TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanti Agustina, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

OLEH: SURAHMAT NPM:

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aenurohmah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM PEMENTASAN NASKAH DRAMA SEPASANG MERPATI TUA KARYA BAKDI SOEMANTO KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

Suci Lawati Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

ANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa

HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

`KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS X2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENCERITAKAN KEMBALI DI SMA NEGERI 1 SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA TAJUK RENCANA HARIAN KEDAULATAN RAKYAT DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

BAB I PENDAHULUAN. saling belajar dengan yang lain, baik komunikasi secara lisan maupun tertulis.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 26 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. itu dengan baik kepada pendengar atau pembaca. media ini pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pem bicara) dan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

Transkripsi:

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan bercerita di depan kelas, bahkan dalam satu pertemuan kegiatan pembelajaran, kesempatan murid untuk bercerita di depan kelas masih kurang leluasa. Hal ini membuat sebagian dari seluruh murid tidak mendapatkan kesempatan bercerita di depan kelas. Untuk itu penulis ingin mengujicobakan sebuah teknik bercerita yang memberi kesempatan semua murid untuk bercerita. Adapun tujuan penelitian ini adalah :1) Ingin mengetahui bentuk tindak tutur lokusi yang terdapat dalam tuturan siswa. 2) Ingin mengetahui bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan siswa. 3) Ingin mengetahui bentuk tindak tutur perlokusi yang terdapat dalam tuturan siswa. 4) Ingin mengetahui apakah kegiatan berbicara siswa memenuhi syarat dijadikan bahan ajar dalam kompetensi dasar menceritakan pengalaman di kelas X. 5) Ingin mengetahui model bahan ajar berbicara, menceritakan pengalaman. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh kelas X SMA Negeri 2 Ciamis sebanyak 268 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas X IPA 6 SMA Negeri 2 Ciamis sebanyak 30 siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis data, diketahui bahwa 1) Bentuk tindak tutur lokusi dalam kegiatan berbicara diketahui bahwa sebagian besar tindak tutur yang digunakan adalah tindak tutur lokusi yaitu sebanyak 102 atau 63.75 % dari seluruh kalimat yang dianalisis. 2) Bentuk tindak tutur ilokusi dalam kegiatan berbicara diketahui bahwa bentuk tindak tutur ilokusi sebanyak 46 atau 28,75 % dari seluruh kalimat yang dianalisis. 3) Bentuk tindak tutur perlokusi dalam kegiatan berbicara diketahui bahwa bentuk tindak tutur perlokusi sebanyak 12 atau 7,50 % dari seluruh kalimat yang dianalisis. 4) Tindak tutur dalam kegiatan berbicara dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran berbicara jika guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang bahan ajar yang akan digunakan serta guru menguasai bahan pengajaran di samping teknik pembelajaran yang digunakan. Analisis pragmatik dalam kegiatan berbicara sebagai bahan pembelajaran akan bermanfaat bagi siswa apabila siswa mampu berbicara dengan baik. keterampilan guru dalam memilih dan menyajikan bahan ajar akan menunjang terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. 5) Tindak tutur dalam kegiatan berbicara siswa dapat dijadikan sebagai bahan ajar mengingat tindak tutur dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan serta untuk berinteraksi dengan orang lain. Kata kunci: Tindak Tutur PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pun alat pendapat. Alat komunikasi itu disebut bahasa. Bloomfield (via Sumarsono, 2009: 18) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh guru dan siswa untuk saling berinteraksi. Melalui kegiatan berkomunikasi yang baik akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peran bahasa dalam pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena interaksi belajar 334 J u r n a l D I K S A T R A S I A

mengajar tidak bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya fungsi bahasa. Berbicara dipilih karena pada hakikatnya keterampilan ini sangat membutuhkan pembiasaan dan latihan penggunaan bahasa yang baik dan benar untuk mendukung terjadinya proses berkomunikasi secara lisan khususnya bercerita. Kegiatan bercerita biasanya dilakukan oleh kita dan untuk diperdengarkan kepada orang lain bukan untuk kita. Bercerita tidak dapat disamakan dengan membaca teks berita yang tidak begitu memperhatikan ekspresi (datar). Dengan demikian, bercerita membutukan pemilihan kata yang baik, intonasi, dan penguasaan topik yang mendukung isi cerita tersebut. Pemilihan kata yang tidak sesuai akan menghambat siswa dalam menyampaikan isi cerita. Jadi informasi, ide, atau pikiran dari maksud tersebut dapat diterima oleh pendengar apabila orang yang bercerita mampu menyampaikan isi dari informasi tersebut dengan bahasa yang baik dan benar. Berbicara merupakan suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar. (Tarigan, 2008: 16). Keterampilan bebicara sangat diperlukan saat menyampaikan gagasan baik itu dalam debat maupun saat menjadi pewawancara/narasumber, berdiskusi, menjadi pembawa acara, menyampaikan sambutan, berpidato dan bercerita. Jika kemampuan berbicaranya kurang bagaimana bisa ia menyampaikan informasi dan gagasannya kepada orang lain. Bercerita berarti menuturkan cerita yang biasanya dilakukan untuk orang lain. Kasus bercerita yang terdapat dalam standar kompetensi di sekolah ini adalah biasanya bercerita di muka umum, bukan berarti di depan kelas. Di muka umum berarti didengar oleh orang lain. Untuk menjadi seorang pembicara yang baik di muka umum seseorang harus dapat menggabungkan penguasaan bahasa, pengetahuan, dan kebahasaan agar publik dapat mengerti isi pembicaraan/cerita kita dengan baik. Menurut Chaer dan Agustina (2004: 11) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan berkomunikasi setiap penutur hendak menyampaikan tujuan atau maksud tertentu kepada mitra tutur. Komunikasi yang terjadi harus berlangsung secara efektif dan efisien, sehingga esan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh mitra tutur yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA komunikasi yang efektif dan efesien tidak akan terjadi dengan baik, apabila bahasa yang digunakan oleh penutur tidak mampu dipahami oleh mitra tutur. Dengan demikian, untuk mempermudah proses komunikasi, bahasa yang digunakan oleh penutur harus bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur. Penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu bentuk komunikasi. Melalui proses komunikasi akan memunculkan peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan proses terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 50) Salah satu standar kompetensi dalam pembelajaran berbicara di kelas X menurut KTSP (Depdiknas, 2006:271) adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. Sedangkan kompetensi dasarnya yaitu : mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku ). Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran berbicara di sekolah dasar selanjutnya penulis sajikan indikator dari pembelajaran berbicara di kelas X adalah sebagai berikut : a.menanggapi masalah dalam berita,artikel, dan buku. b.mencatat masalah dari berbagai sumber. c.memberikan bukti pendukung untuk memperkuat tanggapan. d.mengajukan saran dan pemecahan terhadap masalah yang disampaikan Tindak tutur atau berbicara terdapat dapat merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa yang menentukan makna kalimat. Kajian tindak tutur sangat mendukung dalam studi analisis wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar. Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu maksud kalimat itu. Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak ujar seperti yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu dalam prisip adanya 335 J u r n a l D I K S A T R A S I A

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA kemungkinan untuk menyatakan secara tepat maksud penuturnya. Oleh sebab itu, mungkin sekali, penutur menuturkan kalimat yang unik dalam setiap tindak tutur karena dia berusaha menyesuaikan ujaran dengan konteksnya. Dalam pengertian seperti itu, studi tentang makna kalimat dan studi tentang tindak tutur bukanlah dua studi yang terpisah, melainkan satu studi dengan dua sudut pandang yang berbeda. Dengan demikian, teori tindak tutur merupakan teori yang lebih cenderung meneliti tentang makna kalimat bukannya teori yang lebih cenderung berusaha menganalisis struktur kalimat. Penutur yang ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, maka yang ingin dikemukakannya itu adalah makna atau maksud kalimat. Sedangkan, untuk menyampaikan makna atau maksud, penutur harus menuangkannya dalam wujud tindak tutur. Tindak tutur yang akan dipilih sangat bergantung pada beberapa faktor. Dengan demikian, untuk satu maksud, perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan tindak tutur sesuai dengan posisi penutur, situasi tutur, dan kemungkinan struktur yang ada dalam bahasa itu. Penutur cenderung menggunakan bahasa seperlunya dalam berkomunikasi. Pemilihan bahasa oleh penutur lebih mengarahkan pada bahasa yang komunikatif. Melalui konteks situasi yang jelas suatu peristiwa komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan bercerita di depan kelas. Mereka berani jika berbicara di tengah kelompok atau bersama kelompok. Hal ini terjadi karena kebanyakan anak dari sejak dini hanya menjadi seorang pendengar baik itu mendengar cerita dari ibunya ataupun guru di sekolahnya. Keterampilan anak bercerita di depan kelas belum dibiasakan sejak dini, teknik pengajaran di kelas oleh para guru pun masih sederhana. Keterbatasan waktu untuk melakukan kegiatan bercerita di depan kelas menjadi penghambat anak untuk mengungkapkan cerita mereka. Bahkan dalam satu pertemuan kegiatan pembelajaran, kesempatan murid untuk bercerita di depan kelas masih kurang leluasa. Hal ini membuat sebagian dari seluruh murid tidak mendapatkan kesempatan bercerita di depan kelas. Untuk itu penulis ingin mengujicobakan sebuah teknik bercerita yang memberi kesempatan semua murid untuk bercerita. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul penelitian ini adalah tindak tutur dalam bercerita siswa kelas X IPA 6 SMA Negeri 2 Ciamis. METODE Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskripif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kelas X SMA Negeri 2 Ciamis sebanyak 268 siswa. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 6 SMA Negeri 2 Ciamis sebanyak 30 siswa. Sampel tersebut di dapat dengan cara menggunakan sampel bertujuan atau purposive sample Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian ini adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka, observasi, wawancara, dan tes. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Analisis Kesesuaian Tindak Tutur dengan Kriteria Bahan Ajar Pembelajaran berbicara di SMA Negeri 2 Ciamis Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004: 73) menyatakan bahwa kriteria bahan ajar meliputi : Bahan ajar harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik, keterkaitan antara fungsi dan tujuan pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan, dan standar isi diwujudkan ke dalam bahan kajian, seperangkat kompetensi lintas kurikulum dan mata pelajaran. Untuk mengetahui kesesuaian tindak tutur dengan bahan ajar, maka penulis sajikan hasil analisis sebagai berikut : a.bahan ajar harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik peserta didik. pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan berperilaku peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, agar pengajaran berbicara berhasil guru perlu keterampilan khusus untuk memilih bahan ajar berbicara yang sesuai. Artinya guru 336 J u r n a l D I K S A T R A S I A

harus mampu memilih bahan pembelajaran berbicara untuk peserta didik. dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik peserta didik sebanyak 81 kalimat atau 50.62 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik peserta didik sebanyak 79 atau 49.38 %. b.bahan ajar harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan intelektual peserta didik. pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan berpikir (kecerdasan intelektual) peserta didik. Guru dalam menentukan bahan ajar harus memperhatikan intelegensi serta bakat yang dimiliki anak didiknya. dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan intelektual peserta didik sebanyak 96 kalimat atau 60 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan intelektual peserta didik sebanyak 64 atau 40 %. c.bahan ajar harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan sosial peserta didik. pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan interaksi sosial peserta didik dengan di luar dirinya. Perkembangan sosial peserta didik juga didukung oleh proses penemuan jati diri pada anak remaja. terdapat Kesesuaian tuturan pada Kegiatan Berbicara dengan pertumbuhan dan perkembangan sosial peserta didik sebanyak 108 kalimat atau 67.5 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan intelektual peserta didik sebanyak 52 atau 32.5 %. d.bahan ajar harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan emosional dan kejiwaan peserta didik. TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Bahan ajar yang digunakan atau disajikan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat pribadi (emosional dan kejiwaan) peserta didik. terdapat dengan pertumbuhan dan perkembangan emosional dan kejiwaan peserta didik sebanyak 66 kalimat atau 42.15 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan dengan pertumbuhan dan perkembangan emosional dan kejiwaan peserta didik sebanyak 94 atau 58.75%. 2.Keterkaitan fungsi bahan ajar dengan tujuan pendidikan nasional. pembelajaran berfungsi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. dilihat dari aspek fungsi bahan ajar dengan tujuan pendidikan nasional sebanyak 81 kalimat atau 50.62 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebanyak 79 atau 49.38 %. 3.Keterkaitan bahan ajar dengan standar kompetensi lulusan. Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran berfungsi untuk mencapai kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi yang mengemukakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan dan harus dicapai peserta ddik sebagai hasil belajar dalam setiap satuan pendidikan. dilihat dari aspek standar kompetensi lulusan sebanyak 98 kalimat atau 50.62 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi standar kompetensi lulusan sebanyak 62 atau 49.38 %. 4.Keterkaitan bahan ajar dengan kompetensi bahan kajian. Bahan ajar harus mempunyai keterkaitan dengan Kompetensi bahan kajian. Keterkaitan bahan ajar dengan kompetensi bahan kajian dalam penelitian ini adalah adanya keterkaitan kajian bahan ajar yang lain terhadap kajian pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 337 J u r n a l D I K S A T R A S I A

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA yaitu keterkaitan antara pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan kesepuluh mata pelajaran tersebut. Secara umum kalimat lokusi berbentuk kalimat sederhana hal ini dikarenakan kalimat yang ditulis oleh siswa merupakan kalimat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti yang ditulis oleh subjek 4 yaitu di Jakarta saya membantu kakak dalam bidang konveksi yaitu mengobras pakaian. Kalimat tersebut berusaha menerangkan tentang kegiatan yang dilakukannya selama liburan di Jakarta yaitu membantu kakak mengobras pakaian. dilihat dari aspek kompetensi bahan kajian sebanyak 81 kalimat atau 50.62 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan kompetensi bahan kajian sebanyak 79 atau 49.38 %. 5.Keterkaitan bahan ajar dengan seperangkat kompetensi lintas kurikulum dan mata pelajaran. Bahan ajar dalam proses pembelajaran berfungsi untuk kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2004: 81) yang menyatakan bahwa Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui belajar secara berkesinambungan. dilihat dari aspek fungsi bahan ajar dengan tujuan pendidikan nasional sebanyak 81 kalimat atau 50.62 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebanyak 79 atau 49.38 %. 6.Keterkaitan bahan ajar dengan standar kompetensi lulusan. Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran berfungsi untuk mencapai kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi yang mengemukakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan dan harus dicapai peserta ddik sebagai hasil belajar dalam setiap satuan pendidikan. dilihat dari aspek standar kompetensi lulusan sebanyak 98 kalimat atau 50.62 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi standar kompetensi lulusan sebanyak 62 atau 49.38 %. 7.Keterkaitan bahan ajar dengan kompetensi bahan kajian. Bahan ajar harus mempunyai keterkaitan dengan kompetensi bahan kajian. Keterkaitan bahan ajar dengan kompetensi bahan kajian dalam penelitian ini adalah adanya keterkaitan kajian bahan ajar yang lain terhadap kajian pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu keterkaitan antara pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan kesepuluh mata pelajaran tersebut. dilihat dari aspek kompetensi bahan kajian sebanyak 81 kalimat atau 50.62 %. Sedangkan yang tidak sesuai dengan kompetensi bahan kajian sebanyak 79 atau 49.38 %. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindak tutur siswa SMA Negeri 2 Ciamis dapat dijadikan bahan ajar berbicara menceritakan pengalaman. Hal ini dikarenakan terdapat kesesuaian tindak tutur dengan kriteria bahan ajar dalam pembelajaran menulis sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004: 73) bahwa : Bahan ajar harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik, keterkaitan antara fungsi dan tujuan pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan, dan standar isi diwujudkan ke dalam bahan kajian, seperangkat kompetensi lintas kurikulum dan mata pelajaran. Dengan demikian maka tindak tutur siswa SMA berdasarkan hasil kajian pragmatik dapat dijadikan sebagai bahan ajar mengingat tindak tutur dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan serta untuk berinteraksi dengan orang lain. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tindak tutur dalam bercerita siswa kelas X IPA 6 SMA Negeri 2 Ciamis dapat disimpulkan sebagai berikut : 338 J u r n a l D I K S A T R A S I A

1. Bentuk tindak tutur lokusi dalam kegiatan berbicara diketahui bahwa sebagian besar tindak tutur yang digunakan adalah tindak tutur lokusi yaitu sebanyak 102 atau 63.75 % dari seluruh kalimat yang dianalisis. 2. Bentuk tindak tutur ilokusi dalam kegiatan berbicara diketahui bahwa bentuk tindak tutur ilokusi sebanyak 46 atau 28,75 % dari seluruh kalimat yang dianalisis. 3. Bentuk tindak tutur perlokusi dalam kegiatan berbicara diketahui bahwa bentuk tindak tutur perlokusi sebanyak 12 atau 7,50 % dari seluruh kalimat yang dianalisis. 4. Tindak tutur dalam kegiatan berbicara dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran berbicara di kelas X IPA 6 SMA Negeri 2 Ciamis jika guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang bahan ajar yang akan digunakan serta guru menguasai bahan pengajaran di samping teknik pembelajaran yang digunakan. Analisis pragmatik dalam kegiatan berbicara sebagai bahan pembelajaran akan bermanfaat bagi siswa apabila siswa mampu berbicara dengan baik. keterampilan guru dalam memilih dan menyajikan bahan ajar akan menunjang terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. 5. Tindak tutur dalam kegiatan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 2 Ciamis dapat dijadikan sebagai bahan ajar mengingat tindak tutur dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan serta untuk berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Guru hendaknya melakukan analisis pragmatik terhadap kegiatan berbicara lain bukan hanya kegiatan berbicara siswa, sebagai salah satu bahan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah sehingga dapat menambah pengetahuan siswa mengenai perkembangan pemakaian bahasa Indonesia dalam ranah berbicara. 2. Siswa sebaiknya dapat memanfaatkan berbagai wacana baik media televisi maupun media cetak untuk menambah wawasan mengenai perkembangan bahasa. 3. Sebaiknya ada peneliti lain yang melakukan penelitian lebih lanjut permasalahan ini sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan hasil penelitian ini. TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA DAFTAR PUSTAKA Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Jakarta: Refika Aditama. Moeliono, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nadar, Fransiscus Xaverius. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press Tarigan, Henry. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. 339 J u r n a l D I K S A T R A S I A