BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DAN KEPENTINGAN UMUM DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Hukum, hal ini termaktub jelas pada

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara Hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN memuat ketentuan yang bersifat groundnorm sebagai pandangan hidup

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian hak demokrasi rakyat. Sesuai dengan ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

BAB II. Pada tahap pelaksanaan dalam pengadaan tanah yang dilakukan oleh. Pemerintah Kota Binjai, terjadi pada Tahun 2005, sehingga mengacu kepada

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Laboratorium Fakultas Hukum. Universitas Islam Indonesia

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. tempat berpijak dan melakukan kelangsungan hidup sehari-hari seperti untuk

KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT)

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. pertanahan yang dilakukan oleh pemerintah. 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

TENTANG BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kas daerah, baik melalui sumber daya alam maupun dari sumber lainnya, dalam hal sumber

BAB I PENDAHULUAN. dianugerahkan kepada bangsa Indonesia yang wajib disyukuri. Bentuk syukur atas

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. termasuk bahan galian pertambangan. Indonesia memiliki ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBAGUNAN KEPENTINGAN UMUM

III. METODE PENELITIAN. sekali dalam mencari, menemukan dan menganalisa suatu masalah yang akan

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kototangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, pada Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013. Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Ed. 1, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

III. METODE PENELITIAN. upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Diatas tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang merdeka dan berkembang saat ini Indonesia sedang. melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan nasional khususnya

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kepentingan umum yang penyediaannya mendesak adalah. perumahahan. Jumlah rumah yang memadai diyakini akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PERLUASAN KAWASAN TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN INTERNASIONAL TANJUNG PRIOK

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan berlaku sejak ditanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB III METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan. Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

BAB III METODE PENELITIAN. yuridis normatif yaitu dengan menelaah ketentuan-ketentuan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang sulit melakukan pembangunan untuk kepentingan umum diatas tanah negara, dan selalu bersinggungan dengan tanah hak milik. Sebagai jalan keluar yang dapat ditempuh adalah Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah yang disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Tanah adalah aset bangsa Indonesia yang merupakan modal dasar pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Pengertian tanah diatur dalam Pasal 4 UUPA yang menyatakan bahwa atas dasar hak menguasai dari negara yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum. Dalam hal ini harus dihindari adanya upaya menjadikan tanah sebagai bahan dagangan, objek spekulasi dan hal lain yang 1

bertentangan dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang penguasaannya ditugaskan kepada Negara Republik Indonesia harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. 1 Kemudian pengaturan tentang hak masyarakat diatur dalam Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Tanah mempunyai peran penting dalam hidup dan kehidupan masyarakat diantaranya sebagai prasarana dalam bidang perindustrian, perumahan dan jalan. Tanah dapat dinilai sebagai tabungan masa depan. Selain itu, tanah merupakan tempat pemukiman dari sebagian besar umat manusia, di samping sebagai sumber penghidupan bagi manusia yang mencari nafkah melalui usaha tani dan perkebunan, yang akhirnya tanah juga dijadikan persemayaman terakhir bagi seseorang yang meninggal dunia. 2 Karenanya, tanah merupakan faktor pendukung utama kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Fungsi tanah tidak hanya terbatas pada kebutuhan tempat tinggal, tetapi juga tempat tumbuh kembang sosial, politik, dan budaya seseorang maupun suatu komunitas masyarakat. Dengan demikian, semakin tumbuh kembangnya masyarakat sosial, politik, dan budaya, maka semakin sempit pula tanah untuk berpijak. 1 Arie Sukanti Hutagalung. 2008. Kewenangan Pemerintah Di Bidang Pertanahan. Rajawali. Jakarta. hlm. 83. 2 Abdurrahman. 1983. Masalah Hak-Hak Atas Tanah Dan Pembebasan Tanah Indonesia. Alumni. Bandung. hlm. 1. Di 2

Tujuan utama kebijakan pertanahan adalah penyediaan tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan dalam lokasi yang tepat, pada saat yang tepat dan dengan harga yang wajar. Untuk mengendalikan harga tanah yang merupakan salah satu dalam rangka pelaksanaan kebijakan pertanahan, pemerintah dapat melakukan intervensi melalui berbagai cara dan teknik, salah satunya dengan pengadaan tanah. Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Kemudian Pasal 5 Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa Pihak yang Berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan, khususnya bagi kepentingan umum. Pada prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antar pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan. 3 Sementara ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Adapun aspek-aspek ganti kerugian yang layak pada 3 Maria S.W. Sumardjono. 2008. Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya. Kompas. Jakarta. hlm. 280. 3

prinsipnya harus memenuhi tiga aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosiologis, dan aspek filosofis. 4 Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di segala bidang kehidupan baik untuk kepentingan unum maupun kepentingan swasta selalu membutuhkan tanah sebagai wadah untuk diletakkan pembangunan itu. Menurut Pasal 1 ayat (6) Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kini pembangunan terus meningkat dan persediaan tanahpun semakin sulit dan terbatas. Keadaaan seperti ini dapat menimbulkan konflik karena kepentingan umum dan kepentingan perorangan saling berbenturan. Kondisi seperti ini diperlukan upaya dan pengaturan yang bijaksana dan adil guna menghindari konflik-konflik yang lebih meresahkan masyarakat banyak. Agar kepentingan umun tidak terhambat dalam arti dapat dilaksanakan dan kepentingan peroranganpun tidak diabaikan maka diperlukan adanya musyawarah antara masing-masing pihak untuk melaksanakan kepentingan umum. Proses Pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat dilaksanakan jika ada tanah yang telah tersedia. Menurut Pasal 5 Perpres No 4 Bernhad Limbong. 2011. Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. Margaretha Pustaka. Jakarta. hlm. 369. 4

36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah meliputi: a. Jalan umum dan jalan tol, Rel Kereta Api (di atas tanah, diruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitas; b. Waduk, Bendungan, Bendungan irigasi dan bangunanpengairan lainnya; c. Pelabuhan, Bandar udara, Stasiun Kereta Api, dan Terminal; d. Fasilitas keselamatanumum,seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana; e. Tempat pembuangan sampah; f. Cagar alam dan cagar budaya; g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik. Pengadaan tanah bagi pemenuhan kebutuhan untuk pembangunan di Indonesia semakin meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun sebagai tempat untuk kegiatan usaha. Sehubungan dengan hal tersebut akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas, yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 5

Namun faktanya menunjukkan kendala dan hambatan yang dilalui Pemerintah dalam pengadaan tanah banyak terjadi. Pembangunan infrastruktur merupakan sektor pembangunan yang paling sulit untuk melakukan pengadaan tanah. Kasus yang sedang banyak terjadi mengenai pengadaan tanah untuk fasilitas umum yang sedang di laksanakan pemerintah salah satunya adalah pelebaran badan jalan seluas kurang lebih 21.000 m 2 ke lokasi wisata Batu Kalang oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan yang ditujukan untuk kemudahan akses jalan ke lokasi wisata Batu Kalang sedikit terhambat pembebasan lahannya dikarenakan penolakan dari masyarakat sekitar yang menganggap ganti rugi yang dikeluarkan pemerintah kurang seimbang harganya dengan alasan yang beragam serta kendala-kendala lainnya yang dilalui pemerintah dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum. 5 Menurut pasal 74 ayat (2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa Bentuk Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baik berdiri sendiri maupun gabungan dari beberapa bentuk Ganti Kerugian, diberikan sesuai dengan nilai Ganti Kerugian yang nominalnya sama dengan nilai yang ditetapkan oleh Penilai. Penilain dari tim penilai inilah yang dianggap masyarakat tidak sesuai dengan harga tanah mereka dan kemudian kebijakan tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dengan 5 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kusmanto, S.H., selaku Kepala Seksi Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah, Kantor Pertanahan Kabupaten Pesisir selatan. Tanggal 23 februari 2017, pkl. 10.00 WIB. 6

kompensasi ganti kerugian rupanya belum dipahami secara seksama oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut menunjukkan tidak mudah memperoleh tanah untuk kegiatan pembangunan infrastruktur, padahal hakikatnya pembangunan infrastruktur merupakan pembangunan dari pemerintah untuk masyarakat dan kemudian kelak setelah proyek tersebut selesai akan dimanfaatkan pula oleh masyarakat dan akan meningkatkan kemakmuran masyarakat nantinya dikemudian hari. Selain itu, pembangunan terutama pembangunan untuk kepentingan umum harus dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Namun, kenyataannya kegiatan pengadaan tanah menjadi titik kritis yang sangat krusial dari kegiatan pembangunan infrastruktur. Berdasarkan uraian masalah diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pengadaan tanah untuk pelebaran jalan oleh pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan kedalam bentuk penulisan skripsi dengan judul PENGADAAN TANAH UNTUK PELEBARAN JALAN AKSES OBJEK WISATA BATU KALANG DI KABUPATEN PESISIR SELATAN. 7

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses pengadaan tanah untuk pembangunan pelebaran jalan akses objek wisata Batu Kalang di Kabupaten Pesisir Selatan? 2. Bagaimana pembayaran ganti kerugian yang diberikan kepada pihak yang terkena dampak pelebaran jalan akses objek wisata Batu Kalang di Kabupaten Pesisir Selatan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah di uraikan diatas maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui proses pengadaan tanah untuk pembangunan pelebaran jalan akses objek wisata Batu Kalang di Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Untuk mengetahui pembayaran ganti kerugian yang diberikan kepada pihak yang terkena dampak pelebaran jalan akses objek wisata Batu Kalang di Kabupaten Pesisir Selatan. 8

D. Manfaat Penelitian berikut: Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penulisan ini adalah sebagai 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan melatih kemampuan penulis dalam melakukan penulisan secara ilmiah yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah. b. Untuk memperkaya khasanah ilmu hukum, khususnya Hukum Agraria. c. Penelitian ini juga bermanfaat bagi penulis dalam rangka menganalisa dan menjawab keingintahuan penulis terhadap rumusan masalah dalam penelitian. 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangsih serta manfaat bagi individu, masyarakat, maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan mekanisme pelaksanan pengadaan tanah. E. Metode Penelitian Dalam kegiatan penyusunan proposal ini dibutuhkan data yang kongkrit, jawaban yang ilmiah sesuai dengan data dan fakta yang ada dilapangan dan data yang berasal dari kepustakaan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: 9

1. Pendekatan Masalah Berdasarkan judul penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan adalah metode empiris (yuridis sosiologis), yaitu merupakan metode pendekatan masalah yang dilakukan dengan mempelajari hukum positif dari suatu objek penelitian dan melihat penerapan prakteknya dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan mengumpulkan data primer yang diperoleh secara langsung dari narasumber. 6 Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan Akses Objek Wisata Batu Kalang Di Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif. Suatu penelitian deskriptif, dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teori-teori lama atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru. 7 Dalam hal ini penulis mendeskripsikan bagaimana mekanisme pelaksanaan proses pengadaan tanah untuk pembangunan pelebaran jalan akses objek wisata Batu Kalang di Kabupaten Pesisir Selatan dan mendeskripsikan bentuk dan besarnya ganti kerugian yang diberikan hlm. 10. 6 Ronny Hanitijo Soemitro. 1998. Metode Penelitian Hukum. Ghalia. Jakarta. hlm. 9. 7 Soerjono Soekanto. 2008. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia. Jakarta. 10

kepada pihak yang terkena dampak dari. pelebaran jalan akses objek wisata Batu Kalang di Kabupaten Pesisir Selatan. 3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama, yakni perilaku warga masyarakat melalui penelitian. 8 Dalam kegiatan pengumpulan data ini penulis melakukan wawancara pada dinas atau badan yang berwenang melakukan pengadaan tanah untuk pelebaran jalan akses obje wisata Batu Kalang di Kabupaten Pesisir Selatan dan hasil ini wawancara itulah yang akan dijadikan penulis sebagai data primer. b. Data Sekunder Data sekunder antara lain, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya. 9 Data tersebut berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Berkaitan dengan penelitian ini bahan hukum tersebut terdiri sebagai berikut: 1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, memiliki kekuatan hukum serta dikeluarkan atau dirumuskan oleh pemerintah dan pihak lainnya yang 8 Ibid., hlm. 11. 9 Op.cit., hlm. 12. 11

berwenang untuk itu. 10 Secara sederhana, bahan hukum primer merupakan semua ketentuan yang ada yang berkaitan dengan pokok pembahasan, bentuk Undang- Undang dan peraturan-peraturan yang ada. Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer sebagai berikut : 1. Undang-Undang Dasar 1945. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah. 4. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah. 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer atau keterangan-keterangan mengenai peraturan perundangundangan. 11 Bahan hukum tersebut bersumber dari: 10 Bambang Sunggono. 2012. MetodologiPenelitian Hukum. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada. hlm. 113. 11 Ibid. Hlm. 112. 12

a. Buku-buku. b. Tulisan ilmiah dan makalah. c. Teori dan pendapat pakar. d. Hasil Penelitian yang sebelumnya maupun yang seterusnya. 3. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier merupakan bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 12 Bahan hukum tersier itu berupa : a. Kamus-kamus hukum. b. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Data tersebut didapat dengan melakukan Penelitian Kepustakaan (library research) di: 1. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas; 2. Perpustakaan Pusat Universitas andalas; 3. Bahan Hukum dari koleksi pribadi; 4. Situs-situs hukum dari internet. 12 Ibid. Hlm. 114. 13

4. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara Dalam kegiatan pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara. 13 Selain itu wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face) ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang responden. 14 Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara yang semi terstruktur. Maksudnya, daftar pertanyaan yang telah ada dan sesuai dengan rumusan masalah selanjutnya diajukan pada responden kemudian dimungkinkan berkembang pada pertanyaan lainnya dalam rangka mengumpulkan data yang valid. Dalam hal ini yang menjadi respondennya adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Pesisir Selatan. 13 Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. hlm. 193-194. 14 Amiruddun, Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. Grafindo Persada. Jakarta. hlm. 82. 14

b. Studi Dokumen Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis. Menurut Ole R. Holsti sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto, content analysis sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara sistematik dan obyektif karakteristik khusus ke dalam sebuah teknik. Dalam hal ini, penulis berusaha mendeskripsikan isi yang terdapat dalam suatu peraturan, mengidentifikasinya, dan mengkompilasi data-data terkait dengan pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pelebaran Jalan Akses Objek Wisata Batu Kalang Di Kabupaten Pesisir Selatan. 5. Metode Pengolahan dan Analisis Data a. Metode Pengolahan Data Sebelum melakukan analisis data, data yang ditemukan dan dikumpulkan diolah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengoreksian terhadap data yang didapat baik itu temuan-temuan di lapangan maupun data-data yang berasal dari buku maupun aturanaturan hukum. Tahap pengolahan data yang penulis gunakan adalah editing. Editing adalah kegiatan yang dilakukan penulis yakni memeriksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi, relevansinya bagi 15

penelitian maupun keseragaman data yang diterima atau yang didapatkan oleh penulis. 15 b. Metode Analisis Data Setelah data yang diperoleh tersebut diolah maka selanjutnya penulis menganalisis data tersebut secara kualitatif. Analisis data kualitatif yaitu tidak menggunakan angka-angka, tetapi menggunakan kalimat- kalimat yang merupakan kalimat-kalimat yang merupakan pandangan para pakar, Peraturan perundang-undangan, termasuk data yang penulis peroleh dilapangan yang memberikan gambaran secara detil mengenai permasalahan sehingga memperlihatkan sifat penelitian yang deskriptif 16. 16