BAB I PENDAHULUAN. 1 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik : Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, PT Rineka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Rineka Cipta : Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Diva Press, Jogjakarta, 2011, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 2 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, hlm Ibid,hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

DAFTAR RUJUKAN Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Mempraktikkan Materi yang Diajarkan

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

mengintegrasikan serta menyusun kaidah-kaidah itu untuk membentuk strategi pengajaran yang paling berkesan dalam pengajarannya. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan warga negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2014, Cet Pertama, hlm Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan), Arruz Media,

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Terdahulu, (g) Kerangka Pemikiran, dan (h) Sistematika Pembahasan.

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa: 2

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogis, PT. Rinneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan. tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 5. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermanfaat dan bermartabat. Sebab tanpa didasari oleh suatu pendidikan maka manusia tidak akan mengalami kemajuan dan perkembangan. Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. 1 Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tadi harus berjalan secara serempak dan terpadu, dan berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnya. 2 Adapun nilai-nilai yang akan ditransformasikan mencakup nilai kebudayaan, nilai pengetahuan, serta nilai ketrampilan. 3 Oleh karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan media sumber daya manusia, terutama bagi peserta didik melalui transformasi yakni proses belajar. Dalam belajar membutuhkan suatu standar pendidikan yang lebih fleksibel, lebih dinamis, dan lebih terbuka terhadap dunia dan lingkungan sekitarnya. Harus lebih menekankan pembentukan individu daripada hanya belajar semata-mata. 4 Tujuan pendidikan Indonesia untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti bekembangnya potensi-potensi individu secara harmonis, berimbang, dan terintregasi. Tujuan pendidikan juga mengembangkan potensipotensi individu seperti apa adanya. 5 Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan merupakan masalah yang inti dalam pendidikan, 1 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik : Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 10 2 Ibid, hlm. 10 3 Ibid, hlm. 10 4 Ibid, hlm. 221 5 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 37 1

2 dan merupakaan saripati dari seluruh faktor yang sangat menentukan jalannya pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan pendidikan dilaksanakan. Tujuan pendidikan antara lain adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian sebagaimana yang diharapkan setelah subjek didik mengalami pendidikan. 6 Pendidikan merupakan salah satu upaya dari pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan bangsa Indonesia menyiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan kompeten agar mampu bersaing dengan Negara lain. Maka dari itu pendidikan sangatlah penting untuk memajukan bangsa indonesaia ini. Bangsa yang ingin maju merupakan bangsa yang baik kualitas pendidikannya. Dalam proses belajar mengajar terdiri dari beberapa komponen diantaranya meliputi guru, peserta didik, dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena tanpa kehadiran salah satu komponen tersebut maka proses interaksi belajar mengajar tidak akan berlangsung. Mutu pendidikan akan mudah terwujud apabila proses pembelajarannya diselenggarakan secara efektif, artinya proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Peserta didik yang aktif dan kreatif didukung fasilitas serta guru yang menguasai materi dan strategi penyampaian yang efektif akan menambah kualitas dalam proses pembelajaran, Disini, guru bukan hanya sebagai pengajar melainkan harus menjadi pendorong yang dituntut harus mampu membangkitkan motivasi, kemauan yang kuat serta keingintahuan dalam diri peserta didik. Peserta didik harus belajar kerja, belajar menemukan dan mencipta, mengenal teori-teori serta fakta-fakta. Peserta didik tidak pasif, melainkan harus berpartisipasi dalam proses belajar. Peserta didik mesti dipersiapkan untuk belajar sendiri, dan berlatih sendiri. 7 Peserta didik harus mampu membimbing dirinya sendiri, harus mampu menilai kemampuan, 6 Ibid, hlm. 37 7 Burhanuddin, Op. Cit., hlm. 221

3 kemajuan, serta kegagalannya sendiri. 8 Dengan melakukan sendiri, peserta didik akan lebih menghayati, merasakan, serta mengalami sendiri proses belajarnya tersebut sehingga dapat menangkap suatu pembelajaran dengan mudah dan dapat merasakan langsung sebagai pengalaman yang nyata. Hal itu akan berbeda jika peserta didik yang hanya dengan mendengar, atau sekedar membaca saja. Namun, dalam praktiknya sebuah pembelajaran di sekolah khususnya tingkat sekolah dasar masih banyak peserta didik yang belum memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran yang diberikan guru di sekolah. Salah satu penyebabnya karena sebagian besar guru yang mengajar masih dominan menggunakan metode ceramah dan peserta didik hanya berpusat pada guru tersebut, sehingga peserta didik hanya terpaku pada penjelasan guru dan penyampaian informasi secara lisan dari seorang guru tersebut. Padahal dalam kenyataanya metode ceramah tersebut mempunyai nilai ataupun kontribusi yang sangat rendah terhadap pengalaman belajar peserta didik. Hal tersebut berdasarkan data tentang pengalaman belajar yang diungkapkan oleh Peter Shea dalam bukunya Novan Ardy Wiyani bahwa peserta didik belajar hanya 10% dari kegiatan belajar membacanya, 20% dari apa yang didengar saat kegiatan belajar, 30% dari apa yang dilihat saat kegiatan belajar, 50 % dari apa yang peserta didik lihat dan dengar, 70% dari yang peserta didik katakana saat kegiatan belaar, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan oleh peserta didik saat kegiatan belajar. 9 Hal ini mengakibatkan peserta didik menjadi pasif, dan tidak dapat mengembangkan kemampuannya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut muncul permasalahan yang terjadi pada diri peserta didik. Karena dalam proses belajar mengajar tidak selamanya berjalan lancar, seringkali mengalami banyak hambatan dan kendala yang dihadapi. Media pendidikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan media 8 Ibid, hlm. 221 9 Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Tata Rancang Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi, Ar Ruzz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.170

4 pembelajaran dapat membantu proses belajar siswa dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. 10 Sebagian besar masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran sebagai akibat dari minimnya penguasaan guru dalam penggunaan berbagai strategi, metode pembelajaran, bahan ajar, dan sumber belajar mutakhir. 11 Dari masalah di atas menyebabkan peserta didik malas belajar, malas membaca, serta malas mengerjakan latihan-latihan secara mandiri. Hal itu tentu sangat berpengaruh terhadap rendahnya bahkan tidak tercapainya suatu pengalaman belajar pada peserta didik seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya upaya atau cara agar peserta didik mudah mengerti serta memahami materi yang diberikan, termotivasi dalam mengerjakan soalsoal latihan, serta aktif dalam proses belajar mengajar guna untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik dalam proses belajarnya. Dalam proses belajar mengajar, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 12 Akan tetapi kurangnya ragam bahan ajar yang digunakan guru dan peserta didik, hal inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat dalam kegiatan belajar mengajar, yang mana biasanya masih mengandalkan satu jenis bahan ajar berupa buku paket yang direkomendasikan oleh departemen pendidikan setempat. Padahal sebenarnuya masih banyak jenis buku atau bahan ajar lain yang bisa dijadikan pegangan dan juga sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya adalah bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak. 13 10 Dani Wardani Somantri, Jurnal Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Media Modul di Sekolah Dasar Negeri 8 Banjar, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015 11 Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1986, hlm. 208 12 Hamdani Hamid, Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia, Pustaka Setia, Bnadung, h;m. 135 13 Bisri Musthofa, Metode Khusus Pendidikan bahasa Araab pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, UIN Malang Press, Yogyakarta, hlm. 90

5 Dengan demikian upaya yang dilakukan oleh guru yaitu guru menerapkan pembelajaran dengan Modular Instruction atau lebih dikenal dengan pembelajaran modul. Pembelajaran dengan Modular Instruction ini merupakan pembelajaran yang digunakan untuk mendorong serta memotivasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajarnya dengan cara belajar mandiri bukan hanya di sekolah melainkan di rumah. Modular Instruction atau pembelajaran modul ini juga disediakan untuk membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar saja seperti yang sebagian besar peserta didik lakukan, tetapi lebih dari itu. Dengan modul ini ciri penting bagi peserta didik adalah mampu bertanggung jawab sendiri, sesuai dengan kecepatan sendiri, dan belajar yang berhasil. 14 Tujuan dari penerapan pembelajaran dengan Modular Instruction tersebut di harapkan dapat membantu peserta didik dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Karena pada setiap topic telaah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik serta teori singkat untuk memperdalam pemahaman peserta didik mengenai materi yang dibahas. 15 Dalam mengembangkan serta meningkatkan pengalaman belajar peserta didik, sekolah menerapkan pembelajaran dengan Modular Instruction pada semua mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran Fiqih. Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran agama yang ada di SD Unggulan Muslimat NU Kudus. Sekolah Dasar unggulan muslimat NU Kudus adalah salah satu pendidikan Swasta yang juga mengajarkan pendidikan agama islam yaitu salah satunya mata pelajaran fiqih. Pada pembelajaran fiqih tersebut guru 14 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm.51 15 Tim penyusun Modul SD Unggulan Muslimat NU Kudus, Fiqih Untuk Kelas IV SD, Kudus, 2015

6 menggunakan bahan ajar berupa modul yang disusun oleh guru SD tersebut. Tujuan dari penggunaan modul fiqih ini adalah untuk memudahkan peserta didik dalam belajar memahamai materi fiqih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan serta peserta didik memiliki media belajar yang jelas yang dapat memabntu peserta diidk dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna menyusun skripsi dengan judul Implementasi Pembelajaran dengan Modular Instruction pada Mata Pelajaran Fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dimaksudkan agar pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti, sehingga mudah dipahami dan dimengerti. Fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian kualitatif adalah segala suatu objek itu bersifat holistic (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga peneliti kualitatif tidak akan menempatkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat, pelaku, dan aktivitas yang berorientasi secara sinergis. 16 Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan secara rinci dan detail tentang wilayah penelitian dan ruang ringkup permasalahan yang akan diteliti. Guna mengantisipasi adanya bias dan terlalu lebarnya pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti menetapkan fokus penelitian yaitu mengenai: 1. Implementasi pembelajaran dengan modular instruction pada mata pelajaran fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus tahun pelajaran 2016/2017 2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran dengan Modular Instruction pada mata pelajaran fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017 16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2010, hlm. 285

7 Dengan demikian fokus dari penelitian ini dikhususkan dapat memberikan maksud yang akan diteliti karena di SD Unggulan muslimat NU Kudus tersebut memiliki keunikan pada pebelajaran fiqih yaitu memiliki bahan ajar sendiri berupa modul fiqih kelas IV. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam membuat permaslahan agar lebih spesifik dan sesuai dengan titik kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus. Ini dimaksudkan dalam permasalahan skripsi ini tidak melebar dengan apa yang dikehendaki. Terdapat beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pembelajaran dengan modular instruction pada mata pelajaran Fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus? 2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dialami dalam implementasi pembelajaran dengan modular instruction pada mata pelajaran fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus? D. Tujuan Penelitian Agar diperoleh hasil yang baik dalam penelitian, maka peneliti merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan implementasi pembelajaran dengan modular instruction dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus. 2. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan menghambat apa saja yang dialami dalam pelaksanaan implementasi pembelajaran dengan modular instruction dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus.

8 E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan Islam, terutama kaitannya dengan pembelajaran khususnya implementasi pembelajaran dengan modular instruction dalam dunia pendidikan Islam yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Serta memberikan pengetahuan bagi dunia pendidikan kaitannya dengan pembelajaran yang menyenangkan, terutama pada pembelajaran yang dapat memberikan solusi dalam belajar pada peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan pada SD Unggulan Muslimat NU Kudus dalam meningkatkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terutama pada penerapan pembelajaran dengan modular instruction pada mata pelajaran fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus. b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi guru fiqih untuk dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik akan pentingnya materi fiqih untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada peserta didik dengan menggunakan penerapan pembelajaran dengan modular instruction pada mata pelajaran fiqih di SD Unggulan Muslimat NU Kudus.