BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas


BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi gizi kurang. Gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan, dan menjadikan pertumbuhan yang normal (Kemenkes RI, 2015). Tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal tergantung pada faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan pranatal dan lingkungan postnatal yang meliputi gizi. Unsur gizi berperan penting dalam pertumbuhan anak terutama pada awal kehidupan. Nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dapat dipenuhi dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Memberikan ASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 1995). Michael S Kramer dalam penelitiannya yang berjudul Infant Growth and Health Outcome Associated With 3 Compared With 6 mo of Exclusive Breastfeeding dengan metode penelitian kohort yang membandingkan 2862 bayi ASI eksklusif hanya 3 bulan dengan 621 bayi ASI eksklusif selama 6 bulan, dari hasil penelitian didapatkan bayi yang disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertambahan panjang badan dan lingkar kepala lebih cepat daripada bayi yang hanya disusui secara eksklusif selama 3 bulan (Kramer et al., 2003) Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000). Organisasi kesehatan dunia atau Word Health Organization (WHO) pada tahun 2001 telah merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2000). Kebijakan tentang pemberian ASI eksklusif juga terdapat dalam Peraturan Pemerintah no 33 tahun 2012 yang berbunyi Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya (Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012). Keputusan Menkes RI No.450/MENKES/SK/2004 yang mengacu pada resulosi Word Health Assembly (WHA) bahwa untuk pencapaian pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal bayi harus diberi ASI eksklusif selama enam bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi harus mulai diberikan makanan pendamping ASI yang cukup dan aman dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia dua tahun atau lebih (Kepmenkes RI Nomor 450 Tahun 2004). Berdasarkan hasil pemetaan PSG dan Kadarzi Kabupaten Pasaman, prevalensi balita sangat pendek dan pendek pada tahun 2011 yaitu 44,3%, dan prevalensi balita gizi buruk (sangat kurus) sebesar 4,1%. Untuk pemantauan pertumbuhan bayi (0-11bulan) di Kabupaten Pasaman, terdapat sebanyak 926 jumlah bayi tidak naik berat badannya (T), sebanyak 67 bayi yang dua kali tidak naik berat badannya (2T), dan sebanyak 17 bayi dengan berat badan dibawah garis merah (BGM).

Pencapaian ASI eksklusif masih sangant rendah. Secara Global pencapaian ASI Eksklusif pada bayi kurang dari 6 bulan pada tahun 2012 hanya 37%. Berdasarkan data dari SDKI 2012 hanya 27 % bayi yang diberikan ASI eksklusif, 12,5% tidak disusui, 8 % bayi diberikan susu lain,, dan 43,8% bayi yang sudah diberkan MPASI. Target Nasional untuk pencapaian ASI eksklusif adalah 95%, sementara di Propinsi Sumatera Barat pencapaian ASI Eksklusif hanya 68,9 %, dan pencapaian ASI Eksklusif di Kabupaten Pasaman adalah 60,1%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, 2012) Sham Arifeen (2001) dalam penelitiannya menyatakan bayi yang tidak disusui secara eksklusif 2,23 kali lebih berisiko mengalami kematian akibat penyakit infeksi saluran napas dan diare pada 1677 bayi yang dilahirkan di Dhaka Banglades dengan metode Kohort (Arifeen et al., 2001) Berdasarkan data dari SDKI tahun 2012, angka kematian bayi di Indonesia 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup, dan di Sumatera Barat 27 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi sebesar 12,7%. Di Indonesia ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan, 40-70% anak berobat ke Rumah Sakit adalah penderita ISPA. ASI meningkatkan siga pada mukosa traktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi pada empat hari pertama kehidupan. Ini disebabkan karena faktor dalam kolostrum yang merangsang perkembangan sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya penyakit otitis media, pneumonia, bakterimia, meningitis, dan infeksi traktus urinarius pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan bayi yang mendapat PASI (Mataram, 2011). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, angka pemberian ASI secara eksklusif masih belum mencapai target Nasional, masih ada bayi yang meninggal

akibat ISPA, dan adanya keterlambatan pada pertumbuhan bayi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan status menyusui dengan pertumbuhan dan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada bayi usia 4 sampai 6 bulan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusakan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara status menyusui dengan pertumbuhan dan faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA pada bayi usia 4 sampai 6 bulan? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan status menyusui dengan pertumbuhan dan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada bayi usia 4 sampai 6 bulan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi status menyusui pada bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pasaman. 2. Mengetahui distribusi frekuensi pertumbuhan pada bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pasaman. 3. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pasaman. 4. Mengetahui distribusi frekuensi faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA meliputi status gizi, jenis kelamin, status imunisasi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, kebiasaan merokok, ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian, ventilasi

dapur, dan bahan bakar masak pada bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pasaman. 5. Mengetahui hubungan status menyusui dengan pertumbuhan pada bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pasaman. 6. Mengetahui hubunganstatus menyusui, status gizi, jenis kelamin, status imunisasi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, kebiasaan merokok, ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian, ventilasi dapur, dan bahan bakar masak dengan kejadian ISPA pada bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pasaman. 7. Mengetahui faktor paling dominan mempengaruhi kejadian ISPA pada bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pasaman. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Tenaga Kesehatan Memberikan informasi tentang perbedaan pertumbuhan dan kejadian ISPA anak yang diberi ASI eksklusif dengan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. 1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Sebagai bahan masukan dalam perencanaan program kesehatan, khususnya kesehatan bayi dan balita dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Pasaman. 1.4.3. Bagi Masyarakat Mengetahui pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi untuk pertumbuhan yang optimal dan terhindar dari penyakit serta faktor risiko kejadian ISPA.

1.4.4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat menjadi data dasar dan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan materi pemberian ASI dan kejadian ISPA. 1.4.5. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat serta memperkaya ilmu pengetahuan.