (Alwi, dkk, 2003:4-5). Ragam bahasa adalah variasai bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Dan variasi timbul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dalam konteks sosialnya. Adanya berbagai variasi menunjukkan bahwa pemakaian bahasa (tutur) bersifat aneka ragam (heterogen). Setiap penutur seakan-akan dapat menciptakan sistem bahasa menurut kemauannya. Dengan ragam bahasa baku diperkirakan komunikasi dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien. Dalan setiap tuturan terdapat beberapa unsur yang berperan, ialah: penutur, pendengar, tempat bicara, pokok pembicaraan, suasana bicara, dan sebagainya. Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada siapa ia berbicara, di mana, tentang masalah apa, kapan, dan dalam suasana bagaimana (Suwito, 1983:148-150). Antara fungsi dan situasi pemakaian bahasa sangat erat hubungannya. Ragam bahasa yang sebaiknya difungsikan dalam suatu peristiwa bergantung kepada situasinya. Situasi di kantor, di depan kelas, waktu berdiskusi atau sedang memimpin rapat dinas misalnya, tentu lain dengan situasi di rumah, di pinggir jalan, di lapangan olahraga, atau sedang berbelanja. Situasi di kantor adalah situasi resmi, jadi bahasanya bahasa baku. Situasi di rumah adalah situasi tak resmi, dan tidak perlu menggunakan ragam baku. Namun, ada kalanya terjadi kesenjangan penutur untuk memakai ragam bahasa yang tidak sesuai dengan situasi. Menurut Robins (1992:21), ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran dan ragam tulis. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (speech organ) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, sangat berhubungan dengan tata bahasa, lafal, dan kosakata. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, raut muka, gerak tangan, atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Ditinjau dari cara penyampaiannya, ragam bahasa lisan mempunyai unsur suprasegmental (aksen, nada, dan tekanan) dan paralingual (gerak-gerik tangan, mata, kepala) memberikan efek terhadap hasil komunikasi. Saat berbicara secara langsung akan terlihat sangat jelas bagaimana pembicara menyampaikan 13

informasi atau gagasannya dengan ekspresi, intonasi dan disertai dengan penyampaian ragam bahasa nonverbal. Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Faktor yang mempengaruhi ragam bahasa di antaranya adalah faktor waktu, faktor kebiasaan, faktor menarik perhatian pembeli, dan faktor agar cepat terjual (laku). Adanya kenyataan bahwa wujud ragam bahasa yang digunakan berbeda-beda berdasarkan faktor-faktor sosial yang tersangkut di dalam situasi pertuturan, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi penutur, dan lawan tutur. Ciri sintaksis adalah ciri bahasa yang dapat dilihat dari konstruksi kalimat. (http://macuy-marucuy.blogspot.com/2009/10/ragam-bahasa-lisan.html). Penelitian ini difokuskan pada pemakaian ragam bahasa pedagang kaki lima dalam interaksi jual beli di terminal Purabaya Surabaya dalam kajian sosiolinguistik. Sudut pandang sosiolinguistik digunakan untuk menganalisis konteks sosial ragam bahasa pedagang kaki lima. Ragam bahasa merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Dan variasi timbul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dalam konteks sosialnya. Dalam makalah ini, ragam bahasa lisanlah yang digunakan sebagai alat komunikasi antara pedagang kaki lima dengan pembeli. PEMBAHASAN Istilah variasi bahasa atau kadang dipertukarkan dengan istilah ragam merupakan cara berbahasa seseorang atau gaya perorangan dalam performansnya, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam makalah ini, difokuskan mengambil ragam bahasa lisan antara pedagang kaki lima dengan pembeli di terminal Purabaya Surabaya. Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Menurut Kridalaksana (2001:184) ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan. Bagi sebagian orang, percakapan itu bagaikan sebuah tarian, dengan pasangan bercakapnya yang mengoordinasikan gerakan-gerakannya secara lembut. Bagi orang lain, percakapan itu bagaikan arus lalu lintas di perempatan jalan, yang mengakibatkan banyak gerakan alternatif tanpa menimbulkan 14

kecelakaan. (Yule, 2006:122). Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. Data berasal dari interaksi jual beli antara pedagang kaki lima dengan pembeli secara alamiah. Sumber data berasal dari pedagang kaki lima yang berada di terminal Purabaya Surabaya. Berikut beberapa ragam bahasa lisan yang digunakan pedagang kaki lima di terminal Purabaya Surabaya. 1. Pembeli : Bang, baksonya ya. Penjual : campur, Mas? Pembeli : Ya. Habis berapa? Pedagang : Rp.10.000 2. Pembeli : Kang, soto, Kang. Penjual : Ya. Pembeli : Berapa, Kang? Penjual : Rp.12.000 sama degan. 3. Penjual : Gorengan Mbak, gorengan. Pembeli : Gorengan lima berapa, Bu? Penjual : Satu Rp.1000,- 4. Pembeli : Bu, saya berapa? Penjual : Rp.15.000,- semuanya. 5. Penjual : Es, es, es. Segar Pak. Pembeli : Mas, bungkus tiga. Berdasarkan data di atas, ragam bahasa antara pedagang kaki lima dengan pembeli di atas termasuk ragam bahasa lisan. Data dialog yang pertama, Bang, baksonya ya, pembeli memesan bakso kepada penjualnya untuk dimakan, bukan bertanya apakah bakso ini milik seseorang laki-laki (Bang). Dan penjual berkata, campur, Mas, maksudnya penjual menanyakan kepada pembeli, apakah baksonya campur atau tidak. Biasanya, campur di sini digunakan untuk nama makanan lain yakni nasi campur. Namun, bakso yang berisi lengkap disebut bakso campur. Lalu pembeli menjawab Ya, berarti dia minta baksonya campur. Setelah selesai makan bakso, pembeli berkata, Habis berapa?, di sini bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan yang khas apabila seseorang menanyakan tentang uang yang harus dikeluarkan setelah makan bakso. Dengan cepat, penjual 15

menjawab, Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) karena sudah mengerti maksud pembeli. Kalau dalam konteks lain, kata habis berapa belum tentu menanyakan tentang harga. Bisa juga menyatakan sesuatu yang telah dihabiskan atau sesuatu yang sudah dipakai. Dalam dialog kedua, pembeli mengatakan, Kang, soto, Kang. Hal ini bermaksud bahwa pembeli memesan nasi soto kepada penjual yang berjenis kelamin laki-laki. Kalau dalam konteks lain, kalimat ini bisa diartikan lain, yakni seseorang yang menawari nasi soto pada seseorang atau seseorang yang bertanya pada seseorang, apakah beli soto. Tapi, dalam kalimat ini, pembeli yang memesan soto pada penjual. Penjual langsung menjawab Ya dan menyediakan nasi soto karena sudah tahu maksud pembeli. Setelah selesai makan, pembeli berkata, Berapa, Kang? Di sini maksudnya, nasi soto yang dimakan harus dibayar dengan sejumlah uang berapa banyak. Kalau di konteks lain, pertanyaan berapa dapat dimaksudkan sebuah pertanyaan seseorang tentang jumlah suatu benda. Penjual menjawab Rp.12.000,- sama degan, maksdunya, pembeli harus membayar uang sebanyak dua belas ribu rupiah yakni untuk nasi soto dan es degan yang telah diminum. Kalau konteks lain, kata sama bisa diartikan mirip atau serupa. Dialog ketiga, penjual berkata, Gorengan Mbak, gorengan. Dalam kalimat ini, maksud penjual adalah menawarkan makanan yang dia jual, yakni berupa jajanan yang digoreng seperti tempe, tahu, ote-ote, pisang, ubi, dan sebagainya. Dengan cara pengucapan seperti itu, orang akan lebih mengetahui bahwa dia berjualan gorengan. Jadi, kata gorengan di sini bukan alat penggorengan, melainkan makanan yang diolah dengan cara digoreng. Lalu, ada pembeli yang mengatakan, Gorengan lima berapa. Bu? Maksud pembeli di sini adalah menanyakan harga dari lima gorengan yang dia beli. Kalau dalam konteks lain, mungkin seseorang menanyakan berapa Bu, pensil dan buku ini? Kalimat pertanyaan tersebut lengkap dan jelas. Namun, dalam bahasa lisan antara pedagang dan pembeli berbeda. Kemudian, penjual mengatakan, satu Rp1000,-. Hal ini berarti pembeli hanya diberitahu bahwa harga per biji gorengan adalah seribu rupiah dan bukan menjumlah biaya keseluruhan sehingga secara langsung pembeli mengeluarkan uang lima ribu rupiah untuk membayar lima jajanan gorengan yang dibeli. Selain ketiga dialog tersebut, ada juga dialog antara pedagang dengan pembeli. Dalam konteks ini, pembeli berkata, Saya berapa, Bu?. hal ini maksudnya, pembeli harus membayar berapa banyak atas apa yang telah dia makan atau minum. Dalam konteks lain, mungkin orang mengira kalimat tersebut agak negatif, yakni menanyakan harga dari dirinya. Namun, dalam dialog ini, penjual langsung menjawab, Rp.15.000,-, bahwa semua yang pembeli makan atau minum, harus dibayar dengan uang sebanyak lima belas ribu rupiah. 16

Dilaog yang kelima, penjual berkata, Es,es, es. Segar, Pak. Dengan bekata seperti itu, penjual bermaksud menawarkan dagangannya berupa es kepada bapak yang melewati tempat dia berdagang. Dia juga menambah kata segar, dengan maksud kalau minum es, badan menjadi segar. Hal ini dikaitkan dengan cuaca Surabaya, apalagi terminal yang sangat panas sehingga apabila minum es, suasana menjadi segar. Kemudian, pembeli berkata, Mas, bungkus tiga, maksudnya, pembeli membeli tiga bungkus plastik es karena akan dibawa pulang. Dengan bahasa seperti itu, penjual langsung tahu maksud pembeli. Dari analisis data di atas, jelas bahwa ragam bahasa lisan antara pedagang kaki lima dengan pembeli di terminal Purabaya Surabaya banyak yang menggunakan bahasa Indonesia karena sesuai dengan lokasinya yakni terminal bus antarkota dan antarprovinsi sehingga banyak yang menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, mereka sering memakai pola-pola intonasi kalimat tanya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan bentuk kalimat tanya tanpa memakai kata tanya, lebih banyak bergantung kepada penciptaan pola intonasi. Jadi, hanya memakai intonasi tanya terhadap kata-kata yang menjadi pokok ujaran. Dalam dialog antara pedagang dengan pembeli, terdapat hal-hal yang seharusnya ada dalam ragam bahasa yaitu adanya penutur (pedagang dengan pembeli), kata yang diucapkan (dialog dalam jual beli), alat ucap berupa mulut, tempat di mana komunikasi berlangsung (terminal Purabaya), situasi nonformal yakni di terminal, dan pemakaian bahasa lisan atau secara langsung. Selain itu, ragam bahasa yang digunakan memiliki gaya sendiri dibandingkan ragam bahas lain. Dan benar pendapat seorang ahli bahwa bahasa bersifat individu karena kata atau kalimat yang digunakan dari diri seseorang. Dari segi penggunaan bahasa, interaksi jual beli menunjukkan ciri khas yang membedakannya dengan bentuk interaksi lain, seperti interaksi dalam persidangan, interaksi kelas, interaksi di kantor, maupun percakapan bebas. Perbedaan penggunaan ragam bahasa disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam menganalisis kalimat pada ragam bahasa pedagang kaki lima terutama di terminal Purabaya, hanya terbatas pada interaksi yang terjadi antara pedagang kaki lima dengan pembeli. Dari beberapa data ragam bahasa pedagang kaki lima di atas menunjukkan bahwa ciri bahasa yang digunakan oleh pedagang ialah menggunakan kata yang singkat tetapi jelas dan dimengerti maksudnya. Berdasarkan pengamatan, para pedagang kaki lima di Terminal Purabaya Surabaya banyak yang menggunakan bahasa Indonesia karena berada di terminal bus antarkota maupun antarprovinsi. Data ini menunjukkan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan, yakni masyarakat yang berhubungan dengan pedagang kaki lima di Terminal Purabaya Surabaya. 17

SIMPULAN Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat (Chaer, 2004:3-4). Data ini menunjukkan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan, yakni masyarakat yang berhubungan dengan pedagang kaki lima di Terminal Purabaya Surabaya. Ragam bahasa adalah variasai bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, sangat berhubungan dengan tata bahasa, lafal, dan kosakata. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, raut muka, gerak tangan, atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Ragam bahasa pedagang kaki lima di Terminal Purabaya Surabaya mempunyai ciri tersendiri. Selain itu, ragam bahasa yang digunakan memiliki gaya sendiri dibandingkan ragam bahas lain. Dan benar pendapat seorang ahli bahwa bahasa bersifat individu karena kata atau kalimat yang digunakan dari diri seseorang. Berdasarkan hasil analisis data dalam pembahasan, ragam bahasa dalam dialog antara pedagang dengan pembeli, terdapat hal-hal yang seharusnya ada dalam ragam bahasa yaitu adanya penutur (pedagang dengan pembeli), kata yang diucapkan (dialog dalam jual beli), alat ucap berupa mulut, tempat di mana komunikasi berlangsung (terminal Purabaya), situasi nonformal yakni di terminal, dan pemakaian bahasa lisan atau secara langsung. Dalam ragam bahasa lisan ini, pedagang dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan dalam menawarkan dagangan, raut muka pembeli yang menanyakan harga atau pedagang yang menjawab pertanyaan pembeli, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide tentang harga atau barang dagangannya. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah. 1993. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. http://macuy-marucuy.blogspot.com/2009/10/ragam-bahasa-lisan.html Ibrahim, Syukur. 1995. Sosiolinguistik: Sajian, Tujuan, Pendekatan, dan Problem. Surabaya: Usaha Nasional. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pateda, Mansur. 1991. Linguistik Terapan. Flores: Nusa Indah. 18

Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum. Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius. Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SAPTA Pustaka Pelajar. Sumarsono, Patana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda. Suparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara. Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 19