BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis Resto Dahar Melayu.

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis merupakan kegiatan mengubah nilai menjadi profit. Sebagian

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI. Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang: Industri restoran dan rumah makan merupakan salah satu industri yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Rumah Makan Pondok Bambu Tirza III

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tanda bahwa bisnis kuliner berkembang pesat. Bisnis kuliner melalui subindustri

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali,

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan budaya pada masyarakat menandai berkembangnya

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis Resto Dahar Melayu. Rencana bisnis ini, menggunakan konsep specialty resto khas Sumatera Selatan. Pada bagian latar belakang menjelaskan mengenai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perusahaan serta rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Pada sub-bagian lingkungan eksternal dijelaskan mengenai faktor dari luar perusahaan yang perusahaan menjelaskan faktor-faktor dalam perusahaan terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi berdirinya suatu perusahaan. 1.1.1 Analisis Lingkungan Eksternal Setiap manusia memiliki kebutuhan hidupnya masing-masing. Salah satunya adalah kebutuhan akan makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Makanam dan minuman merupakan kebutuhan primer, tidak ada orang yang dapat berhenti untuk tidak makan. Karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya, Ekawatinigsih (2008). Sejalan dengan perkembangan teknologi, ekonomi, sosial yang ada maka kebutuhan pangan berbeda-beda. Makin tinggi status ekonomi seseorang, makin tinggi pula status makanan yang diperlukan terutama dalam hal mutu, jenis, dan pelayanan.

Perkotaan dengan beragam pusat perbelanjaan dan tempat makan telah menjadi arena pertarungan, tidak saja bagi produsen dalam mendapatkan konsumen, akan tetapi juga bagi konsumen dalam menunjukkan status dan kelas sosialnya melalui jenis makanan dan tempat makan. Konsumen disajikan berbagai pilihan tempat dan jenis makanan yang sesuai dengan selera. Di Indonesia jumlah penduduk cenderung berpusat pada daerah perkotaan, salah satunya adalah kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2012, menurut sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS tercatat 3.524.762 jiwa yang memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan kepadatan penduduk 17.024 jiwa per km 2. Adapun pertumbuhan jumlah penduduk di Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Pertumbuhan Jumlah penduduk D.I. Yogyakarta tahun 2007-2012 TAHUN JUMLAH PENDUDUK 2007 3.359.404 2008 3.393.003 2009 3.426.637 2010 3.457.491 2011 3.487.325 2012 3.524.762 Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2013 Pertumbuhan penduduk Yogyakarta yang semakin bertambah tiap tahunnya dan semakin pesatnya kemajuan dari berbagai aspek di era globalisasi seperti saat ini menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dalam hal (life style). Masyarakat terus didorong untuk merubah gaya hidup dengan cepat, seperti 2

halnya tingkat konsumsi, mode berpakaian, prilaku sosial, pergaulan sosial dan hasrat untuk terus mengikuti produk-produk baru yang diproduksi secara cepat. Begitu juga halnya, proses konsumsi lebih didorong oleh logika hasrat (desire) dan keinginan (want) daripada logika kebutuhan (need) yang sebenarnya didasarkan pada kalkulasi empirik atas kebutuhan hidup sehari-hari, Zamroni (2007). Konsumsi dikemukakan juga oleh Lee (1993) dalam artikel Marwani. Konsumsi memperlihatkan bahwa tidak hanya semata-mata merupakan tindakan yang wajar untuk memenuhi kebutuhan seseorang, akan tetapi lebih dari itu, konsumsi digunakan sebagai alat komunikasi kepada orang lain untuk menunjukkan identitas, posisi sosial maupun gaya hidupnya. Pola perilaku konsumsi pada masyarakat juga diakibatkan tidak tersedianya waktu yang banyak dan memiliki kesibukan di luar rumah seperti halnya masyarakat yang tinggal di daerah Yogyakarta. Oleh sebab itu, menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi makanan di luar rumah. Untuk mendukung adanya perubahan gaya hidup dalam hal konsumsi diperlukannya sebuah rumah makan atau restoran. Pada tahun 2012, berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku provinsi D. I. Yogyakarta yang dikeluarkan oleh BPS D. I. Yogyakarta. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Andil terbesar berasal dari sektor jasa-jasa sebesar 20,23 persen. Kemudian sektor perdagangan, Hotel dan Restoran. Adapun dalam perinciannya dapat dilihat pada Grafik 1.1. 3

Restoran dalam hal ini merupakan subsektor yang pertumbuhannya kedua tertinggi bersamaan dengan perdagangan dan hotel. Saat ini, perkembangan restoran mengalami peningkatan hampir disetiap daerah di Indonesia, salah satunya adalah D. I. Yogyakarta. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan restoran dan rumah makan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan demikian semakin banyaknya restoran yang ada di D. I. Yogyakarta maka persaingan pasa subsektor rertoran menjadi lebih tinggi maka dibutuhkannya diferensiasi pada setiap restoran yang ada. Dengan adanya diferensiasi akan lebih mudah sebuah restoran untuk bertahan. Grafik 1.1 Distribusi Presentase PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku di D. I. Yogyakarta (persen) 1,28% 0,67% Sektor Jasa-jasa 10,30% 8,60% 20,23% Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengelolahan 10,85% 13,35% 14,65% 20,09% Sektor Bangunan Sektor Keuangan, real estat dan jasa perusahaan Sektor Pengangkutan dan komunikasi Sektor Listrik, gas dan air bersih Sektor Sektor Pertambagan dan Penggalian Sumber: : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2013 4

Tabel 1.2 Jumlah Restoran dan Rumah Makan di D. I. Yogyakarta tahun 2007-2012 URAIAN TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Restoran 77 4 76 49 56 59 Rumah Makan 407 503 524 783 585 650 Sumber: : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2013 Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai predikat yakni sebagai: kota pendidikan, kota budaya serta merupakan bagian dari salah satu tujuan wisata terutama sebagai wisata belanja di pulau Jawa. Salah satu kegiatan bisnis yang berbasis ekonomi kerakyatan adalah dijajakannya makanan sebagai pemenuhan kebutuhan makan. Kegiatan wisata kuliner di Indonesia sudah mengalami perkembangan, khususnya di daerah kawasan Yogyakarta. Dan terdapat peningkatan pada pemukiman, pasar, fasilitas kota, dan kawasan industri yang mulai bertambah di kota Yogyakarta pada usaha dan fasilitas terutama wisata kuliner sendiri dapat dijumpai dan terkonsentrasi di sepanjang jalan utama seperti Jalan Kaliurang, Jalan Babarsari, dan kawasan UGM. Berdasarkan observasi penulis di lapangan terdapat beberapa kawasan kuliner lain juga yang menawarkan makanan khas Yogyakarta yang dikenal dengan gudeg yogya, Super Sambal (SS), Dapur Sambal, Lombok Ijo, Iga Bakar, dan terdapat juga restoran yang mengusung tema dari berbagai daerah di Indonesia yang disebut juga Specialty Restorant. Jenis restoran ini menurut Marsum (2005:11) yang berasal dari daerah atau negara tempat makanan tersebut 5

berasal seperti, makanan khas daerah Sulawesi (Coto Makasar), khas Kalimantan (Soto Banjar), rumah makan Sederhana (khas Padang) dan khas Aceh (Bungong Jeumpa). Selain itu, Didapatkan informasi mengenai restoran di Yogyakarta yang terdaftar pada website Jogja Bagus yang menyajikan masakan yang berbahan dasar Iga dan Ikan Patin yang terlihat pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa terdapat beberapa pesaing yang sama menggunakan bahan dasar Iga dan Ikan sebagai menu utamanya. Tabel 1.3 Resto atau Rumah Makan Iga dan Ikan Patin IGA SAPI IKAN PATIN Iga Bakar Jakal Kedai Mama Nining (Jl. Kaliurang KM 5.5) (Jl. Kliurang KM 9.7) Iga Bakar si Bangor Pondok Pepes Nusantara (Jl. Sorogenen 27 Umbulharjo) (Koto Baru) igoya Resto Iwak Jogja (Jl. Gejayan No. 26A) (Jl. Kabupaten Sleman) Iga Sapi Bali (Jl. Umbul Permai Sleman) Kedai Sapi (Ngadinegara Yogyakarta) Sumber: www.jogjabagus.com Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukkan bahwa restoran yang menyajikan masakan dengan bahan dasar Iga Sapi diolah dengan cara dibakar dan di sate pada daging iga tersebut dengan olahan tersebut menunjukkan bahwa olahan Pindang Tulang Iga Sapi khas Sumatera Selatan belum ada di daerah Yogyakarta. Hal ini, diperkuat oleh hasil wawancara dengan Ibu Nur pemilik Rumah Makan Sri Cokro, Sri Cokro Merupakan rumah makan yang pernah menyajikan masakan pindang tulang iga pada tahun 2011-2013 yang menyatakan bahwa saat ini, belum ada 6

secara khusus restoran yang menyajikan masakan dengan menggunakan resep khas Sumatera Selatan yaitu pindang tulang iga sapi. Ikan patin, begitujuga halnya dengan pindang ikan patin belum terdapat restoran secara khusus yang menyajikan masakan seperti ini, meskipun ada beberapa restoran yang menyajikan ikan patin sebagai salah satu menunya seperti pepes ikan patin yang di sajikan oleh Kedai Mama Nining dan Rumah makan Muara Kapuas pun menyajikan Pindang ikan Patin sebagai salah satu menu pada restoran tersebut. Oleh karena itu, dengan melihat adanya potensi pasar yang terdapat di daerah Yogyakarta maka besar peluang untuk mendirikan restoran secara khusus dengan masakan khas Sumatera Selatan untuk dapat meramaikan kuliner yang ada di D. I. Yogyakarta. Adapun dengan kegiatan kuliner yang ada di Yogyakarta, maka hal ini, menjadi peluang usaha dalam mendirikan sebuah restoran baru. Meskipun harus bersaing pada industri makanan lainnya. Ini merupakan tantangan bagi peneliti untuk mendirikan usaha Resto Dahar Melayu yang bergerak pada makanan tradisional khas Sumatera Selatan. Harapan besar dengan kehadirannya makanan tradisional ini dapat memenuhi kebutuhan gaya hidup dan keinginan masyarakat untuk berwisata kuliner hidangan khas Indonesia yang dikemas lebih nyaman di sebuah pusat gaya hidup. 1.1.2 Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal perusahaan menitikberatkan kepada faktor-faktor dari internal perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap bisnis yang dijalankan. 7

Lingkungan internal fokus kepada kekuatan (strength) yang dimiliki perusahaan secara internal, serta kelemahannya (weaknees). Pada bisnis restoran makanan khas Sumatara Selatan akan diberi nama Resto Dahar Melayu merupakan rencana bisnis yang memberikan pengalaman yang berbeda dari restoran lainnya. Konsep yang akan ditawarkan adalah suasana restoran yang memberikan nuansa melayu dan mengenalkan aneka masakan khas Sumatera Selatan sebagai menu utama pindang Ikan Patin dan tulang Iga Sapi dengan mengkombinasikan aneka sambal ala Sumatera Selatan Adapun lokasi berdirinya bisnis Resto Dahar Melayu ini, bertempat di daerah D. I. Yogyakarta yang mana daerah ini memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dan terkenal dengan tempat wisata kuliner. Kota Yogyakarta memiliki berbagai jenis etnis antar suku dan budaya, maka selera makanpun merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan lokasi dan tempat makan, Hamdani (2010). Oleh karena itu daerah Sleman dengan alamat Jalan Cebongan Gesikan Sidoarum Godean Sleman menjadi lokasi berdirinya Resto Dahar Melayu. Daerah ini merupakan daerah yang masih bernuansa pedesaan, namun keberadaan lokasi ini berada diantara tempat-tempat wisata kuliner lainnya. Oleh karena itu, tempat strategis suatu usaha, menjadikan peluang bagi perusahan untuk berdiri. Kekuatan yang dimiliki restoran makanan khas Sumatera Selatan yang akan diberi nama Resto Dahar Melayu ini adalah kemudahan dalam memperoleh bahan baku utamanya seperti ikan dan daging, kemampuan di bidang networking dan kemampuan dalam mendistribusikan produk yang akan menjadi kekuatan internal perusahaan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh penulis dalam 8

memulai dan melaksanakan bisnis ini antara lain keterbatasan modal dikarenakan butuh modal besar dalam memulai bisnis Resto Dahar Melayu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan, dapat dilihat bahwa terdapat peluang bisnis pada industri pangan khususnya pada makanan tradisional yang menggunakan iga dan ikan sebagai bahan utamanya. Melihat adanya peluang bisnis maka diperlukannya perencanaan bisnis yang nyata dan dapat memberikan keuntungan sehingga dapat diterima oleh masyarakat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari rencana bisnis ini adalah: a. Merancang bisnis baru Resto Dahar Melayu b. Merancang strategi bisnis untuk mengembangkan bisnis Resto Dahar Melayu 1.4 Manfaat Penelitian Dilakukan penelitian melalui rencana bisnis akan memperoleh manfaat sebagai berikut: a. Entreprenuer, dapat menjadikan acuan dalam menjalankan usaha dibidang Resto Dahar Melayu b. Akademisi, dapat memberikan gambaran rencana bisnis kepada industri kuliner. 9

1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bab yang terdiri dari Latar Belakang, Landasan Teori, Metode Penelitian, Rencana dan Strategi, dan Rencana Aksi. Bab I Latar Belakang Menjelaskan latar belakang dibuatnya penelitian bisnis Resto Dahar Melayu, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian serta sistematika penulisan Bab II Kerangka Teori Membahas beberapa kajian literatur yang terkait, seperti teori mengenai restoran, Sumatera Seltan dan makanan khas daerah, rencana bisnis, rencana fungsional, analisis kelayakan bisnis, model bisnis kanvas, dan Empathy Map. Bab III Metode Penelitian Menjelaskan metode penelitian yang terdiri dari level analisis, sumber data dan metode analisis data. Bab IV Rencana dan Strategi Menjelaskan gambaran umum bisnis resto, analsis empathy map, model bisnis Resto Dahar Melayu, rencana fungsional dan analisis kelayakan bisnis Bab V Rencana Aksi Menguraikan perencanaan waktu dan pengukuran kinerja dari rencana bisnis yang akan dijalankan. 10