BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting bagi manusia, jika ide pokok di dalam wacana tersebut tidak dipahami.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang penting dipelajari termasuk di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

TRI ANDINI AYUNINGTYAS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang memegang peranan penting

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrasa lisan dalam kontek bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

ARTIKEL ILMIAH YOPI SANTRI YENI NPM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian). Dalam dunia anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami perubahan karena adanya perkembangan di segala bidang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan nasional. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Dalam kegiatan pembelajaran inilah siswa menimba ilmu. menyelesaikan permasalahannya dalam kehidupan.

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dan tidak menarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

PENERAPAN METODE CIRC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN WACANA NON FIKSI DI KELAS X SMA AL ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi cerdas, bertanggung jawab dan produktif. Berbagai upaya. perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar tergantung selain pada kemampuan juga pada minat belajar setiap

L PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menemukan kalimat topik dan kalimat penjelas yang di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III pada

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut ini.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

2 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa memiliki peran yang sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan satra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untukmemahami dan merespon situasi lokal, regional, rasional, dan global. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersatra meliputi aspek-aspek: mendengarkan, berbicara, membaca, danmenulis yang diuraikan melalui standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel dan Buku. Kemampuan untuk menemukan gagasan utama bagi siswa merupakan kemampuan yang paling dasar agar siswa dapat menangkap apa isi sebuah artikel ataupun buku.

3 Kemampuan menemukan gagasan tersebut bagi sebagian besar siswa masih merupakan kegiatan yang tergolong sulit. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa sering menghadapi soal-soal yang berkaitan dengan materi membaca artikel. Metode Cooperative Integrted Reading And Composition (CIRC) menurut Slavin (1995:5-11) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana ending dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan, dan sebagainya. Setiap wacana mempunyai ide pokok, gagasan pokok, atau gagasan utama. Ide pokok merupakan inti atau kesimpulan dari keseluruhan isi wacana. Dari ide pokok wacana pembaca dapat menerka keseluruhan isi bacaan tersebut. Dari ide pokok pula, pembaca dapat mengambil sikap apakah bacaan itu perlu dibaca secara keseluruhan karena penting atau tidak perlu dilanjutkan karena isinya sudah diketahui. Menemukan ide pokok merupakan suatu kewajiban bagi pembaca ketika mencoba menambah wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Jika siswa mampu menemukan ide pokok dengan baik, maka pemahamannya mengenai bacaan tersebut akan baik pula. Untuk menemukan informasi yang terkandung di dalam suatu bacaan. Maka

4 pembaca juga harus menemukan ide pokok yang terdapat di setiap paragraf. Ide pokok merupakan inti suatu bacaan dan pikiran utama dari suatu pemahaman. Selain menemukan ide pokok, siswa dituntut untuk menemukan permasalahan yang terdapat dalam suatu wacana untuk lebih memahami isi suatu wacana yang kemudian ditulis kembali menjadi sebuah ringkasan dengan menggunakan kalimat yang runtut. Pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum mampu menemukan ide pokok dan membuat ringkasan bacaan dengan kalimat yang runtut. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Budi ( 2011 : 3) yang menyatakan masih banyak siswa yang belum mampu menemukan ide pokok dalam paragraf, hal ini terlihat dari hasil tes menemukan ide pokok dalam paragraf yang dilakukannya menunjukkan nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebanyak 64,60 dalam menemukan ide pokok paragraf. Berdasarkan pengalaman PPL dan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di SMA Satria Dharma Sergei diperoleh fakta minimnya kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok wacana. Hal itu terbukti dengan siswa belum mampu membedakan gagasan utama dan gagasan penjelas, serta siswa rata-rata hanya menjawab 60% benar soal wacana yang diberikan. Padahal di dalam KTSP siswa kelas X telah mampu menemukan ide pokok wacana yang dibacanya. Tim Dosen dalam Modul Pendidikan Bahasa Indonesia Kelas Tinggi (Erita, 2011 : 2) menyatakan ada beberapa masalah dan hambatan dalam menemukan ide pokok diantaranya rendahnya tingkat kecepatan membaca, pemahaman yang

5 diperoleh, kurangnya minat baca siswa, minimnya pengetahuan baca siswa, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca yang efektif. Menurut Ayuningtyas ( 2011 : 2), rendahnya kemampuan siswa menemukan ide pokok dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya kesiapan siswa menerima pelajaran, kurangnya fasilitas belajar di sekolah, dan strategi pembelajaran yang selama ini diterapkan guru tidak tepat sehingga perlu dicari solusinya dengan mencari alternatif strategi pembelajaran yang lainnya. Selama ini guru lebih aktif memberikan pelajaran dan siswa hanya cenderung menerima pembelajaran dari guru. Strategi ini tentu kurang relevan dengan pendekatan pembelajaran sekarang ini. Maka dari itu harus dicari strategi yang tepat dalam pembelajaran menemukan ide pokok. Salah satu cara yang paling mudah untuk dapat mengerti akan suatu informasi adalah dengan membaca. Dengan membaca kita akan merangsang tiga aspek kebahasaan yang lain akan berkembang. Dalam proses belajar dan mengajar kemampuan dan minat baca siswa sangat menentukan prestasinya di sekolah. Siswa mampu membaca bukan hanya karena kemauan awal dari dalam dirinya, tetapi juga karena adanya motivasi dan teknik membaca yang diajari oleh guru. Membaca memang merupakan kegiatan yang mudah dilakukan namun tanpa pengetahuan dasar dan ketekunan yang memadai maka kegiatan membaca akan menjadi sangat membosankan, karena membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi sebuah kebiasaan. Membaca merupakan

6 kegiatan si pembaca dalam menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan.. Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pelajar merasakan nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti ini akan tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya segi fiksi tapi juga non fiksi dari berbagai buku yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan orang tua dan guru. Kegagalan yang sering terjadi ketika siswa mengikuti ujian nasional khusus mata pelajaran bahasa Indonesia seperti yang tertulis dalam Media Indonesia 06 Juni 2011 adalah budaya membaca di kalangan siswa menjadi penyebab buruknya nilai bahasa Indonesia dalam ujian nasional. Mata pelajaran bahasa Indonesia kembali menjadi momok dalam hasil ujian nasional (UN) tahun ini. Data Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memperlihatkan nilai akhir bahasa Indonesia hanya mencapai nilai minimum 0.8%. Penyebabnya tidak lain karena nilai bahasa Indonesia mereka kurang dari 4.00, tidak adanya budaya membaca siswa dan tidak terbiasanya menghadapi soal berbentuk cerita. Padahal, tipe soal ini membutuhkan pemahaman, analisis, dan daya serap ( siswa terhadap teks ). Data tersebut membuktikkan bahwa kemampuan siswa mengidentifikasi ide pokok teks nonsastra masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kurangnya kesiapan siswa menerima pelajaran, kurangnya fasilitas belajar di sekolah, dan

7 strategi pembelajaran yang selama ini diterapkan guru tidak tepat sehingga perlu dicari solusinya. Selama ini, guru lebih aktif memberikan pelajaran dan siswa hanya cenderung menerima pembelajaran dari guru. Strategi ini tentu kurang relevan dengan pendekatan pembelajaran sekarang ini, sehingga ketika siswa disodorkan dengan wacana yang lain dan diperintahkan guru untuk menentukanide pokoknya, siswa pun tidak bisa menjawab. Pengajaran ide pokok di sekolah hanya sebatas membaca buku teks lalu melihat contoh ide pokok dalam buku teks kemudian berganti dengan pokok bahasan yang baru. Hal inilah yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal soal ujian terkait dengan ide pokok dalam wacana, padahal soal soal menentukan ide pokok dalam wacana kerap kali muncul pada ujian nasional. Selain itu, Erita (2011:2) menyatakan bahwa beberapa masalah dan hambatan dalam menemukan ide pokok, di antaranya adalah rendahnya tingkat kecepatan membaca pemahaman yang diperoleh, kurangnya minat baca siswa, minimnya pengetahuan baca siswa, dan minimnya pengetahuan tentang membaca yang efektif. Pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu menemukan informasi dalam bahan bacaan melalui ide pokok bacaan yang dibaca. Ide pokok merupakan inti suatu bacaan dan pikiran utama dari suatu pemahaman. Selain menemukan ide pokok, siswa dituntut untuk menemukan permasalahan yang terdapat dalam suatu wacana untuk lebih memahami isi suatu wacana yang kemudian dituliskan kembali menjadi sebuah paragraf dengan menggunakan kalimat efektif. Penjelasan yang bersifat konkret yang dinyatakan secara ringkas yang menjadi isi

8 dari suatu topik yang dibahas tapi dalam kenyataannya masih banyak siswa yang belum mampu menemukan ide pokok dan permasalahannya dalam setiap bacaan secara baik. Tentu ada faktor-faktor yang memengaruhi seperti kurangnya kesiapan siswa menerima pelajaran, kurangnya fasilitas belajar di sekolah, dan strategi pembelajaran yang selama ini ditetapkan guru terhadap siswa tidak tepat sehingga perlu dicari solusinya dengan mencari alternatif strategi pembelajaran lainnya. Selama ini guru lebih aktif memberikan pelajaran dengan cara yang konvensiobal dan siswa cenderung bersifar pasif. Strategi ini tentu kurang berguna dengan perkembangan pengetahuan modern saat ini. Seharusnya dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif, guru dapat memilih salah satu model pembelajaran yaitu metode pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim, dkk (2006:16), Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif yaitu membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif siswa bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit karena menerapkan pembeljaran secara berkelompok dan menekankan pentingnya kerja sama. Menurut Sharan, (2009: 357), Dalam pembelajaran kooperatif ini tidak ada dominasi kelompok oleh siswa tertentu atau memecahkan masalah secara sendiri-sendiri. Semua anggota kelompok harus menunjukkan aktivitasnya.

9 Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menawarkan model CIRC yang merupakan bagian dari model kooperatif yang menurut berbagai penelitian, metode ini sangat berpengaruh pada semua siswa tingkat kemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Hal tersebut didukung oleh penelitian modern tahun 1986 yang mengatakan pengaruh program CIRC pada pencapaian siswa cukup positif. Selanjutnya, penelitian Stevens, dkk tahun 1987 memberikan hasil yang lebih positif dibandingkan dengan yang pertama (dalam Sharan, 2009: 36). Penelitian ini dilanjutkan kembali oleh Durrel. Dari hasil penelitiannya, pengaruh dari model CIRC ini sangat tinggi berkisar 44%-64%. Namun, apakah model CIRC ini berlaku secara umum atau pada sekolah tertentu dalam pembelajaran siswa? Hal ini membutuhkan penelitan lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Ide Pokok Paragraf Oleh Kelas XI SMA Seminari Menengah Pematangsiantar Tahun pembelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka sejumlah masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok masih rendah; 2. Minat membaca siswa masih rendah;

10 3. Model yang digunakan guru kurang bervariasi; dan 4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan menarik. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah serta keterbatasan peneliti untuk meneliti seluruh permasalahan yang ada maka perlu adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu, penelitan akan meneliti apakah ada pengaruh model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) terhadap kemampuan menemukan ide pokok pada paragraph oleh siswa kelas XI SMA Seminari Menengah Pematangsiantar. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dari identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana tingkat rata-rata kemampuan siswa kelas XI SMA Seminari Menengah dalam menemukan ide pokok paragraf sebelum menggunakan model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)? 2. Bagaimana tingkat rata-rata kemampuan siswa kelas XI SMA Seminari Menengah Pematangsiantardalam menemukan ide pokok paragraf sesudah menggunakan model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)?

11 3. Apakah ada pengaruh model CIRC dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas XI Seminari Menengah Pematangsiantar dalam menemukan ide pokok paragraf? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok paragraf sebelum dengan menggunakan Model CIRC. 2. untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok paragraf sesudah menggunakan Model CIRC. 3. untuk mengetahui apakah model CIRC berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok paragraf. F. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitan, maka diharapkan hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya aspek model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dalam pembelajaran menemukan ide pokok paragraf. 2. Manfaat Praktis

12 A. Bagi Siswa a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan pengalaman belajar menemukan ide pokok paragraf. b. Memberikan kesempatan kepada siswa berkreativitas dalam menemukan ide pokok paragraf dengan model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) 2. Bagi Guru a. Menjadi pemahaman alternatif dalam pembelajaran menemukan ide pokok paragraf. b. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif. c. Mengatasi permasalahan pembelajaran menemukan ide pokok paragraf. 3. Bagi Peneliti a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti. b. Mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.