BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALUKU TENGGARA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 15 TAHUN No. 15, 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

" {{rr> WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN2015 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA SOLOK TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

BUPATI PESISIR SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2013, No Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nom

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang Mengingat : a. bahwa menindaklanjuti Pasal 13 ayat (2), Pasal 18 ayat (2), dan Pasal 26 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pengarusutamaan Gender, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pengarusutamaan Gender; b. bahwa untuk memenuhi maksud pertimbangan pada huruf a maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pengarusutamaan Gender; : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negeri Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836); 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011. 10 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di bidang Pendidikan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Bulukumba. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah dewan perwakilan rakyat daerah Kabupaten Bulukumba. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah SKPD lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba. 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah disingkat Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bulukumba. 7. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.

8. Pengarusutamaan Gender di daerah yang selanjutnya disingkat PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. 9. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. 10. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap lakilaki dan perempuan. 11. Analisis Gender adalah analisis untuk mengidentifikasikan dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses control terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan, dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor lainnya seperti kelas sosial, ras dan suku bangsa. 12. Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disebut RAD PUG adalah acuan/arahan kepada setiap stake holders dalam melaksanakan strategi PUG untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dengan lebih fokus, efisien, efektif, sistematik terukur dan berkelanjutan. 13. Perencanaan Responsif Gender adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki. 14. Anggaran Responsif Gender adalah penggunaan atau pemanfaatan anggaran yang berasal dari berbagai sumber pendanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. 15. Focal Point Pengarusutamaan Gender adalah aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pengarusutamaan gender di unit kerjanya masing-masing. 16. Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disebut Pokja PUG dari berbagai SKPD dan desa. 17. Gender Budget Statement yang selanjutnya disingkat GBS adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang telah dilakukan analisis gender. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud disusunnya Peraturan Bupati ini adalah untuk memberikan pedoman kepada SKPD dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat yang responsif gender. Pasal 3 Tujuan disusunnya Peraturan Bupati ini adalah: a. memberikan acuan bagi aparatur SKPD dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan program dan kegiatan pembangunan;

b. mewujudkan perencanaan responsif gender melalui aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan; c. mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; d. mewujudkan pengelolaan anggaran yang responsif gender; e. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumber daya pembangunan; dan f. meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan. BAB III PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 4 SKPD berkewajiban menyusun perencanaan program dan kegiatan yang responsif gender yang dituangkan dalam RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD, RAD PUG, serta teknis penganggaran. Bagian Kedua Pelaksanaan Pasal 5 Pemerintah Daerah bertanggungjawab dalam penyelenggaraan program dan kegiatan yang responsif gender yang dituangkan dalam RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD, RAD PUG, serta teknis penganggaran. BAB IV TATA CARA PENYUSUNAN Bagian Kesatu Penyusunan RPJMD, Renstra SKPD, dan Rencana Kerja SKPD Paragraf 1 Penyusunan RPJMD Pasal 6 Penyusunan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. persiapan penyusunan RPJMD meliputi: 1. penyusunan rancangan keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun RPJMD; 2. orientasi mengenai RPJMD; 3. penyusunan agenda kerja tim penyusun RPJMD; dan 4. penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. b. penyusunan rancangan awal RPJMD meliput: 1. memuat visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih; 2. berpedoman pada RPJPD dan RTRW Kabupaten; dan 3. memperhatikan RPJMN, RPJMD dan RTRW Kabupaten.

c. penyusunan rancangan RPJMD meliput: 1. pendahuluan; 2. gambaran umum kondisi daerah; 3. gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan; 4. analisis isu-isu srategis; 5. visi, misi, tujuan dan sasaran; 6. strategi dan arah kebijakan; 7. kebijakan umum dan program pembangunan daerah; 8. indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan; dan 9. penetapan indikator kinerja daerah. d. pelaksanaan musrenbang RPJMD meliputi: 1. sasaran pembangunan jangka menengah daerah; 2. strategi dan sinkronisasi arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah dengan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas, sesuai dengan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah; 3. kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah dengan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah; 4. indikasi rencana program prioritas pembangunan jangka menengah daerah yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan; 5. capaian indikator kinerja daerah pada kondisi saat ini dan pada akhir periode RPJMD; 6. komitmen bersama antara pemangku kepentingan untuk mempedomani RPJMD dalam melaksanakan pembangunan daerah; dan 7. sinergi dengan RPJMN, dan RPJMD daerah lainnya. e. perumusan rancangan akhir RPJMD meliputi: 1. Perumusan rancangan akhir RPJMD berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJMD; dan 2. Rancangan akhir dibahas oleh seluruh kepala SKPD. f. penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD meliputi: 1. Bupati menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD kabupaten kepada DPRD kabupaten untuk memperoleh persetujuan bersama paling lama 5 (lima) bulan setelah dilantik. 2. Penyampaian rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD kabupaten dengan melampirkan: 1) berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJMD kabupaten; dan 2) surat Gubernur perihal hasil konsultasi rancangan akhir RPJMD kabupaten. Paragraf 2 Penyusunan Renstra SKPD Pasal 7 (1) Penyusunan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. Persiapan penyusunan Renstra SKPD meliputi: 1. penyusunan rancangan keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun Renstra SKPD; 2. orientasi mengenai Renstra SKPD; 3. penyusunan agenda kerja tim penyusun Renstra SKPD; dan 4. penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. b. Penyusunan rancangan Renstra SKPD meliputi: 1. Perumusan rancangan Renstra SKPD; dan 2. Penyajian rancangan Renstra SKPD.

c. Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD merupakan penyempurnaan rancangan Renstra SKPD, yang berpedoman pada RPJMD yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah untuk mempertajam visi dan misi serta menyelaraskan tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang ditetapkan dalam RPJMD. (2) Berdasarkan keputusan Bupati tentang pengesahan Renstra SKPD, kepala SKPD menetapkan Renstra SKPD menjadi pedoman unit kerja di lingkungan SKPD dalam menyusun rancangan Renja SKPD. Paragraf 3 Penyusunan Rencana Kerja SKPD Pasal 8 Rencana Kerja SKPD disusun berdasarkan tahapan: a. Persiapan penyusunan RenjaSKPD; 1. penyusunan rancangan keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun Renja SKPD; 2. orientasi mengenai Renja SKPD; 3. penyusunan agenda kerja tim penyusun Renja SKPD; dan 4. penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. b. Penyusunan rancangan Renja SKPD; 1. mengacu pada rancangan awal RKPD; 2. mengacu pada Renstra SKPD; 3. mengacu pada hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya; 4. untuk memecahkan masalah yang dihadapi; dan 5. berdasarkan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat. c. Pelaksanaan forum SKPD yaitu Bappeda mengoordinasikan pembahasan rancangan Renja RKPD kabupaten/ kota sebagaimana dalam forum SKPD kabupaten/kota dengan mencakup: 1. Penyelarasan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD kabupaten/kota berdasarkan usulan program dan kegiatan hasil musrenbang kecamatan; 2. Penajaman indikator dan target kinerja program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD kabupaten/kota; 3. penyelarasan program dan kegiatan antar SKPD kabupaten dalam rangka sinergi pelaksanaan dan optimalisasi pencapaian sasaran sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD kabupaten; dan 4. penyesuaian pendanaan program dan kegiatan prioritas berdasarkan pagu indikatif untuk masing-masing SKPD kabupaten, sesuai dengan surat edaran kepala daerah. d. Penetapan Renja SKPD Rancangan Renja SKPD kabupaten ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lambat 2 (dua) minggu setelah RKPD kabupaten ditetapkan. Bagian Kedua Penyusunan RAD PUG Pasal 9 RAD PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Landasan Hukum, Tujuan, dan Sistematika RAD PUG. Bab II Kedudukan PUG dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Siklus Pembangunan Daerah, Meliputi Kedudukan PUG, dalam Perundangan dan Siklus Pembangunan Daerah, Kedudukan PUG dalam RPJMD serta Kedudukan PUG dalam RKPD. Bab III Analisis Situasi Pembangunan Gender di Kabupaten Bulukumba, meliputi Kemajuan Pembangunan dan Pemberdayaan Gender di Kabupaten Bulukumba dan Kondisi Pembangunan Gender diberbagai Bidang Pembangunan. Bab IV Penyelenggaraan PUG di Kabupaten Bulukumba, Mencakup Dukungan Politik Penyelenggaraan PUG, Kelembagaan PUG di Kabupaten Bulukumba, Sumberdaya Manusia dalam Penyelenggaraan PUG, dan Sistem Data Informasi Gender. Bab V Strategi, Kebijakan, Program dan Indikasi Kegiatan Pengrusutamaan Gender Kabupaten Bulukumba, meliputi: Strategi Percepatan Pengarusutamaan Gender, Kebijakan Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender, Program dan Indikasi Kegiatan dalam Rangka Peningkatan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender. Bab VI Rencana Pemantauan dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Bulukumba. Bab VII Kaidah Pelaksanaan. Bagian Ketiga Teknik Penganggaran Pasal 10 (1) Teknik Penganggaran yang responsive gender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat dilakukan melalui 2 (dua) tahap yaitu: a. Analisis Gender; dan b. penyusunan Gender Budget Statement (GBS). (2) Analisis gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan mengkaji isu/kesenjangan gender dalam output kegiatan. (3) Hasil analisis gender sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimasukkan dalam dokumen GBS. BAB V PENGORGANISASIAN Pasal 11 (1) Dalam upaya percepatan kelembagaan pengarusutamaan gender di seluruh SKPD dibentuk Kelompok Kerja PUG. (2) Bupati menetapkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai Ketua Pokja PUG dan dan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebagai Wakil Ketua, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai Sekretaris Pokja PUG. (3) Pembentukan Pokja PUG ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 12 (1) Kepala Desa dan Lurah melaporkan hasil pelaksanaan PUG di wilayahnya kepada Bupati melalui Camat. (2) Pimpinan SKPD melaporkan hasil pelaksanaan PUG kepada Bupati.

(3) Laporan hasil pelaksanaan PUG meliputi: a. program kerja PUG tahun anggaran yang bersangkutan; b. hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan PUG pada tahun anggaran sebelumnya dan yang sedang yang berjalan; c. hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan PUG; dan d. upaya yang dilakukan dalam menangani hambatan yang ada. Pasal 13 Kepala SKPD, Camat, dan Kepala Desa/Lurah secara terus menerus melaksanakan dan bertanggungjawab atas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di satuan kerjanya. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 14 Pembiayaan untuk pelaksanaan PUG dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. BAB VIII PENUTUP Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulukumba. Ditetapkan di Bulukumba pada tanggal 13 Oktober 2016 BUPATI BULUKUMBA, Diundangkan di Bulukumba pada tanggal 13 Oktober 2016 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA A.M. SUKRI A. SAPPEWALI A. B. AMAL BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2016 NOMOR 53