BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Kamus Besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

NASKAH PUBLIKASI. Derajat Sarjana S-1 Program Studi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : YULITA PRALISTI A54B111011

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi kegiatan belajar secara efektif pada diri siswa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Skinner dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 47) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar merupakan tahap perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Gagne dalam Selameto (2003: 33) mendefinisikan belajar merupakan suatu proses yang terorganisasi sehingga menjadi perubahan tingkah laku pembelajar akibat pengalaman. Menurut teori belajar kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan belajar adalah suatu kegiatan yang terjadi di dalam

7 lingkungan demi menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. B. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan belajar. Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian aktivitas belajar diantaranya, menurut Poerwadarminta (2003: 23) aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan belajar, Rousseau dalam Hidayah (2006:14) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi. Sardiman dalam Juliantara (2010: 121) pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Sudjana dalam Juliantara (2010:142) kegiatan belajar/ aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, siswa yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons siswa.

8 Belajar bukanlah proses dalam kehampaan.tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. C. Hasil Belajar Dalam kegiatan belajar, banyak orang menganggap bahwa hasil belajar adalah suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari peroses belajar yang telah dilakukan oleh seseorang. Hasil belajar tersebut bisa dilihat dengan adanya perubahanperubahan baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar (Sujana dalam Kunandar (2010 :276). Belajar merupakan proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuan, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tersebut tidak memberikan kesempatan

9 pada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. D. Pengertian Cooperative Learning Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Sedangkan Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya Lie (2008:7) menyatakan bahwa suasana belajar cooperative menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Pembelajaran cooperative merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 15), cooperative adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa

10 lebih bergairah dalam belajar. Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni (2010: 17), Cooperative Learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Jadi Cooperative Learning adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat bekerjasama untuk memperoleh kemampuan yang maksimal. E. Pengertian Tipe STAD ( Student Team Achevemt Division ) Tipe STAD ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe Cooprative yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar Cooprative tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 2010: 158). Menurut Slavin (2010: 144) menyatakan bahwa pada STAD siswa dalam satu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembel;ajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau

11 melakukan diskusi, setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah salah satu tipe pembelajaran Cooprative yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika. F. Langkah-langkah Pembelajaran Cooprative Learning Tipe STAD Langkah-langkah pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu : 1) Presentasi Kelas Guru terlebih dahulu menyajikan materi dalam kelas, bisa juga memasukkan presentasi audiovisual 2) Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang dibetuk berdasarkan prestasi, jenis kelamin, ras dan etnis. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. 3) Kuis Guru memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu. 4) Skor kemajuan individual

12 Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan skor awal. 5) Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. G. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe STAD Kelebihan dari model Cooperative Learning Tipe STAD yaitu (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti. (http//hendygoblog.blogspot.com/2012/02/10perbandingan-penerapanpembelajaran.html). Kekurangan dari model Cooperative Learning Tipe STAD yaitu (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada temantemannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran Cooprative tipe STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu

13 (http//hendygoblog.blogspot.com/2012/02/10perbandingan-penerapan pembelajaran.html). H. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model SATAD Langkah-langkah pembelajaran Model Cooperative Learning Tipe STAD adalah sebagai berikut: 1) Persiapan pembelajaran a) Materi Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, dan lembar jawaban dari kegiatan tersebut. b) Membagi siswa dalam Kelompok Membagi siswa dalam kelompok berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang. c) Menentukan skor dasar Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD. Selain itu, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat digunakan sebagai skor dasar.

14 2) Penyajian materi Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk bercooprative, menggali pengetahuan prasyarat, dan sebagainya. 3) Kegiatan belajar kelompok Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan. 4) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan. 5) Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

15 Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. 6) Pemeriksaan hasil tes Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok. 7) Penghargaan kelompok Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor dasar dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin (1995) sebagai berikut : Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 5 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin Pemberian penghargaan kelompok yang memperoleh poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

16 N = Jumlah total perkembangan anggota Jumlah anggota kelompok yang ada Berdasarkan poin perkambangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan penghargaan yang diberikan yaitu : 1. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, sebagai kelompok baik 2. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, sebagai kelompok hebat 3. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, sebagai kelompok super. (Slavin dalam Isjoni, 2012) I. Pembelajaran IPS SD Arends (Suwarjo, 2008) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Eggen dkk (Aziz Wahab, 2007) menyebutkan bahwa sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai sebuah bentuk cetak biru untuk mengajar. Guru disamakan dengan pelaksana bangunan, dan jika seseorang pelaksana bangunan bertanggung jawab terhadap struktur maka guru bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap pencapaian tujuan pelajaran.

17 Metode dan Model pembelajaran yang inovatif dan dapat diterapkan di dalam pembelajaran IPS antara lain (Hidayati:2007) : a. Metode Inquiry; b. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving; c. Model Pembelajaran Contectual Teaching and Learning (CTL) ; d. Model Pembelajaran Cooperative Learning ; e. Metode Demonstrasi; f. Metode Karyawisata; g. Metode Role Playing; h. Metode Simulasi. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Seorang guru dapat saja memilih dari berbagai strategi mengajar yang ada. Pemilihan itu tentu didasarkan pada bentuk-bentuk tujuan yang hendak dicapai. Ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. 1. Pengertian IPS SD Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan

18 (Sumantri. 2001: 89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai Social Science Education dan Social Studies. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam Peraturan Menteri No.22 tahun 2006 tentang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Sedangkan menurut Kurikulum 2006, Ilmu Pengetahuan sosial sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan (http://megaziza.web.id.jam 08.40/06me2011). IPS merupakan ilmu yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan yang berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk tujuan

19 pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi (Barr, Barth, Shermis, 1997 dalam Sapriya, 2007 : 12). Deobold B. Van Dalen mengemukakan bahwa ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku manusia. Sedangkan tingkah laku manusia di masyarakat itu banyak aspeknya, seperti aspek ekonomi, aspek sikap mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah bidang studi yang menelaah dan menganalisis gejala, isu sosial, dan masalah sosial dimasyarakat berdasarkan Fakta, konsep, dan generalisasi yang terdiri atas dua kajian pokok yaitu pengetahuan sosial (antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara) dan sejarah (perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. 2. Tujuan Pembelajaran IPS SD Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Peraturan Menteri No.22 tahun 2006 tentang standar isi). 1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampun dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial). 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dam kemanusiaan.

20 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,maupun global. J. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut : Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 6 Metro Pusat Kota Metro