PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

Karina Eka Ratnasari, Nur Susanti Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

DEWI TRI MAULITA J

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

FARDHANA ADI SUSILO J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

LAPORAN STATUS KLINIK

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK PENDERITA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

PENGARUH NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) DAN MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PELAKSANAAN NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY DIPLEGI TYPE SPASTIK DI PNTC KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISI CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan. kemajuan teknologi saat ini, diharapkan dapat mewujudkan

Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang/Ped. Sosial INSKA RS. Hermina / Bag. IKA FK-UII Yogyakarta

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR

Florentina Natalia Pareira J

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

HUBUNGAN ANTARA LINGKUP GERAK SENDI FLEKSI EKSTENSI SHOULDER TERHADAP UMUR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulfah Saefatul Mustaqimah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DIPLEGI. Diajukan. Jurusan Fisioterapi. Oleh : DYAH PUTRIANI J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU PANTI 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan suatu anugerah yang Tuhan berikan untuk orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

Disusun oleh: RUSTRIA IKA PURWANINGSIH J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD SUKOHARJO. Oleh : KARYA TULIS ILMIAH

FETAL DISTRES FAKULTAS. Oleh : J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelainan berupa kecacatan bentuk dan atau fungsi tubuh. Salah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY DI RS. Dr. RAMELAN SURABAYA

Rehabilitasi pada perdarahan otak

Transkripsi:

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh: TRI SARJONO WALUYO J 110 070 072 D IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2000

1 BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai derajad kesehatan yang optimal sehingga masyarakat mempunyai kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat yang akan menyangkut semua aspek kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi (UU no 23 tahun 1992). Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal, yang semula berupa upaya penyembuhan berkembang menuju upaya peningkatan kualitas kesehatan yang menyeluruh serta melibatkan masyarakat untuk ikut mendukungnya. Upaya tersebut meliputi peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Dep Kes RI, 1999). Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kerjasama antar profesi, termasuk di dalamnya profesi fisioterapi. Menurut World Confederation for Physiotherapy (WCPT) tahun 1999, fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang menyeluruh kepada individu atau kelompok individu dalam memperbaiki, mengembangkan dan memelihara gerak dan fungsi secara optimal dalam menjalani kehidupannya. Pelayanan fisioterapi yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan telah mengalami perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu fisioterapi sebagai profesi kesehatan dituntut untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, efektif dan efisien serta memberikan pelayanan yang bermutu dan bertanggung jawab. Fisioterapi juga 1

2 bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan yang optimal dalam upaya peningkatan kesehatan baik dari segi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Dep Kes RI 1996). Peran fisioterapi dalam tumbuh kembang anak adalah memberikan pelayanan secara optimal pada tahapan tumbuh kembang anak baik anak dengan tumbuh kembang normal maupun anak dengan gangguan tumbuh kembang, guna mempersiapkan anak sebagai generasi penerus bangsa dan negara. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan pada anak perlu dilakukan sedini mungkin pada setiap tahapan yang dilalui anak sejak di dalam kandungan sampai dengan anak tumbuh dan berkembang, sehingga dapat dilakukan deteksi sedini mungkin apabila terjadi gangguan pada tahap-tahap tersebut. Sangatlah penting memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan sampai dengan pada awal masa kanak-kanak, mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa dan negara. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan tumbuh kembang anak. Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut adalah kematangan sistem saraf, mulai dari otak sampai dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak sejak dari dalam kandungan hingga masa tumbuh kembang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat positif dan negatif. Pada kondisi cerebral palsy (CP) mendapatkan

3 pengaruh yang negatif, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan susunan saraf pusatnya. Pada umumnya kerusakan yang terjadi pada kondisi CP terdapat pada korteks serebri, ganglia basalis dan serebellum. Kelainan yang disebabkan oleh kerusakan tersebut bersifat non progresif. Angka kejadian penderita CP di beberapa negara menurut beberapa peneliti ditemukan angka yang bervariasi. 1,3 dari 1000 kelahiran di Denmark, 5 dari 1000 anak di Amerika Serikat, dan 7 dari 100.000 kelahiran di Amerika (Sunusi dan Nara, 2007). Di Indonesia data penderita CP belum diketahui secara pasti. Dari hasil penelitian Piogama mengenai stroke yang terjadi pada bayi yang masih berupa kemungkinan yaitu 1:5000 kelahiran, 58% dari angka tersebut menunjukkan angka kejadian CP (Piogama, 2007). Di YPAC Surakarta tercatat 58 penyandang CP pada peride Desember 2007 sampai dengan Mei 2008. American Academi for Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi gambaran klinis CP sebagai berikut: klasifkasi neuromotorik yaitu, spastic, atetosis, rigiditas, ataxia, tremor dan mixed. Klasifikasi distribusi topografi keterlibatan neuromotorik: diplegia, hemiplegia, triplegia dan quadriplegia yang pada masing-masing dengan tipe spastik (Sunusi dan Nara, 2007). Pada kasus CP spastik diplegia, kelainan pada anggota gerak bawah lebih berat dari pada anggota gerak atas. Permasalahan umum yang timbul pada kondisi CP spastik diplegi adalah peningkatan tonus otot-otot postur karena adanya sepastisitas yang akan berpengaruh pada kontrol gerak.abnormalitas tonus postural akan mengakibatkan gangguan postur tubuh, kontrol gerak, keseimbangan dan koordinasi gerak yang

4 akan berpotensi terganggunya aktifitas fungsional sehari-hari. Apabila kondisi tersebut tidak mendapatkan intervensí yang sesuai dan adekuat akan berpotensi timbulnya deformitas berupa kontraktur otot dan kekakuan sendi, yang akan semakin memperburuk postur tubuh dan pola jalan. Peran fisioterapi pada kasus CP secara umum adalah untuk memperbaiki postur, mobilitas postural, kotrol gerak dan menanamkan pola gerak yang benar dengan cara mengurangi abnormalitas tonus postural, memperbaiki pola jalan dan mengajarkan kepada anak gerakan-gerakan yang fungsional sehingga anak dapat mandiri untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari. Peran fifioterapis sangat besar, hal ini telah dibuktikan dari beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa latihan fungsional yang dilakukan secara rutin akan dapat meningkatkan kemampuan penderita CP (Wikipedia Project, 2007) Demikian juga dengan penguluran yang dilakukan secara pasif akan dapat memanjangkan jaringan lunak sehingga menurunkan kekakuan/spastisitas (Kisner dan Colby, 1996). Penguluran yang dilakukan secara pasif diharapkan dapat memberikan efek relaksasi pada grup otot yang mangalami spastisitas sehingga dapat meningkatkan mobilitas postural dan mengotrol gerakan abnormal yang timbul pada penderita CP. Beberapa pendekatan terapi latihan pada kasus cerebral palsy yaitu dengan Neuro Development Treatment ( NDT ) atau yang disebut metode Bobath,yang direkomendasikan oleh Bobath (1992) yaitu suatu metode yang didasarkan pada neurologi dan reflek-reflek primitif dan fasilitasi dari keseimbangan yang lebih tinggi dari reflek righting yang dipersiapkan untuk ketrampilan ( skill ) di kemudian hari (Bobath,1992 dalam oleh Soekarno,2003).

5 Peneliti mencoba mengambil salah satu tehnik mobilisasi trunk,sesuai dengan salah satu prinsip metode babath yaitu normalisasi tonus dengan pertimbangan perkembangan gerakan dimulai dari proksimal ke caudal.sehingga dengan memberi pasif mobilisasi trunk diharapkan anggota gerak bagian bawah akan terjadi penurunan spastisitas. Mobilisasi trunk adalah salah satu tehnik penguluran yang dilakukan secara pasif untuk memanjangkan jaringan lunak sehingga akan menurunkan kekakuan atau spastisitas (Kisner dan Colby,1996).Gerakan ini merupakan bentuk latihan relaksasi yang bertujuan untuk menurunkan spastisitas anggota gerak bawah. Spastisitas adalah suatu keadaan dimana tonus otot lebih tinggi dari normal,hal ini disebabkan karena hilangnya control spinal terhadap aktivitas stretch reflek (Bishop,1997).Lechener H (1990) berpendapat spastisitas adalah meningkatnya tonus otot akibat terjadinya hipereksitibilitas dari alpa motor neuron yaitu velocity-dependent increasa intonic stretch reflejes. Klasifikasi cerebral palsy menurut distribusi anggota gerak yang terkena adalah salah satunya diplegi.diplegi adalah suatu bentuk dari cerebral palsy dimana keadaan ekstremitas bawah dan pelvis lebih terganggu dibandingkan ekstremitas atas.hampir semua anak dengan diplegi mempunyai spastisitas,tetapimereka juga mempunyai kesulitan dengan keseimbangan dan koordinasi (Miller dan Bacharch,1998).

6 B. Identifikasi Masalah Kelainan pada Cerebra l Palsy Spastik Diplegia dapat dikarenakan terjadinya lesi pada kortek cerebri. Lesi pada kortek cerebri mengakibatkan paralisis dan spastisitas tetapi tidak pada semua otot. Spastisitas terjadi akibat adanya kerusakan pada premotor area. Spastisitas adalah suatu keadaan dimana tonus otot lebih tinggi dari normal. Berbagai teori tentang spastisitas dikemukakan,namun para ahli saat ini cenderung menerima konsep spastisitas yang disebabkan oleh hilangnya control spinal ( Sistem extra piramidale ) terhadap aktivitas stretch reflex ( Bishop,1997). Gejala tersebut diatas terjadi karena hilangnya pengaruh inhibisi kortek motorik tumbuh terhadap inti-inti instrinsik medulla spinalis. Jadi sesungguhnya spastisitas merupakan ciri khas bagi disfungsi extra piramidales susunan UMN. Spastisitas tidak akan bangkit, bahkan tonus otot menurun bilamana lesi paralitik merusak hanya pada korteks motorik saja. Spastisitas menjadi lebih jelas sekali apabila korteks motorik tambahan ( area 6 dan 4s ) ikut terlibat dalam lesi paralitik. Walaupun demikian lesi paralitik dimana saja yang mengganggu komponen piramidal akan selamanya ikut melibatkan componen extra piramidal ( Mardjono & Sidharta,1989 ).Lechener H (1990) berpendapat spastisitas adalah meningkatnya tonus otot akibat terjadinya hipereksitibilitas dari alpa motor neuron, elemen pokok : Velocity-dependent increase intonic stretch reflejes, disebabkan lesi UMN.

7 Penanganan Cerebral Palsy Spastik Diplegi salah satunya dengan metode NDT atau Bobath yaitu metode latihan untuk mengatasi masalah yang timbul pada kelumpuhan otak diantaranya dengan latihan mobilisasi trunk yang bertujuan untuk mengurangi spastisitas. C. Pembatasan Masalah Dari penjabaran di atas Skripsi ini mengambil judul Pengaruh Latihan Mobilisasi Trunk terhadap spastisitas pada Cerebral Palsy (CP) Spastik Diplegi.Adakah manfaat terapi latihan mobilisasi trunk yang dapat mengurangi spastisitas sehingga penderita Cerebral Palsy dapat melakukan aktivitas seharihari secara mandiri. Penelitian dilakukan di Klinik Fisioterapi YPAC Surakarta dalam periode waktu antara bulan Agustus sampai bulan September 2008.Pasien langsung dipilih sesuai dengan kriteria penelitian yaitu cerebral palsy spastik diplegi dengan usia antara 3 10 tahun.kemudian nilai spastisitas diukur dengan menggunakan parameter ukuran Skala Asworth yang bernilai antara 0 5. D. Rumusan Masalah Berdasarkan problematika pada kondisi CP spastik diplegi dapat diambil suatu rumusan, dengan rumusan sebagai berikut : apakah latihan dengan mobilisasi trunk dapat mengurangi spastisitas pada kondisi CP spastik diplegi?

8 E. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah (1)Tujuan umum untuk mengetahui manfaat latihan mobilisasi trunk terhadap penurunan spastisitas pada kondisi CP spastik diplegi,(2)tujuan khusus yaitu: (a). untuk mengetahui adanya perbaikan postural tonus pada cerebral palsy spastik diplegia,(b).untuk mengetahui apakah latihan mobilisasi trunk dapat memberi kemudahan dalam aktifitas berjalan pada cerebral palsy spastik diplegi dan dapat meningkatkan kemampuan fungsional secara total. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat dalam pengembangan ilmu atau khasanah ilmu secara teoritis bahwa ternyata latihan mobilisasi trunk berpengaruh terhadap spastisitas pada CP spastik diplegi. 2. Manfaat dalam pelayanan, yaitu perlunya latihan mobilisasi trunk sebagai terapi untuk mengurangi spastisitas pada Cp spastik diplegi. 3. Manfaat bagi penulis sendiri adalah sebagai pengalaman dalam mempratekkan hasil studi.