BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sejak dibukanya Jalan Tol Cipularang kota Bandung menjadi tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut membawa berkah tersembunyi untuk meningkatkan taraf hidup. seluruh rakyat Indonesia dimasa yang akan datang.

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TAHUN 2007

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cimahi menunjukkan perkembangan yang mempunyai karakteristik perkotaan,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Otonomi Daerah telah menjadi hal yang sangat penting bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberlakuan undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh. restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan daerah yang berkembang disertai dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini merupakan kota terbesar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian (Sukirno 2004:27). Banyak orang memandang bahwa inflasi selalu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung selama tahun 2010 sampai 2014. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari pengujian yang telah dilakukan oleh peneliti maka diperoleh bahwa Pajak Hotel memberikan kontribusi berturut-turut selama tahun 2010 sampai 2014 adalah 29.13%, 16.79%, 17.39%, 14.86%, dan 11.90%. Pajak Restoran memberikan kontribusi berturut-turut selama tahun 2010 sampai 2014 adalah 24.48%, 12.53%, 11.86%, 9.94%, dan 8.30%.Pajak Hiburan memberikan kontribusi berturut-turut selama tahun 2010 sampai 2014 adalah 8.39%, 4.68%, 4.21%, 3.16%, dan 2.37%. Dapat dilihat bahwa Pemerintah Kota Bandung belum dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh ketiga pajak daerah tersebut, karena kontribusi ketiga pajak daerah tersebut masih berada dalam kriteria kuran berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung selama periode 2010 sampai 2014.Sedangkan pengujian melalui software SPSS 16.0 diperoleh bahwa kontribusi ketiga pajak daerah tersebut terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung selama tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 68%. 95

BAB V PENUTUP 96 2. Dari pengujian yang telah dilakukan oleh peneliti maka diperoleh bahwa efektivitas penerimaan Pajak Hotel selama tahun 2010 sampai 2014 berturut-turut adalah 113%, 122%, 109%, 120%, dan 101%. Sedangkan efektivitas penerimaan Pajak Restoran selama tahun 2010 sampai 2014 berturut-turut adalah 101%, 111%, 110%, 116%, dan 105%. Efektivitas penerimaan Pajak Hiburan selama tahun 2010 sampai 2014 berturut-turut adalah 101%, 112%, 105%, 106%, dan 91%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung sudah melakukan pemungutan terhadap ketiga pajak daerah tersebut dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil presentase efektivitas ketiga pajak daerah tersebut yang berada dalam kriteria sangat efektif, yang artinya realisasi ketiga pajak daerah selama tahun 2010 sampai 2014 tersebut selalu melebihi target yang telah ditentukan. 3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Pajak Hotel dan Pajak Hiburan secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama periode 2010 sampai 2014. Sedangkan Pajak Restoran secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)selama periode 2010 sampai 2014. Pajak Hotel secara parsial tidak berpengaruh terhadap PAD disesbabkan karena banyak yang berprediksi karena Bandung adalah kota yang memiliki berbagai macam wisata, sehingga banyak didatangi oleh wisatawan, membuat para investor dengan mudah menyimpulkan bahwa diperlukan hotel untuk menampung para wisatawan. Namun kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Bandung adalah yang

BAB V PENUTUP 97 berasal dari Jabodetabek, yang dengan mudah dapat ditempuh hanya dengan menggunakan kendaraan mobil dalam waktu 3-5 jam. Hal ini membuat para wisatawan lebih banyak memilih untuk pulang pergi, dibandingkan memilih tinggal dan menggunakan fasilitas hotel untuk menginap. Sejak di bangunnya tol Cipularang di Kota Bandung terdapat 470 hotel dengan hunian sebanyak 2300 (data akurat dari PHRI yaitu Perhimpuan Hotel Restoran Indonesia), hal ini dikutip dari http://www.kompasiana.com/www.inatanaya.com/bandung-kebanjiran hotel _558e7b425fafbd071474 4670). Jika hotel di Bandung semakin banyak, sedangkan jumlah konsumen yang menginap tidak semakin bertambah, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan hotel yang akan menurun, yang menyebabkan penerimaan Pajak Hotel pun ikut menurun. Pajak Restoran secara parsial berpengaruh terhadap PAD disebabkan Kota Bandung yang terkenal dengan berbagai wisata, dimana kebanyakan para wisatawan yang berkunjung ke Bandung untuk menikmati wisata kulinernya, karena di Bandung terdapat banyak cafe dan resto yang menyediakan berbagai menu yang aneh, lucu, dan beraneka ragam. Desain cafe dan resto di Bandung juga berbeda dengan di daerah lain, karena di Bandung terdapat berbagai cafe dan resto yang unik dengan berbagai macam suasana, mulai dari suasana pedesaan sampai suasana sedang berada di luar negeri. Hal ini tentu menarik para wisatawan untuk menikmati setiap cafe dan resto yang ada di Bandung untuk berkumpul dan bersantai bersama keluarga, maupun dengan

BAB V PENUTUP 98 teman.semakin banyak pengunjung cafe dan resto, maka peneriaan cafe dan resto pun akan meningkat, hal ini tentu berpengaruh terhadap Pajak Restoran yang akan ikut meningkat pula. Pajak Hiburan secara parsial tidak berpengaruh terhadap PAD disebabkan oleh diberlakukannya aturan untuk pembatasan jam malam hiburan malam di Kota Bandung. Padahal, menurut Perda Nomor 7 Tahun 2012 tempat hiburan malam dan sejenisnya diperbolehkan buka sampai pukul 03.00 WIB. Setelah diberlakukannya pembatasan jam operasional itu, terdapat berbagai keluhan yaitu Kkeluhan pertama muncul dari masyarakat-masyarakat kelas bawah yang mengandalkan hidup dari kehidupan malam di Kota Bandung, Pengemudi taksi kehilangan penumpang, penjaja makanan kehilangan pelanggan, dan para pegawai di tempat hiburan berkurang penghasilannya. Terutama Pajak Hiburan yang masuk ke kas Pemkot pun hampir pasti akan melorot (http://m.inilah.com/news/detail/2079152/menata-hiburanmalam). 4. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan secara simultan atau bersama-samamemiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama periode 2010 sampai 2014. Hal ini disebabkan Kota Bandung yang terkenal dengan berbagai macam wisata, dari mulai wisata kuliner, wisata alam, wisata belanja, dll, sehingga mengundang berbagai wisatawan untuk berkunjung. Dengan bertambahnya dan semakin seringnya para wisatawan berkunjung, maka peneriamaan pendapatan Kota Bandung di sektor pariwisata semakin

BAB V PENUTUP 99 meningkat, hal ini tentu nya berpengaruh terhadap penerimaan pajak yang bersangkutan di sektor pariwisata juga yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan. 5.2 Keterbatasan Penulis Menurut Hartono (2012), Keterbatasan penelitian adalah kelemahankelemahan dari hasil penelitian yang perlu diperbaiki di riset mendatang. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 4 variabel, yaitu 3 variabel independen yang terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan, sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan sebenarnya masih banyak faktor lain selain ketiga pajak daerah tersebut yang dapat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti pajak daerah selain ketiga pajak tersebut (pajak penerangan jalan, pajak reklame, pajak parkir), retribusi daerah yang meliputi: retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perijinan tertentu, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah, namun dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti pengaruh penerimaan ketiga pajak daerah tersebut terhadap PAD Kota Bandung selama tahun 2010-2014. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas, yaitu data sekunder (data yang dikumpulkan pihak lain) yang berasal dari Dinas Pelayanan

BAB V PENUTUP 100 Pajak selama periode tahun 2010 sampai tahun 2014, dan bukan data primer (data yang dikumpulkan penulis sendiri) sehingga tidak berdasarkan survei langsung dengan Wajib Pajaknya. 5.3 Saran Terdapat beberapa saran dengan maksud untuk meningkatkan mutu penelitian selanjutnya. Untuk itu, penelitian selanjutnya sebaiknya: 1. Untuk Penulis. Penulis disarankan untuk dapat memperluas wawasan dan mendapatkan pengetahuan praktis sebagai hasil penelitian tugas akhir ini,serta dapat menerapkan teori yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadikan penulis sebagai seseorang yang dapat mematuhi dan memenuhi kewajiban pajaknya setelah menjadi wajib pajak di masa yang akan datang. 2. Untuk peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya disarankan menambah variabel lain yang dapat berpengaruh dan memberikan kontribusi yang besar serta memiliki efektivitas yang baik terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung, seperti Pajak Daerah lainnya (Pajak Reklame, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, BPHTB), retribusi pajak, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat signifikan yang lebih dan dapat mengetahui faktor-faktor mana yang lebih memberikan kontribusi dan yang lebih memberikan pengaruh terhadap PAD Kota Bandung.

BAB V PENUTUP 101 3. Bagi Dinas Pelayanan Pajak. Saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan yang berhubungan dengan pengaruh pajak daerah yang dapat meningkatkan PAD, sebagai berikut: a. Sebaiknya Dinas Pelayanan Pajak lebih memaksimalkan pemungutan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan di Kota Bandung dengan melakukan pendataan ulang dan peninjauan kembali subjek maupun objek ketiga pajak daerah tersebut dan dengan memperbaiki sistem pemungutan pajak dengan melakukan inovasi dan terobosanterobosan baru dalam pelayanan pajak daerah yang ada agar kontribusi pajak daerah terhadap PAD semakin besar. b. Dinas Pelayanan Pajak juga diharapkan dapat terus mensosialisasikan mengenai peraturan-pertauran mengenai ketiga pajak daerah tersebut, sehingga dapat membangun kesadaran para pengusaha hotel, pengusaha restoran, dan pengusaha hiburan dan masyarakat Kota Bandung agar dapat memahami dan mematuhi peraturan pajak daerah yang berlaku. Selain dengan melakukan sosialisasi, untuk meningkatkan kesadaran para wajib pajak dapat dimulai dengan meningkatkan pelayanan pada saat melakukan pemungutan ketiga pajak daerah tersebut, sehingga wajib pajak yang akan mebayar pajak merasa nyaman pada saat melakukan pembayaran pajak. Dengan demikian diharapkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan meningkat.