STUDI KASUS DAMPAK MENJADI ORANG TUA TUNGGAL PEREMPUAN USIA REMAJA AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Dinamika Psikologis Mahasiswa Aktif yang Menikah di Masa Studi

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI SINGLE PARENT DI JORONG KANDANG HARIMAU KENAGARIAN SIJUNJUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN KONSELING

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

SIAPKAH MENJADI ORANGTUA?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2015

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

Transkripsi:

24 Studi Kasus Dampak Menjadi Orang Tua Tunggal Perempuan Usia Remaja Akhir STUDI KASUS DAMPAK MENJADI ORANG TUA TUNGGAL PEREMPUAN USIA REMAJA AKHIR Astri Ayu Kamasitoh 1 Dra. Atiek Sismiati S. 2 Happy Karlina Marjo, M.Pd, Kons. 3 Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap berbagai fakta tentang dampak menjadi orang tua tunggal perempuan usia remaja akhir. Metode yang digunakan adalah studi kasus dalam pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Depok dengan dua responden yaitu : PL remaja perempuan usia 21 tahun, dan NF remaja perempuan usia 20 tahun. Hasil penelitian keseluruhan menunjukan bahwa permasalahan menjadi orang tua tunggal perempuan berdampak pada kehidupan remaja perempuan sebagai orang tua tunggal. PL mengalami dampak menjadi orang tua tunggal perempuan pada aspek stres, standar hidup yang rendah, pandangan negatif dari masyarakat dan pengasuhan anak. Aspek role overload (ketumpangtindihan peran), kemiskinan, kesendirian dan isolasi, serta merasa menjadi beban tidak berdampak pada subjek PL. PL memiliki resiliensi yang baik, sehingga mampu menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal perempuan de-ngan baik pula. Subjek NF mengalami dampak menjadi orang tua tunggal perempuan pada seluruh aspek. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya kemerosotan moral dengan menganggap pernikahan usia muda, kemudian bercerai (mengakibatkan remaja berstatus orang tua tunggal) adalah hal yang biasa dan dapat diterima oleh keluarga. Perbedaan dampak menjadi orang tua tunggal pada penelitian ini dipengaruhi kuat oleh resiliensi diri responden. Perlu penanganan bimbingan dan konseling yang tepat dalam menangani kasus remaja sebagai orang tua tunggal. Kata kunci: dampak, orang tua tunggal perempuan, remaja perempuan 1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, 2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ 3 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ Pendahuluan Sepanjang perjalanan kehidupan setiap individu memiliki sebuah peran. Peran sebagai orang tua, anak, kakak, adik, ataupun sebagai kakek dan nenek. Peran setiap individu dapat saja berubah sesuai dengan usia perkembangan ataupun status sosial yang dimiliki. Peran adalah posisi yang memungkinkan perilaku tertentu diharapkan. Memasuki masa dewasa beberapa individu memutuskan untuk menikah. Ketika individu menikah dan memiliki anak, maka peran individu tersebut berubah (yang semula sebagai seorang anak pada gilirannya berubah peran menjadi orang tua). Fungsi keluarga mempengaruhi fungsi individual. Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memilki peran untuk membangun keluarga sesuai dengan fungsinya. Khusus untuk orang tua, pembagian peran antara ayah dan

Studi Kasus Dampak Menjadi Orang Tua Tunggal Perempuan Usia Remaja Akhir 25 ibu adalah hal penting agar fungsi keluarga berjalan optimal. Pembagian peran tersebut bagaikan sebuah siklus kehidupan yang saling melengkapi. Jika salah satu peran orang tua hilang, peran yang hilang tersebut ditopang secara ganda oleh orang tua tunggal. Keluarga dengan orang tua tunggal bisa disebabkan karena kematian pasangan, perceraian ataupun status perkawinan yang tidak jelas (tidak sah secara hukum negara dan atau hukum agama) atau dapat juga seorang yang mengadopsi anak. Sepuluh tahun terakhir PEKKA menemukan perempuan menjadi kepala keluarga karena beberapa sebab, 13% karena suami meninggal dunia, 13% karena bercerai, 7% ditinggal suami begitu saja, 9% ditinggal merantau, 3% suami berpoligami kemudian ditinggalkan, 5% suami cacat atau sakit menahun, dan 11% perempuan lajang yang menjadi tulang puggung. (Zulminarni, 2012). Kehilangan pasangan diawal masa dewasa madya seorang perempuan merupakan keadaan normatif yang terlalu cepat dalam kehidupan individu. (Schaie, 1991). Apabila proses menuju kehilangan begitu cepat, peristiwa kehilangan pasangan semakin tidak terantisipasi. Jika bagi perempuan usia dewasa saja kehilangan pasangan adalah suatu kejadian yang sulit diantisipasi lalu bagaimana jika kehilangan pasangan diusia remaja? Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti dampak apa yang terjadi jika perempuan usia remaja akhir berstatus sebagai orang tua tunggal. Kajian Teori Orang Tua Tunggal Umumnya sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Beberapa keadaan dalam kehidupan sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya sudah tidak ada. Keadaan ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga dengan orang tua tunggal. Orang tua tunggal adalah orang tua yang didalam membina rumah tangganya hanya seorang diri tanpa adanya pasangan. Orang tua yang demikian ini menjalankan dua peran, yaitu peran sebagai ayah dan sebagai ibu bagi anak-anaknya dan lingkungan sosialnya. (Balson, 1993). Pada definisi lain disebutkan orang tua tunggal adalah A single parent family consist of one parent with dependent children living in the same household. (Hamner & Turner, 1990). Orangtua tunggal adalah orangtua yang telah menduda atau menjanda entah bapak atau ibu, mengasumsikan tanggung jawab untuk memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya, perceraian atau kelahiran anak diluar nikah. (Hurlock, 2005). Orang tua tunggal dibagi menjadi dua bagian, yaitu orang tua tunggal perempuan dan orang tua tunggal laki-laki. Orang tua tunggal perempuan adalah keluarga patologis sebagai alternatif untuk keluarga inti. (Hamner & Turner, 1990). Artinya sebuah keluarga yang tidak memiliki orang tua lengkap dapat disiasati dengan menjadikan perempuan sebagai orang tua tunggal untuk mengepalai sebuah keluarga. Keluarga dengan orang tua tunggal, faktor keutuhan keluarganya sudah tidak terpenuhi. Keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam struktur keluarga yaitu ayah, ibu, dan anak. Anak akan kehilangan salah satu figur orang tua. Menjadi orang tua tunggal perempuan tidaklah mudah. Masalah-masalah umum yang dihadapi orang tua tunggal adalah stres, role overload, kemiskinan, standar kehidupan yang menurun, kesendirian dan isolasi, pandangan negatif masyarakat, perasaan menjadi beban bagi orang lain, dan kesulitan dalam pengasuhan anak. (Hamner & Turner, 1990). Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence (kata benda adolescentia) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. (Hurlock, 2005). Istilah adolescensia menunjukan masa yang tercepat antara usia 12 21 tahun dan mencangkup seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut. Pemakaian istilah pubertas dan adolescensia cenderung sama. Hal itu disebabkan sulitnya membedakan posisi psikis pada masa pubertas dan mulainya proses psikis pada adolescencia. Suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja, yang secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja

26 Studi Kasus Dampak Menjadi Orang Tua Tunggal Perempuan Usia Remaja Akhir akhir. (Sarlito, 2002). Pernikahan Nikah merupakan satu-satunya hubungan yang disetujui oleh hukum negara dan agama untuk melanjutkan keturunan secara sah. Pernikahan adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah. (Achmad, 2008). Perceraian Perceraian merupakan bagian dari perkawinan, sebab tidak ada perceraian tanpa diawali perkawinan. Permasalahan dalam perkawinan dapat saja memutus ikatan perkawinan yang disebut perceraian. Perceraian terjadi apabila kedua belah pihak baik suami maupun isteri sudah sama-sama merasakan ketidakcocokan dalam menjalani rumah tangga. Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus. Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan serta penjelasannya secara jelas menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila sesuai dengan alasan-alasan yang telah ditentukan. Putusnya perkawinan di UUP dijelaskan, yaitu karena kematian, perceraian, dan keputusan pengadilan. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan di tempat tinggal responden di Tapos, Depok. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai bulan November 2013. Responden yang akan diteliti sebanyak dua orang dengan kriteria sebagai berikut: 1. PL. Remaja perempuan berusia 21 tahun memiliki satu anak perempuan berusia 2 tahun. Menikah dengan suaminya saat PL berusia 19 tahun dan bercerai saat PL berusia 20 tahun. 2. NF. Remaja perempuan berusia 20 tahun memiliki satu anak laki-laki berusia 1,5 tahun. Menikah dengan suaminya pada saat NF berusia 18 tahun dan bercerai pada saat NF berusia 19 tahun. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Maksud dari penelitian ini untuk memperoleh pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai gambaran kehidupan perempuan usia remaja akhir sebagai orang tua tunggal. Gambaran dari permasalahan responden sebagai orang tua tunggal mengindikasikan dampak-dampak yang dialami responden selama menjalani peran sebagai orang tua tunggal perempuan. Teknik pengambilan responden menggunakan teori based/operational construc sampling yakni responden dipilih dengan kriteria tertentu agar individu, latar, dan kejadian tertentu betul-betul diupayakan terpilih (tersertakan) untuk memberikan informasi penting. Teknik ini juga bertujuan agar sampel mewakili fenomena yang diteliti. Sampel tidak diambil secara acak tetapi dipilih mengikuti kriteria tertentu. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi langsung, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Proses analisa mencangkup tiga aktifitas yaitu reduksi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan atau proses verifikasi. (Soegiyono, 2010). Pengecekan kredibilitas data menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Pembahasan Pada aspek stres, PL tidak merasa stres secara mendalam karena stres yang PL rasakan hanya bersumber dari rasa benci kepada mantan pasangan. Berbeda dengan PL, NF merasa stres yang ditandai dengan cemas dengan kelangsungan hidup bersama anak, emosi menjadi tidak stabil (selalu ingin marah), membenci mantan pasangan, trauma pernikahan, dan ketidakmampuan penerimaan status. Pada aspek role overload, PL tidak memiliki role overload sama sekali. PL mampu membagi waktu untuk anak, mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan waktu untuk diri sendiri. Serupa dengan PL, NF juga tidak mengalami role overloadkarena tidak ada aktifitas lain yang NF lakukan kecuali mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bermain bersama teman. Pada aspek kemiskinan, PL tidak mengalami kemiskinan karena PL memiliki dua sumber pendapa-

Studi Kasus Dampak Menjadi Orang Tua Tunggal Perempuan Usia Remaja Akhir 27 tan dari usaha di sektor informal yang penghasilannya mencukupi kebutuhan PL dan keluarga. Hampir serupa dengan PL, NF tidak mengalami kemiskinan karena NF memiliki orang tua dan banyak saudara yang menanggung hidup NF serta anaknya. Secara pribadi NF tetap mengalami kemiskinan karena tidak memiliki penghasilan sama sekali. Pada aspek standar hidup yang rendah PL dan NF sama-sama tidak memiliki tempat tinggal. PL dan NF tinggal menumpang di rumah orang tua. PL dan NF juga minim alternatif dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Seluruh hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga PL dan NF dikerjakan sendiri tanpa ada alokasi dana untuk membayar tenaga orang lain. Seluruh kegiatan domestik dikerjakan oleh PL dan NF dengan bantuan ibu mereka. Pada aspek kesendirian dan Isolasi, PL merasa sepi tetapi tidak merasa diasingkan oleh masyarakat sekitar. PL memiliki banyak teman yang memang tidak satu wilayah sehingga membuat PL minim interaksi dengan teman sebaya. PL memang tidak diasingkan oleh masyarakat tetapi PL mengasingkan diri karena merasa malu pernah hamil di luar nikah. PL tetap berinteraksi namun meminimalisir kontak. Hampir serupa dengan PL, NF merasa sepi tetapi tidak terasing dari masyarakat. NF memiliki banyak teman yang masih sering berkunjung ke rumah, namun setelah teman NF tidak ada maka NF merasa sepi dalam hati karena tidak memiliki pasangan. NF tidak terasing dari lingkungan karena sebagian masyarakat menganggap NF adalah korban. Pada aspek pandangan negatif masyarakat, PL dipandang negatif sebagai pribadi karena telah melakukan seks di luar nikah. Sebagai orang tua PL dinilai mampu mengasuh anaknya dengan baik sehingga PL dinilai bertanggung jawab sebagai seorang ibu. Berkebalikan dengan PL, sebagai pribadi NF tidak dipandang buruk. Keluarga NF yang disegani masyarakat dan sifat NF yang pemalu menyebabkan NF dikasihani oleh masyarakat sekitar. Sebagai orang tua NF dinilai tidak bertanggung jawab karena pengasuhan anak NF dipegang dominan oleh kakak dan ibu NF. Pada aspek merasa menjadi beban, PL tidak merasa membebani orang tuanya karena PL menganggap dirinya sekarang telah mampu menutupi kesalahan masa lalunya dengan menanggung biaya hidup orang tua PL. PL memiliki konsep diri yang baik. PL juga melakukan proses resiliensi dengan baik karena PL menyiapkan jika suatu saat pernikahannya berujung perceraian. Berbeda dengan PL, NF merasa menjadi beban orang tua terutama dalam hal moral. NF menganggap telah membuat nama baik keluarga tercemar. Masa pernikahan dan perceraian yang begitu singkat membuat NF larut dalam kesedihan dan tidak mampu melakukan proses resiliensi dengan baik. Pada aspek pengasuhan anak, PL dan NF samasama mengasuh tanpa dukungan dari mantan pasangan. PL dan NF putus hubungan bahkan sebelum PL dan NF bercerai dengan suami. Bedanya, PL mampu mengasuh anak dengan cukup baik dengan berusaha memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani anak. PL juga tidak otoriter terhadap anak. NF sendiri tidak mengasuh anaknya secara penuh, ketidaktahuan cara mengasuh anak NF jadikan alasan agar anak NF tetap diasuh oleh kakak NF. NF juga otoriter terhadap anak dengan selalu melarang dan menjadikan marah sebagai solusi untuk menjadikan anak lebih penurut. Secara keseluruhan menjadi orang tua tunggal perempuan berdampak pada stagnansi tugas perkembangan sebagai remaja serta pengisolasian diri responden terhadap lingkungan. Faktor penyebab kedua responden menjadi orang tua tunggal adalah karena pasangan kedua responden berselingkuh dengan perempuan lain ketika masih dalam masa pernikahan. Suami dari kedua respon dan juga tidak memberikan nafkah karena tidak memiliki pekerjaan. PL hamil diluar nikah karena kenyamanan yang PL dapatkan dari pasangan dibanding dengan keadaan rumah yang menurut PL tidak nyaman. Ibu PL sulit mengontrol emosi marah, hampir seluruh kesalahan PL baik besar atau kecil membuat ibu PL selalu marah. Karena keadaan keluarga PL yang demikian membuat PL merasa lebih nyaman dengan pasangannya dan kemudian PL bepacaran terlampau batas. PL mengalami dampak menjadi orang tua tunggal perempuan pada aspek stres, standar hidup, pandangan negatif dari masyarakat dan pengasuhan anak. Aspek role overload, kemiskinan, kesendirian

28 Studi Kasus Dampak Menjadi Orang Tua Tunggal Perempuan Usia Remaja Akhir dan isolasi, serta merasa menjadi beban tidak berdampak pada subjek PL. Berbeda dengan PL, NF hamil di luar nikah karena salah pergaulan. NF berasal dari keluarga yang menyayangi dan membebaskan apa yang NF ingin asalkan baik. NF kurang selektif memilih teman sehingga berpacaran dengan orang yang salah. NF baru berpacaran 6 bulan dan belum mengenal betul siapa laki-laki yang dipacarinya tersebut. NF mengalami dampak menjadi orang tua tunggal perempuan pada seluruh aspek. NF merasa stress hingga menyebabkan NF sakit selama satu minggu. NF juga tidak henti-hentinya menangis selama tiga bulan. NF yang tidak bekerja dan belum terampil mengasuh anak menyebabkan NF mengalami role overload karena NF juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Role overload yang NF alami tidak membuat kondisi tubuh NF memburuk. NF masih memiliki banyak waktu untuk beristirahat. NF mengalami kemiskinan dan standar hidup yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena NF belum pernah bekerja sama sekali. NF yang tidak memiliki pendapatan membuat NF tidak bisa memberikan hadiah untuk anak ataupun menghibur diri dengan berekreasi. Semua hal NF gantungkan terhadap penghasilan Ibu NF. NF juga mengalami kesulitan pengasuhan anak. NF belum memiliki anak sebelumnya dan usia NF yang masih muda menyebabkan anak NF diasuh secara dominan oleh kakak NF. NF menjadi kurang dekat dengan anak. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Secara keseluruhan menjadi orang tua tunggal perempuan berdampak pada stagnansi tugas perkembangan sebagai remaja serta pengisolasian diri responden terhadap lingkungan. Faktor penyebab responden menjadi orang tua tunggal adalah karena pasangan kedua responden berselingkuh dengan perempuan lain ketika masih dalam masa pernikahan. Suami dari responden juga tidak memberikan nafkah karena tidak memiliki pekerjaan. Penelitian ini menunjukan adanya kemerosotan moral dengan menganggap pernikahan usia dini kemudian bercerai dan akhirnya remaja berstatus orang tua tunggal adalah hal yang biasa dan dapat diterima keluarga. 2. Saran a. Remaja: Status remaja perempuan sebagai orang tua tunggal bermula dari pergaulan seks bebas. Dampak buruk yang ditimbulkan akibat menjadi orang tua tunggal perempuan diharap menimbulkan efek jera bagi remaja sehingga tidak masuk dalam pergaulan seks bebas. b. Mahasiswa BK: Permasalahan remaja sebagai orang tua tunggal berdampak pada kehidupan remaja dalam menjalankan keseharian. Bagi mahasiswa BK yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut, dapat melengkapi beberapa kekurangan dalam penelitian ini. Penelitian ini telah mengungkap permasalahan yang dialami remaja sebagai orang tua tunggal perempuan sehingga perlu penanganan konseling dengan teknik yang tepat. c. Jurusan BK: Maraknya seks bebas di kalangan remaja (tidak terkecuali remaja dalam lingkup sekolah) menyebabkan kehamilan di luar nikah yang mengganggu tugas perkembangan remaja. Untuk itu, pentingnya jurusan BK membekali mahasiswa dalam memahami informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja. Daftar Pustaka Balson. (1993). Psychology of Family. New York: Mac Rarw-Hill, Co. Budiman, Achmad. (2008). Perkawinan Dini di Kota Semarang. Semarang: IAIN Walisongo Semarang. Elizabet, Hurlock. (2005). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Fatimah, Enung. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia. Hamner, Tommie & Pauline, H. Turner. (1990). Parenting in Contemporary Society. New Jersey: Prentice Hall. Santrock, John. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Schaie, K.W. dan Willis, S.L. (1991). Adult development and aging. New York: Harper Collins Publishers. Zulminarni, Nani. (2012). Perkawinan dan Keluarga: Dunia Tanpa Suami. Jakarta: Jurnal Perempuan vol. 73.