BAB VI PENUTUP. Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Peradilan Tata Usaha Negara, asas keaktifan hakim (dominus litis)

Written by tony Tuesday, 22 October :10 - Last Updated Wednesday, 27 November :24

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Pertanggungjawaban Perusahaan dalam Kasus Lingkungan Hidup. Dewi Savitri Reni (Vitri)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LKjIP PA Watampone Tahun BAB I PENDAHULUAN

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESIMPULAN. Berdasarkan analisis data dapatlah dikemukakan kesimpulan-kesimpulan. 1.1 Pelaksanaan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara dalam memberikan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan permasalahan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XV/2017 Pertanggungjawaban atas Kerusakan Lingkungan dan Kebakaran Hutan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 122/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

BAB V KESIMPULAN. hanya dapat dilakukan satu kali saja. 1 Hal itu berarti putusan yang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XIII/2015 Kewajiban Pelaku Pembangunan Rumah Susun Dalam Memfasilitasi Terbentuknya PPPSRS

hal 0 dari 11 halaman

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

RINGKASAN PUTUSAN. Perkara Nomor 17/PUU-V/2007 : Henry Yosodiningrat, SH, dkk

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB V PENUTUP. PERADILAN TATA USAHA NEGARA, ASAS KEAKTIFAN HAKIM (DOMINUS LITIS)

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 116/PUU-XIII/2015 Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Atas Pemutusan Hubungan Kerja

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab III, maka dapat

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 65/PUU-XII/2014 Otonomi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Dari Sub Sektor Kepelabuhan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

A.Latar Belakang Masalah

DALAM PRESPEKTIF HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA. Efa Laela Fakhriah. Hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh

JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA!

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XI/2013 Tentang Frasa Pihak Ketiga Yang Berkepentingan

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

JUDICIAL REVIEW : Antara Trend dan Keampuhan bagi Strategi Advokasi

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XII/2014 Frasa Membuat Lambang untuk Perseorangan dan Menyerupai Lambang Negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

-2- memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dipe

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014 Status Hukum Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 dan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

BAB IV PENUTUP. sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pada dasarnya memiliki kesesuaian pada hal susunan

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa hakim telah menjalankan fungsi pengembangan hukum lingkungan perdata terutama terkait hak gugat, pemberlakuan atau penerapan asas keberhati-hatian, penerapan asas tanggung jawab mutlak, penentuan ganti kerugian lingkungan. Pengembangan itu dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Gugatan perdata lingkungan terutama yang diajukan oleh warga perseroangan atau kelompok warga dan lembaga swadaya masyarakat merupakan sarana bagi warga secara perorangan atau kelompok dan lembaga swadaya masyarakat atau organisasi masyarakat untuk melindungi hak atas lingkungan hidup, menuntut pemulihan lingkungan hidup dan hak lingkungan hidup yang telah dicederai serta menuntut instansi atau pejabat pemerintah untuk menegakkan hukum lingkungan dengan konsisten. Bagi warga dan lembaga swadaya masyarakat pengakuan hak gugat merupakan pintu masuk penting bagi mereka untuk memperjuangkan hak-hak atas lingkungan hidup. Hakim telah memainkan fungsi penting dalam mengembangkan hak gugat perdata dengan memperluas makna kepentingan yaitu tidak lagi semata terkait hakhak kebendaan, kesehatan jasmani tetapi juga kepentingan pelestarian fungsi lingkungan sehingga melahirkan doktrin-doktrin hak gugat baru yang dalam hukum acara yang berlaku tidak dikenal seperti hak gugat lembaga swadaya masyarakat dan hak gugat warga walaupun pada saat gugatan diajukan undang-undang yang berlaku belum mengatur hak-hak gugat itu.

2. Pengembangan hukum pembuktian dalam perkara perdata lingkungan terjadi dalam dua hal. Pertama, dengan penerapan asas kehati-hatian dalam Pasal 2 f UUPPLH. Asas Kehati-hatian yang diadopsi dari Prinsip ke 15 Deklarasi Rio mengandung makna bahwa jika dihadapkan pada ketidakpastian pembuktian tentang apakah sebuah kegiatan menimbulkan dampak negatif atau tidak pada lingkungan hidup, maka pengambil keputusan, termasuk hakim harus membuat keputusan atau putusan yang lebih menguntungkan pada upaya perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup jika kegiatan itu diperkirakan menimbulkan dampak negatif yang serius atau kerugian lingkungan hidup yang tidak dapat dipulihkan (irreversible damage). Majelis Hakim Agung berpendapat bahwa kegiatan yang merusak kawasan hutan termasuk dalam pengertian kegiatan yang merupakan ancaman serius terhadap lingkungan hidup dan yang menimbulkan dampak negatif tidak terpulihkan sehingga diberlakukan asas kehati-hatian. Pengembangan kedua, dengan penerapan tanggungjawab mutlak yang diadopsi dari strict liability dalam sistem hukum Anglo Saxon - Majelis Hakim dengan menafsirkan klausula: dalam Pasal 88 UUPPLH yaitu Setiap orang yang tindaknnya, usahanya dan atau kegiatannya... yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggungjawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. Majelis Hakim telah mengisi atau menafsirkan kegiatankegiatan yang menimbulkan kerusakan pada kawasan hutan termasuk dalam pengertian klausula yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup. 3. Pengembangan atas pengakuan dan penentuan kerugian lingkungan atau kerugian ekologis khususnya kerusakan kawasan hutan yang diterjemahkan

dalam bentuk mata uang rupiah walaupun kawasan hutan mengandung nilai yang tidak mudah diukur dengan nilai mata uang karena kawasan hutan memiliki multi fungsi ekologis. Putusan pengadilan memperlihatkan bahwa penentuan ganti rugi terhadap kawasan hutan yang sudah rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali tidak menggunakan kriteria hak kebendaan. Kerugian ekologis tidak terkait dengan kepentingan manusia secara langsung. Dengan demikian putusan-putusan hakim dalam perkara perdata lingkungan telah menambah satu kategori kerugian baru yaitu kerugian ekologis selain kategori-kategori yang sudah dikenal dan terkait dengan kepentingan manusia secara langsung yaitu kerugian kebendaan, kerugian kehilangan atau berkurangnya mata pencarian dan kerugian kesehatan. Dengan demikian, meskipun sistem hukum Indonesia termasuk ke dalam rumpun sistem hukum sipil atau sistem hukum Eropa Kontinental yang menempatkan kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif sebagai pelaku-pelaku utama dalam melaksanakan fungsi pengembangan hukum melalui undang-undang sebagai sumber hukum, hasil studi disertasi ini telah mengungkapkan bahwa kekuasaan judikatif yang direpresentasikan oleh hakim majelis perkara perdata di Indonesia ternyata telah berperan penting dalam pengembangan hukum lingkungan, khususnya hukum lingkungan perdata. B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dalam kesimpulan di atas adalah sebagai berikut: 1. Disarankan kepada pembuat undang undang, Presiden dan DPR RI, sebaiknya merespon perkembangan praktik hukum yang telah melahirkan hak gugat

warga dalam konteks lingkungan hidup dengan mengatur konsep hak gugat warga ke dalam perundang-undangan juga ketentuan hukum acara perdata yang berlaku dalam perkara lingkungan hidup sehingga dapat diwujudkan kepastian dan konsistensi hukum. 2. Disarankan kepada Mahkamah Agung agar terus melaksanakan program sertifikasi hakim lingkungan sehingga terwujud efektivitas penanganan perkara-perkara lingkungan hidup di pengadilan sebagai upaya perlindungan lingkungan hidup serta pemenuhan rasa keadilan yang layak dan selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip hukum lingkungan baik yang berlaku nasional maupun internasional. 3. Disarankan kepada Hakim perkara perdata lingkungan harus berani meninggalkan fungsi konvensional yaitu sepenuhnya pasif sebaliknya berfungsi agak aktif dalam beberapa situasi bahkan melakukan judicial activism terutama dalam menentukan ganti rugi yang berkaitan dengan kerugian ekologis. Mengingat upaya pemulihan lingkungan yang rusak apabila tidak segera dipulihkan dapat berdampak kepada kehidupan lingkungan sekitarnya, maka Hakim diharapkan juga bersikap luwes dengan mengadakan suatu terobosan dalam proses beracara sengketa lingkungan hidup dan dalam putusannya memperhatikan prinsip efisiensi dalam penjatuhan ganti rugi dan biaya pemulihan. 4. Studi disertasi ini telah mengungkapkan bahwa hakim melalui putusanputusan dalam perkara perdata lingkungan hidup telah menjalankan fungsi penting dalam penegakan hukum ligkungan perdata dan penyelesain sengketa karena telah mengabulkan petitum gugatan penggugat dengan melakukan interpretasi-interpretasi dan judicial activism untuk kepentingan perlindungan

lingkungan hidup. Beberapa putusan yang dibahas dalam disertasi ini telah memiliki kekuatan hukum tetap. Namun demikian, masih perlu dilakukan studi lebih lanjut sejauhmana putusan-putusan perkara perdata lingkungan telah dilakukan eksekusi. Eksekusi putusan perkara perdata lingkungan merupakan tema di luar lingkup disertasi ini. Oleh sebab itu, pada masa datang penting dan perlu dilakukan suatu studi untuk disertasi dengan mengambil pokok permasalahan eksekusi putusan perkara perdata lingkungan hidup dan penggunaan dana ganti rugi lingkungan hidup untuk pemulihan lingkungan hidup.