BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti atas UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih luas untuk menggali, mengelola dan menggunakan sumber-sumber daya alam serta potensi-potensi lain yang terdapat di daerahnya sendiri, guna menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan dan pemerintahannya. Tujuan akhirnya adalah setiap daerah dituntut untuk bisa mengurangi seminimal mungkin ketergantungan keuangan pada pemerintah pusat, sehingga setiap daerah harus bisa dan mampu membiayai rumah tangganya sendiri. Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157, Sumbersumber Pendapatan Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah meliputi: 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2. Dana Perimbangan 3. Pinjaman Daerah 1

2 Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah tidak bisa lepas dari masalah sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun hampir semua daerah di Indonesia masih bergantung pada pemerintah pusat karena kecilnya kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah.dan masih bergantung pada Dana Perimbangan terutama Dana Alokasi Umum. Salah satu kriteria daerah yang mampu melaksanakan otonomi daerah dengan baik dan pemerintah daerah dengan sumber pembiayaan yang dimiliki adalah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, Sumber-sumber Pendapatan Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah meliputi: 1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi Daerah 3. Hasil Perusahaan Daerah 4. Lain-Lain usaha yang sah Sebagaimana yang diungkapkan Halim (2008), bahwa Pajak daerah harus dikelola secara transparan dalam rangka optimalisasi dan usaha meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah melalui intensifikasi pemungutannya dan ekstensifikasi subyek dan obyek pajak daerah. Pemerintah Kota Bandung berusaha menggali potensi kotanya dengan lebih baik. Banyak jasa yang ditawarkan oleh Kota Bandung, diantaranya wahana wisata keluarga (tempat rekreasi dan hiburan), wisata belanja (banyak pusat perbelanjaan dan factory outlet) dan wisata kuliner (restoran, cafe, dan rumah

3 makan lainnya). Dari cerminan kota Bandung sebagai kota jasa itulah kita bisa melihat banyak jasa yang ditawarkan Kota Bandung. Tentu saja jasa-jasa ini mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit untuk Kota Bandung. Jenis dan Tarif Pajak Daerah Jenis dan tarif pajak daerah yang dapat dipunggut oleh pemerintah daerah di atur dalam UU No. 34 Tahun 2000, menurut Mardiasmo (2013:13) yaitu sebagai berikut. a. Jenis dan Tarif Pajak Propinsi adalah sebagai berikut. 1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5% (lima persen); 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10% (sepuluh persen); 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5% (lima persen); 4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan 20% (dua puluh persen). b. Jenis dan Tarif Pajak Kabupaten atau Kota adalah sebagai berikut. 1) Pajak Hotel 10% (sepuluh persen); 2) Pajak Restoran 10% (sepuluh persen); 3) Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen); 4) Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen); 5) Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen); 6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20% (dua puluh persen); 7) Pajak Parkir 30% (tiga puluh persen).

4 Dari sekian banyak jasa yang ditawarkan oleh Kota Bandung, penulis memfokuskan diri untuk meneliti objek jasa yaitu pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan. Siahaan (2013:469) mengemukakan bahwa berdasarkan Pasal 1 Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraanbermotor Objek Pajak Parkir menurut Siahaan (2013: 472-473) adalah penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tidak termasuk objek pajak adalah: a. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah; b. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri; c. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik; dan d. Penyelenggaraan tempat Parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah. Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Sedangkan yang menjadi Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir. Pajak Parkir

5 dibayar oleh pengusaha yang mennyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran Dasar pengenaan, tarif dan cara perhitungan pajak parkir menurut Siahaan (2013:474-475) adalah sebagai berikut. Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat Parkir yang diperoleh dari sewa/tarif parkir yang dikumpulkan. Dasar pengenaan Pajak Parkir dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tabel 1.1 Perkembangan Efektivitas Dan Kontribusi Pemungutan Pajak Parkir Kota BandungTahun Anggaran 2009-2013 Tahun Target Penerimaan PAD Realisasi Efektivitas Kontribusi 2009 6,000,000,000.00 372,423,970,433.00 4,961,668,627.00 82.69 1.33 2010 6,500,000,000.00 301,788,114,815.00 5,892,398,588.00 90.65 1.95 2011 6,000,000,000.00 667,275,019,226.00 5,942,748,700.00 99.05 0.89 2012 7,000,000,000.00 820,714,860,033.00 7,135,692,799.00 101.94 0.87 2013 7,500,000,000.00 1,442,776,238,323.00 7,796,908,376.00 103.96 0.54 Rata-rata 6,600,000,000.00 720,995,640,566.00 6,345,883,418.00 95.66 1.12 Max 7,500,000,000.00 1,442,776,238,323.00 7,796,908,376.00 103.96 1.95 Min 6,000,000,000.00 301,788,114,815.00 4,961,668,627.00 82.69 0.54 Sumber: Data Sekunder yang telah diolah Berdasarkan tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pemungutan pajak parkir Kota Bandung tahun anggaran 2009-2013 dapat dikatakan efektif sebesar 95,66% karena tingkat pencapaian pada kategori antara 90%-100%. Efektivitas pemungutan pajak parkir tertinggi dicapai pada tahun 2013 yaitu sebesar 103,96% yang dikategorikan sangat efektif, sedangkan tingkat efektivitas terendah pemungutan pajak parkir dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 82,69% yang dikategorikan cukup efektif karena tingkat pencapaian antara 80% - 90%.

6 Pengertian Pajak Penerangan Jalan Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah pajak penerangan jalan merupakan salah satu pajak daerah kabupaten/kota. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tahun 2002 menyatakan pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah Daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Sehingga penerimaan pajak yang diperoleh dari pajak penerangan jalan akan digunakan untuk membiayai penerangan jalan pada jalan umum meliputi pemeliharaan dan perbaikan lampu jalan. Pajak Penerangan Jalan sebagai salah satu pajak daerah memiliki dasar hukum agar dipatuhi oleh masyarakat dan juga pihak-pihak terkait. Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Minahasa mempunyai payung hukum dalam pemungutannya sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah 3. Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak Penerangan Jalan yang merupakan pengganti dari Perda Nomor 12 Tahun 2001. Objek Pajak Penerangan Jalan: adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh

7 Pemerintah Daerah, dikecualikan dari objek pajak penerangan jalan yang dimaksud jika: 1. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusatdan daerah, penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat perwakilan asing dan lembaga-lembaga international dengan asas timbale balik. 2. Penggunaan tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dan instansi terkait. 3. Penggunaan tenaga listrik lainya diatur dengan peraturan daerah. Sistem Pemungutan pajak penerangan jalan sesuai dengan peraturan daerahkotabandung, menggunakan with holding system yaitu system pengenaan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pada sumbernya, dan pejabat atau badan yang ditunjuk atas tugas tersebut adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dari sekian banyak jasa yang ditawarkan oleh Kota Bandung, penulis memfokuskan diri untuk meneliti objek jasa yaitu pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan. Halim (2008) menyatakan bahwa untuk menilai efektivitas dapat diperoleh dengan membandingkan antara realisasi dengan target. Dengan demikian, salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah di Kota Bandung adalah dengan efektivitas pengelolaan pemungutan parkir.

8 Tabel 1.2 Perkembangan Pajak Penerangan jalan Kota Bandung Tahun Anggaran 2009-2013 Tahun Target Penerimaan PAD Realisasi Efektivitas Kontribusi 2009 95,000,000,000.00 372,423,970,433.00 64,569,640,161.00 67.97 17.34 2010 96,000,000,000.00 301,788,114,815.00 97,020,578,625.00 101.06 32.15 2011 98,500,000,000.00 667,275,019,226.00 108,779,806,117.00 110.44 16.30 2012 114,000,000,000.00 820,714,860,033.00 118,646,202,927.00 104.08 14.46 2013 121,500,000,000.00 1,442,776,238,323.00 135,297,036,036.00 111.36 9.38 Rata-rata 105,000,000,000.00 720,995,640,566.00 104,862,652,773.20 98.98 17.92 Max 121,500,000,000.00 1,442,776,238,323.00 135,297,036,036.00 111.36 32.15 Min 95,000,000,000.00 301,788,114,815.00 64,569,640,161.00 67.97 9.38 Sumber: Data Sekunder yang telah diolah Berdasarkan tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pajak penerangan jalan Kota Bandung tahun anggaran 2009-2013 dapat dikatakan efektif sebesar 98,98% karena tingkat pencapaian pada kategori antara 90%- 100%. Efektivitas pajak penerangan jalan tertinggi dicapai pada tahun 2013 yaitu sebesar 111,36% yang dikategorikan sangat efektif, sedangkan tingkat efektivitas terendah pajak penerangan jalan dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 67,97% yang dikategorikan kurang efektif karena tingkat pencapaian antara 60% - 80%. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini, berdasarkan sumber yaitu : 1. Wijaya, Willy (2014) Kontribusi dan Efektivitas Pemungut Pajak Parkir di Kota Bandung Tahun 2008 sampai 2012: Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Kota Bandung : Kota Bandung merupakan kota yang menarik bagi wisatawan untuk dikunjungi. Jumlah wisatawan yang banyak membuat kebutuhan akan lahan parkir yang tinggi pula. Perkembangan sektor parawisata memiliki indikasi meningkatkan pendapatan Pajak Daerah terutama dari sektor parkir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi dan tingkat

9 efektivitas pemungutan Pajak Parkir di Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu penyajian datanya dalam bentuk angkaangka untuk mengetahui potensi Pajak Parkir sehingga dapat diketahui efektivitas pemungutan Pajak Parkir di Kota Bandung. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rata-rata kontribusi Pajak Parkir terhadap Pajak Daerah sebesar 0,38%, rata-rata kontribusi Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,29%, dan rata-rata efektivitas Pajak Parkir selama tahun 2008-2012 sebesar 137,55%. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan kontribusi Pajak Parkir pada Pajak Daerah dan PAD cukup kecil dan tingkat pemungutan Pajak Parkir diartikan efektif. 2. Sugiono Ikhwan (2013) Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Reklame Dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Tangerang :Setelah pemekaran daerah, penerimaan pajak reklame turun sebesarrp. 9.893.210.612 dan pajak penerangan jalan naik sebesar Rp. 21.028.786.415. Hasil penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji Mann-Whitney U Test menunjukan bahwa perbedaan penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Setiap tahunnya target penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan tidak stabil. Walaupun sempat mengalami penurunan, namun Pemerintah Kabupaten

10 Tangerang dapat bangkit kembali dan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak daerahnya. Perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya adalah peneliti memfokuskan kepada seberapa besar tingkat efektivitas dan kontribusi pemungutan pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap penerimaan pajak daerah. Selan itu, tingkat efektivitas yang digunakan adalah tingkat efektivitas berdasarkan target yang ada di Kota Bandung sehingga dapat menunjukan seberapa besar upaya pemerintah untuk mendapatkan pendapatan bagi daerahnya dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pemungutan Pajak Parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas Pemungutan pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2009 hingga tahun 2013 2. Seberapa besar kontribusi Pemungutan pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung dari tahun 2009 hingga tahun 2013

11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan penelitian ini adalah untuk mendapatkan berbagai data dan informasi tentang Efektivitas dan Kontribusi pemungutan pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap pendapatan asli Daerah kota Bandung yang kemudian akan diolah, dianalisis, diinterpretasikan, dan disimpulkan sehingga dapat diperoleh gambaran tentang Efektivitas dan Kontribusi pemungutan Pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap pendapatan asli Daerah kota Bandung Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang : 1. Efektivitas dan Kontribusi pemungutan Pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2009 hingga tahun 2013 2. Seberapa besar kontribusi pemungutan pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2009 hingga tahun 2013 1.4 Kegunaan dan Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait dan ditinjau dari dua aspek berikut : a. Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan kajian teoritis, terutama yang berkaitan dengan bidang perpajakan.

12 Sebagai sumbangan dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu Perpajakan mengenai Efektivitas dan Kontribusi pemungutan pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. b. Aspek Praktis 1. Bagi Penulis Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dan kontribusi pemungutan pajak parkir dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2009 hingga tahun 2013. 2. Bagi Universitas Widyatama Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kelengkapan kepustakaan Universitas Widyatama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Institusi Sebagai masukan dan saran dalam pengelolaan Pendapatan Asli Daerah khususnya yang diperoleh dari Pemungutan Pajak Parkir dan Pajak Penerangan Jalan 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Kota Bandung yang beralamat di Jalan Wastukencana No.2 Bandung sebagai tempat pengumpulan data. Proses pengumpulan data yang akan dianalisis adalah hasil studi dokumentasi data-data dan wawancara yang berkenaan dengan penerimaaan pajak daerah terutama yang berhubungan dengan Pajak Parkir yang akan dimulai dari Juli 2015 hingga penelitian selesai dilaksanakan.