BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. kalangan bermain olahraga ini mulai dari yang tua, muda, bahkan anak-anak pun

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas hiburan yang mencakup permainan (game) di dalamnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dan heterogen,

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia tercatat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1,87 juta jiwa anak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia sedang mengalami penurunan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pekerjaan yang layak bagi penunjang kemandirian dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar berkulitas guna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Secara sosial, perkembangan ini ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan terhadap orang tua, sehingga remaja akan semakin mengenal komunitas luar dengan jalan interaksi sosial yang dilakukan di sekolah, pergaulan dengan teman sebaya dan masyarakat (Tito, 2002; www.iqeq). Remaja juga berada pada tahap akan memasuki fase dewasa awal dimana mereka mulai memikirkan tentang rencana masa depannya. Memikirkan dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupan selanjutnya. seperti pekerjaan di masa depan, pendidikan, membangun sebuah keluarga, dan membentuk identitas sebagai orang dewasa, merupakan bagian dari tugas perkembangan mereka. Keberhasilan memenuhi tugas perkembangan ini akan menjadi dasar dari kebahagiaan dan keberhasilan dalam menjalani tugas selanjutnya (Havighurst, 1974). Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja mengharuskan remaja untuk menyesuaikan diri, sehingga remaja harus membentuk sikap, nilai, dan minat baru. Untuk dapat menyesuaikan diri, remaja memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Oleh karena itu masa remaja sangat identik dngan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurmi (1989) yang mengatakan bahwa 1

salah satu hal yang sangat menarik dan menjadi minat bagi remaja adalah masalah pendidikan. Pada umumnya remaja yang berada pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) mengalami kesulitan dalam memilih jurusan pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya (Eny Widias dan Tutik, 2002; www.digilib.itb.ac.id). Menurut Hurlock (1991) masa remaja merupakan masa pencarian mengenai siapakah diri mereka dan pada masa ini pula merupakan masa yang mengharuskan mereka untuk mengantisipasi masa depan. Salah satu cara agar remaja dapat mengantisipasi masa depannya adalah dengan menentukan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus dari SMA. Apakah mereka akan melanjutkan ke perguruan tinggi, atau lebih memilih melanjutkan ke program diploma atau pendidikan formal lainnya atau tidak melanjutkan sekolah dan langsung bekerja. Ketika remaja dapat mengantisipasi masa depannya maka remaja dapat siap bersaing di dalam masyarakat. Remaja yang melakukan antisipasi terhadap kehidupannya di masa yang akan datang adalah remaja yang telah mempunyai orientasi masa depan (Nurmi, 1991). Salah satu orientasi masa depan yang penting untuk dimiliki oleh remaja adalah orientasi masa depan dalam bidang pendidikan. Karena selain pendidikan sebagai salah satu hal yang sangat menarik dan menjadi minat bagi remaja, pendidikan juga dapat mempersiapkan remaja dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Remaja yang sudah memikirkan, merencanakan dan memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan akan lebih mudah mengarahkan tingkah lakunya. Remaja 2

telah menemukan bidang pendidikan yang telah sesuai dengan minat dan kemampuannya. Sehingga ketika remaja menjalani jenjang pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakatnya tersebut maka yang remaja peroleh adalah nilai-nilai yang optimal yang dapat mendukung remaja dalam mewujudkan masa depan pekerjaannya. Lembaga bimbingan belajar merupakan salah satu lembaga yang dapat membantu remaja dalam mempersiapkan dan merencanakan orientasi masa depannya di bidang pendidikan. Lembaga ini membantu remaja di bidang akademik dengan mengajak remaja membahas soal-soal ujian saringan masuk perguruan tinggi pada tahun sebelumnya (Kompas, 2002). Kegiatan ini juga dilakukan agar dapat membantu remaja dalam menemukan minatnya dengan melihat kemampuannya dalam membahas soal-soal tahun sebelumnya. Hal ini juga dapat menumbuhkan harapan di dalam diri remaja dengan menentukan pilihan yang akan diambil sesuai dengan kemampuannya, sehingga membantu remaja dalam tahap motivasi pada pembentukan orientasi masa depan bidang pendidikannya. Salah satu lembaga pendidikan yang membantu remaja dalam mempersiapkan dan merencanakan orientasi masa depan di bidang pendidikannya adalah lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung. Selain melakukan pembahasan soal-soal tahun lalu, lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung juga memberikan program try out yaitu ujian yang dikondisikan seperti pelaksanaan ujian saringan masuk perguruan tinggi dengan soal-soal yang diprediksi atau diperkirakan akan keluar pada ujian saringan masuk perguruan tinggi yang sebenarnya. Hasil dari try 3

out para remaja akan diperiksa dan dikategorikan lulus atau tidak lulus berdasarkan prediksi atau perkiraan batas minimum nilai lulus yang telah dibuat oleh pihak bimbingan belajar X di kota Bandung untuk setiap pilihan berdasarkan survey yang mereka buat (Kompas,2002). Dengan mengikuti try out, remaja dapat membentuk orientasi masa depan bidang pendidikannya pada tahap perencanaan. Hasil yang didapat remaja ketika try out, berupa lulus atau tidaknya remaja di jurusan yang dipilihnya.hal ini akan membantu remaja untuk lebih lagi meningkatkan kemampuannya sebagai salah satu rencana strategis untuk merealisasikan harapan, minat dan tujuan pendidikannya. Lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung juga membantu remaja dengan menyediakan pelayanan konsultasi dalam memilih jurusan yang hendak diambil nantinya. Pelayanan konsutasi ini juga melibatkan orang tua remaja, minimal dalam bentuk persetujuan atas pilihan jurusan yang dilakukan oleh anaknya (Kompas, 2002). Kegiatan konsultasi ini dapat membantu remaja untuk melihat kemungkinankemungkinan yang dapat menjadi peluang atau hambatan dalam mencapai tujuan pendidikannya. Kemungkinan-kemungkinan yang diberikan kepada remaja didasarkan oleh hasil kegiatan belajar-mengajar selama remaja di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung, misalnya dengan melihat hasil-hasil try outnya. Dengan demikian remaja-remaja yang mengikuti kegiatan dan program di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung dapat memperkirakan kemampuan-kemampuannya untuk mengantisipasi masa depannya di bidang pendidikan. 4

Orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas ditandai dengan pertama motivasi yang tinggi, yaitu remaja telah menentukan tujuan pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Kedua perencanaannya terarah, yaitu remaja telah membuat rencana sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikannya. Ketiga, melakukan evaluasi dengan akurat, yaitu melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam mewujudkan tujuan dan perencanaan yang telah dibuat remaja. Sebaliknya, remaja yang memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas adalah pertama remaja yang memiliki motivasi yang rendah, yaitu remaja yang kurang dapat menentukan tujuan pendidikannya. Kedua perencanaan yang tidak terarah, sehingga kurang dapat membuat strategi-strategi dalam mencapai tujuan pendidikannya dan ketiga adalah tidak mampu membuat evaluasi atau penilaian mengenai langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data yang diambil dari hasil wawancara dengan 5 orang remaja yang duduk dibangku SMA pada lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung menggambarkan bahwa tidak semua orientasi masa depan bidang pendidikan mereka jelas dengan mengikuti program bimbingan belajar. Tiga orang (60%) diantaranya mengatakan bahwa mereka mengikuti program bimbingan belajar karena disuruh orang tua agar meningkatkan nilai-nilai akademik mereka dan agar dapat lulus dalam ujian yang akan mereka hadapi diakhir SMA yaitu Ujian Akhir Nasional (UAN), lalu lulus dalam Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sehingga dapat kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Hal tersebut membuat mereka tidak terlalu peduli dengan kegiatan dan program yang diberikan oleh lembaga bimbingan belajar X di 5

kota Bandung dan membuat mereka belum memikirkan perencanaan-perencanaan yang terkait dengan pendidikan mereka di masa yang akan datang, setelah lulus SMA. Begitu pula dalam proses evaluasinya, mereka belum memikirkan peluangpeluang dan hambatan-hambatan yang dapat mereka temui dalam bidang pendidikannya di masa depan. Satu orang (20%) dari mereka mengatakan bahwa ia telah memilih dan menetapkan jurusan yang akan digeluti setelah lulus dari SMA. Hal ini membuat ia tidak terlalu mengganggap serius hasil-hasil try out yang ia dapatkan. Walaupun ia selalu datang ketika kegiatan belajar mengajar dan terkadang berkonsultasi dengan tutor mengenai jurusan yang telah dipilihnya. Ia telah merasa cukup dengan melakukan metode belajar yang telah ia rencanakan dapat mencapai tujuan pendidikannya. Satu orang lagi (20%) mengatakan bahwa ia telah memiliki minat pada 1 bidang pendidikan dan telah berpikir untuk melanjutkan pada bidang itu setelah lulus dari SMA. Ia mendapat banyak pengetahuan dari lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung mengenai bidang yang akan ia geluti nantinya. Pengetahuanpengetahuan tersebut membantu dirinya untuk membuat rencana-rencana untuk mencapai tujuannya. Hasil diskusi dengan para tutor yang mengajarnya, mambantu ia untuk dapat mengkaji ulang apa yang menjadi hambatan dan peluang dalam mewujudkan tujuannya berdasarkan hasil-hasil try out yang diperolehnya dan rencana-rencana yang telah dibuatnya. 6

Dengan adanya fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai jelastidaknya orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung dengan melihat tahapan-tahapannya, yaitu tahap motivasi, tahap perencanaan, dan tahap evaluasi. 7

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Untuk memberi informasi pada pengembangan ilmu Psikologi Pendidikan terutama mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Memberi informasi kepada remaja di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan, yaitu informasi mengenai motivasi, perencanaan dan evaluasi. Sehingga remaja dapat membentuk orientasi masa depan bidang pendidikannya dengan mulai memikirkan dan menentukan bidang pendidikan yang akan diambilnya di masa depan sebagai tujuan pendidikannya, mulai membuat rencana-rencana dan mulai melakukan evaluasi. 2. Memberi informasi tambahan bagi para tutor dan konselor di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja. Sehingga dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pengarahan dan masukan di bidang pendidikan kepada siswanya. 3. Memberikan informasi kepada orang tua remaja mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan agar orangtua dapat mengarahkan dan 8

mendukung anak-anak remajanya di bidang pendidikan yang akan diambil pada jenjang pendidikan selanjutnya sehingga remaja dapat memperoleh prestasi yang optimal di bidang tersebut. 1.5 Kerangka Pikir Masa remaja adalah masa untuk melakukan evaluasi, pengambilan keputusan, dan komitmen (Santrock,1993). Remaja pada akhirnya akan dihadapkan pada tuntutan hidup seperti bekerja, menikah, termasuk juga melanjutkan pendidikan dalam rangka mempersiapkan kehidupan masa depan. Untuk itu remaja perlu memiliki orientasi masa depan, yaitu antisipasi seseorang terhadap kejadian-kejadian yang mungkin muncul di masa depan, khususnya di bidang pendidikan sehingga remaja dapat melakukan antisipasi untuk kehidupan selanjutnya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh ahli lain yaitu Nurmi (1989), yang mengartikan orientasi masa depan sebagai bagaimana seseorang memandang masa depan yang mencakup tujuan, harapan, standar perencanaan, strategi pencapaian tujuan, dan penilaian terhadap tujuan dan rencananya. Remaja di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung akan mengikuti kegiatan belajar mengajar, program try out - try out dan juga bimbingan atau penyuluhan berupa konsultasi. Program try out adalah ujian yang dikondisikan seperti pelaksanaan tes dengan soal-soal yang diprediksi atau diperkirakan akan keluar pada tes yang sebenarnya. Hasil yang diperoleh remaja pada program try out dapat memberikan gambaran kepada remaja mengenai kemampuan yang ia miliki. Kegiatan 9

konsultasi memberikan wadah kepada remaja untuk dapat berdiskusi dan bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan baik itu soal-soal yang sulit atau bidang-bidang pendidikan yang ada. Kegiatan konsultasi ini diharapkan dapat memberi pengetahuan baru yang akan membantu remaja melewati berbagai proses dalam orientasi masa depan bidang pendidikan. Tahap pertama dalam orientasi masa depan bidang pendidikan adalah proses motivasi, yaitu remaja telah menemukan minat, harapan, dan telah melihat kemampuan yang ia miliki serta menetapkan satu bidang pendidikan yang diminatinya sebagai tujuan ketika mereka lulus dari SMA. Setelah mengetahui minatnya remaja akan melakukan eksplorasi terhadap bidang pendidikan yang telah ia tetapkan lalu membuat komitmen untuk mencapai tujuannya tersebut. Seorang remaja yang memiliki motivasi yang tinggi dapat dilihat dari besarnya keingintahuan dan minat yang ia miliki pada satu bidang pendidikan, serta kemampuan yang ia miliki. Kegiatan belajar mengajar dengan membahas soal-soal dari tahun sebelumnya yang dilakukan lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung dapat membantu para remaja lebih mengetahui kemampuan yang dimilikinya. Lalu kegiatan konsultasi yang diberikan oleh lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung adalah wadah untuk memampung keingintahuan remaja terhadap bidang yang ia minati melalui disediakannya waktu untuk tanya jawab atau diskusi. Sehingga remaja dapat menentukan tujuan yang ingin mereka capai dalam bidang pendidikan sesuai dengan kemampuannya. 10

Tahap yang kedua merupakan proses perencanaan, yakni mengenai bagaimana para remaja membuat rencana-rencana untuk merealisasikan harapan, minat, dan tujuannya sesuai dengan bidang pendidikan yang telah mereka tetapkan. Pada tahap ini pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan tujuan, minat, dan harapan sangat penting. Karena para remaja akan membuat gambaran mengenai tujuan spesifik yang ingin dicapai dan perealisasiannya didasarkan atas pengetahuan yang dimilikinya. Remaja akan membuat rencana, atau strategi yang akan dilakukan sebagai wujud untuk mencapai tujuan bidang pendidikan yang diminatinya. Kegiatan belajar mengajar dan program try out-try out yang diberikan oleh lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung dapat membantu remaja membuat rencana dan strategi untuk mencapai tujuan pendidikannya, misalnya dengan melatih dirinya untuk membahas soal-soal yang diberikan. Kemudian melaksanaan rencana dan strategi yang telah dibuat. Hal ini akan dilakukan remaja setelah lulus atau selesai menyelesaikan tingkat pendidikannya yaitu meliputi perkiraan terarah sesuai dengan situasinya (Hacker, 1985; Nuttin, 1984; Pea and Hawkins, 1987). Pada tahap yang ketiga, yakni tahap dimana remaja harus mengevaluasi minat dan kemampuannya agar dapat merealisasikan tujuan dan perencanaan yang telah ditetapkan dan yang telah dibuat. Menurut Weiner (dalam Nurmi, 1989), proses attribution emotion memainkan peranan yang penting dalam pembentukan tingkah laku remaja dalam mengevalusi karena meliputi perasaan pengharapan dan optimisme terhadap minat dan strategi yang telah dibuat dalam bidang pendidikannya. Selain itu, dalam tahap evaluasi berbagai tindakan dapat dilakukan untuk mengembangkan 11

hubungan remaja dengan lingkungannya, contohnya coping strategy. Coping strategy dipengaruhi oleh kemampuan remaja dalam mengevaluasi berbagai kemungkinan yang mungkin timbul di masa yang akan datang sehubungan dengan bidang pendidikannya. Kegiatan konsultasi yang diberikan lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung dapat membantu remaja untuk melihat hambatan dan peluang yang dapat terjadi dalam pencapaian tujuan pendidikannya berdasarkan kemampuan dan rencana yang telah dibuat remaja. Hal ini dapat menimbulkan rasa optimis atau pesimis di dalam diri remaja sehingga dapat membuat remaja melihat kemungkinankemungkinan yang berhubungan dengan memperkirakan kemampuannya dalam merealisasikan tujuan pendidikannya. Orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas ditandai dengan motivasi yang tinggi, perencanaan yang terarah dan evaluasi yang akurat. Motivasi yang tinggi dapat mendorong remaja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti masuk perguruan tinggi dan jurusan yang diinginkannya setelah lulus SMA nantinya. Minat dan harapan yang tinggi terhadap tujuan pendidikannya, yaitu perguruan tinggi dan jurusan yang telah ditetapkan, akan membantu remaja mencapainya. Perencanaan yang terarah dengan membuat rencana yang spesifik dan strategis berdasarkan pengetahuan dan informasi yang didapat remaja mengenai perguruan tinggi dan jurusan yang telah ditetapkannya akan membantu remaja mengarahkan tindakan mereka semenjak mereka masih duduk di bangku SMA. Pengetahuan dan informasi seperti batas minimum nilai yang diterima pada jurusan 12

tersebut atau mata pelajaran yang sangat mendukung jurusan tersebut dapat membuat remaja lebih mengatur waktu dengan teratur untuk belajar dan menggunakan metode belajar yang lebih efektif sebagai rencana dan strategi mereka untuk mencapai tujuan pendidikannya. Evaluasi yang akurat adalah dapat melihat hambatan dan peluang yang mungkin dapat muncul dalam pencapaian tujuan pendidikannya. Misalnya, remaja dapat menyadari mata pelajaran yang harus lebih banyak dipelajari ketika mereka masih duduk di bangku SMA dan berusaha meningkatkan kemampuannya di mata pelajaran tersebut sehingga remaja dapat lulus di jurusan yang menjadi tujuan pendidikannya kelak. Pada tahap ini, attribution emotion akan terbentuk, yaitu perasaan optimis bila remaja lebih banyak melihat peluang dan perasaan pesimis bila remaja lebih banyak melihat hambatan dalam pencapaian tujuannya. Attribution emotion dapat mengarahkan remaja untuk kembali pada tahap awal sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikannya. Sebaliknya bila remaja memiliki motivasi yang rendah untuk menentukan kelanjutan pendidikannya, perencanaan yang dilakukan juga tidak terarah dan mereka tidak mampu membuat evaluasi atau penilaian mengenai langkah-langkah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga akan menjadikan orientasi masa depan remaja tidak jelas. Apabila remaja tidak mengantisipasi masa depan dalam bidang pendidikan maka remaja dapat mengalami kesulitan seperti memilih jurusan yang salah dan tidak sesuai dengan kemampuannya, dan hal ini dapat menentukan keberhasilannya ketika menjalani jurusan yang telah dipilihnya tersebut. 13

Menurut Trommsdorf (1983), dalam perkembangan orientasi masa depan bidang pendidikan terdapat empat faktor yang mempengaruhi jelas atau tidaknya orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja yaitu pertama tuntutan situasional, kedua kematangan kognitif, ketiga social learning, dan keempat proses interaksi. Faktor pertama dan keempat merupakan faktor yang bersifat eksternal, yaitu berasal dari luar diri atau lingkungan remaja. Sedangkan faktor kedua dan ketiga merupakan faktor internal, yaitu berasal dari dalam diri remaja sendiri. Pertama tuntutan situasional, orientasi masa depan bidang pendidikan remaja bergantung pada gambaran terhadap situasi saat ini dan saat yang akan datang. Kegiatan bimbingan belajar yang diikuti remaja di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung dapat membantu atau bahkan menjadi tekanan bagi remaja dalam melakukan antisipasi pada bidang pendidikan. Remaja terbantu karena lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung merupakan salah satu sarana untuk belajar bersama teman dan berdiskusi dengan tutor mengenai soal-soal yang kurang dimengerti yang dapat membantu remaja untuk lulus SMA sehingga dapat merealisasikan rencana remaja untuk naik ke jenjang pendidikan yang selanjutnya. Remaja merasa tertekan karena harus menyediakan waktu untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar lagi di lembaga bimbingan belajar X di kota Bandung selain di sekolah, sehingga mengurangi waktu mereka untuk bermain. Orientasi masa depan bidang pendidikan mereka akan dibentuk sebagai wujud dari mempersiapkan diri untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul di masa depan sesuai dengan situasi yang akan diantisipasinya. 14

Faktor yang kedua adalah kematangan kognitif, yaitu kemampuan berpikir yang dimiliki remaja. Para remaja pada lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung sebagian besar telah berada pada tahap formal operational dalam perkembangan kognitifnya. Pada tahap ini memungkinkan remaja untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan pada bidang pendidikan yang mereka minati di masa yang akan datang, seperti harus belajar lebih giat lagi agar dapat lulus. Remaja juga mampu mempertimbangkan segala konsekuensi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang sehubungan dengan perencanaan yang telah dibuat dalam bidang pendidikan. Akibat faktor ini pandangan para remaja mengenai masa depan akan semakin meningkat, menjadi semakin realistis, dan mereka belajar untuk mempertimbangkan sebab-akibat yang mungkin terjadi di masa yang akan datang sehubungan dengan bidang pendidikan yang akan digeluti bila remaja lulus dari SMA. Faktor yang ketiga adalah social learning, yaitu proses belajar yang dilakukan remaja di dalam lingkungan sosialnya. Faktor ini meliputi : pengalaman belajar para remaja dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, ataupun dalam lingkungan lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung. Remaja mendapatkan pengetahuanpengetahuan dari lingkungannya yang dapat membuat pembentukan orientasi masa depan bidang pendidikan remaja menjadi jelas atau bahkan menjadi tidak jelas. Lingkungan di mana remaja berinteraksi memungkinkan adanya perbedaan kelas sosial, latar belakang etnik dan budaya, serta tingkat intelegensi. Hal ini membuat 15

para remaja melakukan antisipasi yang berbeda-beda pada masa depan bidang pendidikannya. Faktor yang terakhir adalah proses interaksi. Proses interaksi yang terjadi antara remaja dengan lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung akan mempengaruhi pembentukan harapan mereka akan masa depan. Harapan orangtua dan harapan keluarga akan masa depan bidang pendidikan remaja, seperti harus melanjutkan pendidikan ke jurusan yang memiliki masa depan yang cerah atau remaja dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri agar biaya lebih murah, dapat menjadikan remaja lebih optimis atau bahkan pesimis untuk dapat mencapai tujuan pendidikannya di masa depan. Hal ini dapat memperjelas orientasi masa depan bidang pendidikan atau bahkan membuatnya menjadi tidak jelas. Pada proses interaksi ini, memungkinkan remaja untuk memilih informasi-informasi yang sesuai dengan pengalamannya; belajar bagaimana mengambil keputusan dan bertingkah laku; saling mengevalusi dengan sesama remaja lainnya. Seluruh kegiatan tersebut dapat mempengaruhi remaja dalam mengantisipasi masa depannya dalam bidang pendidikan. Keempat faktor diatas yaitu tuntutan situasional, kematangan kognitif, social learning, dan proses interaksi dapat mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung. Faktor-faktor tersebut dapat membuat orientasi masa depan bidang pendidikan remaja dapat menjadi jelas atau menjadi tidak jelas. 16

Kerangka pikir di atas dapat disimpulkan dalam bagan berikut ini : Motivasi goal Jelas Remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' Bandung Perencanaan Evaluasi plans Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Attribution emotion Tidak Jelas Faktor yang mempengaruhi : -Tuntutan Situasional -Kematangan Kognitif -Social Learning -Proses Interaksi 17

1.6 Asumsi 1. Orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung dapat menjadi jelas ataupun tidak jelas. 2. Proses motivasi, perencanaan, dan evaluasi dapat membentuk orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung akan berbeda-beda. 3. Motivasi yang tinggi, perencanaan yang terarah dan evaluasi yang akurat akan membentuk orientasi masa depan bidang pendidikan remaja menjadi jelas. Sebaliknya motivasi yang rendah, perencanaan yang tidak terarah, dan evaluasi yang tidak akurat akan membentuk orientasi masa depan remaja di lembaga bimbingan belajar X menjadi tidak jelas. 4. Orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja di lembaga bimbingan belajar 'X' di kota Bandung dapat dipengaruhi oleh faktor tuntutan situasional, faktor kematangan kognitif, faktor social learning, dan faktor proses interaksi yang dapat membuat proses pembentukan orientasi masa depan bidang pendidikan remaja menjadi berbeda-beda. 18