BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sugiarti, 2011). Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti, 2011). Manfaat utama pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak, antara lain sebagai nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang (Suradi dan Roesli, 2008). Delapan puluh persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang (Depkes, 2011). Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, secara khusus mengamanatkan setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif 57
2 sampai dengan 6 (enam) bulan setelah dilahirkan, kecuali bila ada indikasi medis lain. Bayi dapat diberikan makanan tambahan setelah berusia 6 bulan berupa Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan tetap melanjutkan pemberian ASI sampai usia bayi 2 tahun (WHO, 2011). Survei demografi World Health Organization (WHO) tahun 2000 menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika Tengah dan Utara, Asia dan Amerika Latin. Selain itu di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48% (Roesli, 2008). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes,2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013, cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya 58,3% sedangkan 2009 sebesar 40,21% dan 2008 sebesar 28,96% masih terpaut jauh dari target nasional yaitu 80%. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga, cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga cenderung menurun. Setelah mengalami kenaikan mencapai 52,08% pada tahun 2010,
3 cakupan pemberian ASI eksklusif mulai menurun menjadi 48,03% pada tahun 2011, dan semakin menurun menjadi 45,12% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi sedikit peningkatan menjadi 46,6% tetapi masih jauh dari target pemerintah kota tahun 2013 yaitu 70%. Kendala ibu dalam menyusui ada dua faktor yaitu faktor internal (kurangnya pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi) dan faktor eksternal (ASI belum keluar pada hari-hari pertama) sehingga ibu berpikir perlu tambah susu formula, ketidak mengertian ibu tentang kolostrum dan banyak ibu yang masih beranggapan bahwa ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik (Baskoro, 2008). Menurut Fikawati dan Syafiq (2010), alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar,menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. Kurangnya sikap, pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI menjadi faktor terbesar yang menyebabkan ibu-ibu muda terpengaruh dan beralih kepada susu botol atau susu formula. Selain itu, gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat,menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI maupun ASI eksklusif. Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di Dusun Plalar Kulon, mata pencaharian utama masyarakat di Dusun Plalar Kulon ini
4 adalah sebagai petani sehingga setiap hari masyarakat sibuk pergi ke ladang. Dusun Plalar Kulon merupakan suatu dusun yang terdiri dari 6 RT. Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, rata-rata pendidikan masyarakat di Dusun Plalar Kulon adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 6 ibu menyusui di Dusun Plalar Kulon, semua tidak ada yang memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya karena berbagai alasan yaitu menurut mereka ASI saja tidak cukup untuk anak mereka sehingga harus diberikan makanan selain ASI, terpengaruh dengan tetangga dan keluarga yang menyuruh untuk memberikan makanan lain selain ASI dan bahkan ada Ibu yang sudah memberikan susu formula kepada anaknya yang belum berumur 1 bulan dengan alasan bahwa susu formula lebih baik dibandingkan dengan ASI. Melihat hal ini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon, Desa Kopeng.
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI ekslusif di Dusun Plalar Kulon, Desa Kopeng. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng 2. Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti 1. Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti mengenai pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. 2. Penelitian ini sebagai sarana peneliti untuk belajar menerapkan teori yang telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam menganalisa suatu masalah.
6 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan informasi dari hasil penelitian untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya tentang ASI eksklusif. 1.4.3 Bagi Ibu-ibu Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan Masyarakat tentang ASI eksklusif sehingga pemberian ASI secara eksklusif dapat tercapai.