BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan pengendalian dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama. dengan profesinya lainnya, mempunyai peran yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang akuntan publik harus memperhatikan kualitas auditnya.

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Otonomi Daerah sesuai dengan aturan Undangundang. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sorotan. Media massa terutama surat kabar hampir tiap hari menampilkan kasuskasus

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul dan Syam (2012: 108) menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik adalah pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. Pengawasan dilakukan oleh masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan pengendalian dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin kebijakan dilakukan secara benar agar tujuan organisasi tercapai. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen dan memiliki kompetensi untuk memeriksa kinerja pemerintah apakah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Salah satu pihak yang melakukan pemeriksaan atas kinerja pemerintah provinsi adalah Inspektorat Provinsi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah pada Bab III pasal 5 menjelaskan bahwa Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 yang mengatur tentang peran dan fungsi Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota, Inspektorat provinsi bertanggung jawab kepada gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah provinsi. Dalam pasal 1

empat peraturan tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota mempunyai fungsi yaitu sebagai: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Pada Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2008 yang mengatur tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Derah Provinsi Sumatera Barat diumumkan bahwa tugas dan fungsi pokok Inspektorat Provinsi Sumatera Barat adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota, dan pelaksanaan urusan pemerintahaan di daerah kabupaten/kota. Menurut Falah (2005) inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Tujuan penyelenggaraan pengawasan Inspektorat Provinsi Sumatera Barat dalam Peraturan Gubernur No. 82 Tahun 2014 adalah meningkatnya sistem pengawasan dan pengendalian intern yang efektif dengan melibatkan peran serta SKPD dan masyarakat untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan terwujudnya sistem pengawasan dan pengendalian intern yang efektif dan mampu mendeteksi secara dini gejala penyimpangan. 2

Keberhasilan inspektorat menjalankan tugasnya sebagai auditor internal pemerintah provinsi akan tergantung bagaimana inspektorat dapat meningkatkan kualitas auditnya. Kualitas audit menurut De Angelo (1981:186) adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 adalah auditor yang melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak lanjut audit, serta konsistensi laporan audit. Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat ditindaklanjuti oleh auditee. Kualitas ini harus dibangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi. Untuk menyelesaikan temuan, auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat memberikan saran. Saran tersebut yang akan ditindaklanjuti oleh auditee. Sehingga kualitas audit adalah seberapa banyak auditee dapat melaksanakan saran yang diberikan oleh auditor. Semakin banyak saran yang dapat ditindaklanjuti oleh auditee maka semakin baik pula kualitas audit Inspektorat Provinsi Sumatera Barat. Dalam laporan kegiatan pengawasan inspektorat pada tahun 2010 inspektorat Provinsi Sumatera Barat melaporkan 844 temuan dengan memberikan 1622 rekomendasi. Dari rekomendasi tersebut, yang ditindaklanjuti sebanyak 580 rekomendasi. Kemudian pada tahun 2011, ditemukan 1091 temuan dengan 2134 3

rekomendasi. Dari rekomendasi tersebut yang sudah ditindaklanjuti sebanyak 623 rekomendasi. Pada tahun 2012, inspektorat menemukan 830 temuan dengan memberikan 1699 rekomendasi yang telah ditindaklanjuti sebanyak 828 rekomendasi. Pada tahun 2013, inspektorat melaporkan 1016 temuan dengan memberikan 2259 rekomendasi yang telah ditindaklanjuti oleh satuan kerja terkait sebanyak 1643 rekomendasi. Pada tahun 2014, inspektorat melaporkan temuan sebanyak 986 temuan dengan 2213 rekomendasi. Dari temuan tersebut, baru 1991 rekomendasi inspektorat yang telah selesai ditindaklanjuti oleh SKPD terkait, 152 rekomendasi masih dalam proses tindak lanjut, dan 71 rekomendasi belum dilakukan tindak lanjut. Pada tahun 2015, inspektorat menemukan 818 temuan dengan 1797 rekomendasi. Dari hasil pemeriksaan tersebut, 1499 rekomendasi telah ditindaklanjuti, 67 rekomendasi dalam proses tindak lanjut, dan 231 rekomendasi belum ditindaklanjuti oleh SKPD terkait. Sampai bulan Agustus tahun 2016, inspektorat telah menemukan 819 temuan dengan 1829 rekomendasi. Dari temuan tersebut, 496 rekomendasi telah ditindaklanjuti, 84 rekomendasi sedang dalam proses tindak lanjut, dan sisanya sebanyak 1249 rekomendasi belum ditindaklanjuti oleh SKPD terkait. Pada Tahun 2009 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mendapat penilaian opini disclaimer dari BPK RI. Hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan audit oleh auditor internal sektor pemerintahan masih belum baik. Kemudian LKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2010 dan 2011 mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan untuk pertama kalinya LKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2012 mendapatkan 4

opini Wajar Tanpa Pengecualian. BPK RI secara berturut -turut memberikan opini WTP untuk LKPD Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013, 2014, dan 2015. Pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan oleh BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tidak dapat menjamin bahwa tidak terjadi penyimpangan atau korupsi karena opini tersebut diberikan untuk mengetahui apakah Laporan Keuangan yang disajikan oleh Pemerintah Daerah sudah sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) atau belum. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Azis mengatakan pihaknya akan mengevaluasi pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sebab, masih terdapat oknum yang korupsi di pemerintah daerah atau instansi yang mendapat opini WTP (BPK RI, 2014). Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI terhadap LKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2014, BPK masih menemukan sepuluh permasalahan mengenai kelemahan sistem pengendalian internal Provinsi Sumatera Barat yaitu Data Peserta Asuransi Kesehatan Sumbar Sakato TA. 2014 tidak valid dan akurat, dana Kompensasi PT Rajawali Corp belum memberikan manfaat bagi Pengembangan Komunitas Masyarakat Sumatera Barat, penatausahaan barang habis pakai pada Dinas Prasarana Jalan dan Tata Ruang RSUD Solok tidak tertib, mekanisme penyaluran dana hibah dan bantuan keuangan yang efektif belum ditetapkan dengan peraturan gubernur, pemerintah Provinsi Sumatera Barat belum menetapkan kebijakan perlakuan atas daerah irigasi dan ruas jalan yang bukan menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya, struktur dan tarif pemungutan retribusi Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah 5

Regional Provinsi Sumatera Barat Belum Diatur dengan Peraturan Daerah, pemerintah Provinsi Sumatera Barat belum menetapkan kebijakan perlakuan atas jalan, jembatan, dan daerah irigasi yang bukan menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya, dan pengelolaan hibah penjaminan keberlangsungan pendidikan siswa SMA/SMK/MA dari keluarga kurang mampu TA. 2014, pemanfaatan sebagian aset tanah milik Provinsi Sumatera Barat belum sesuai dengan Keputusan Menteri PU, dan penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor belum berdasarkan data yang telah diverifikasi. Atas temuan tersebut BPK memberikan tujuh belas rekomendasi. Selain itu BPK juga menemukan lima temuan terkait ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan mengenai pelaksanaan hasil RUPS dan RUPS LB PT. Andalas Rekasindo Pratama berpotensi mengurangi nilai investasi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Pertanggungjawaban penginapan pada kegiatan evaluasi faktual proposal bantuan dana hibah dan bansos tahun 2014 di Dinas Pendidikan tidak didukung bukti yang lengkap dan sah, Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Prasjal Tarkim tidak menyetorkan seluruh penerimaan ke kas daerah secara bruto, UPTD DPKD belum menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah atas pemanfaatan air permukaan TA. 2014 sesuai dengan Perda, dan terdapat kelebihan pembayaran atas pekerjaan peningkatan Jalan Simpang Padang Aro Lubuk Malako. Atas temuan tersebut BPK memberikan delapan rekomendasi. Kemudian dalam LHP BPK RI terhadap LKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 menemukan lima temuan atas sistem pengendalian intern yaitu mengenai pengendalian internal atas barang persediaan pada Dinas Prasarana 6

Jalan dan Tata Ruang dan Pemukiman, RSAM Bukittinggi, RSUD Solok dan RSUD Pariaman belum memadai, pengeolaan klaim pelayanan jaminan kesehatan belum memadai, penatausahaan dan pengamanan aset tetap dan aset lainnya belum memadai, aset tetap tanah dan bangunan eks. Sekolah China minimal seluas 5.847 m 2 dikuasai pihak ketiga tanpa perjanjian, dan pengendalian intern pendapatan parkir pada RSUD Solok dan RSUD Pariaman belum memadai. Atas pokok- pokok kelemahan tersebut BPK memberikan tiga belas rekomendasi. BPK juga menemukan tujuh temuan pemeriksaan menyangkut kepatuhan terhadap aturan perundang-undangan diantaranya kelebihan pembayaran belanja pegawai bagi PNS yang sedang tugas belajar, kelebihan pembayaran belanja perjalanan dinas, Pemprov. Sumbar kurang menerima pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, pemanfaatan tanah dan ruangan komplek kantor gubernur belum sepenuhnya mempedomani ketentuan pengelolaan barang milik daerah, Kemudian tukar menukar aset tetap tanah pemprov Sumatera Barat dengan PT BNI yang belum selesai, penganggaran belanja hibah barang peningkatan koleksi Perpustakaan Tan Malaka dan Perpustakaan Hamka tidak sesuai ketentuan dan laporan penggunaan dana hibah belum seluruhnya diserahkan, dan pelaksaan pekerjaan tiang pancang pada kontrak pekerjaan pembangunan Stadium Utama Sumatera Barat tidak memedomani ketentuan. Atas tujuh temuan tersebut BPK memberikan lima belas rekomendasi. Dengan banyaknya temuan hasil pemeriksaan yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat, akan tetapi ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan 7

(BPK) menandakan bahwa kualitas audit Inspektorat Provinsi Sumatera Barat masih belum baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa Parasayu (2014), ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yaitu, (1) objektivitas, bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak- pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya, (2) kompetensi, keahlian seorang auditor meliputi pengalaman dan pendidikan, (3) pengetahuan auditor tentang audit, mengetahui secara keseluruhan proses audit dan standar audit, (4) integritas, dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip, (5) etika profesi, nilai tingkah laku atau aturan- aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu. Sebagai auditor internal pemerintahan, auditor inspektorat memiliki posisi yang rentan terhadap tekanan politik. Hal ini akan mempengaruhi independensi auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat dan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Alim dkk (2 007) dalam Precilia Prima Queena dan Abdul Rohman (2012) menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit yaitu kompetensi auditor. Auditor harus memiliki kompetensi dan pengetahuan yang baik tentang menghasilkan audit yang berkualitas. Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai audit melalui pendidikan formal atau pelatihan auditor yang diadakan oleh pemerintah. Perbedaan pengetahuan diantara auditor akan berpengaruh 8

terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan (Brown dan Stanner, 1983). Norma Kharismatuti (2012) mengemukakan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Alim dkk (2007) yang mene mukan bahwa variabel kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor internal dituntut agar dapat berlaku objektif agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Oleh karena itu auditor harus dapat menguasai bermacam bidang seperti audit, manajemen, hukum, dan lain- lain agar dapat memberikan informasi yang tepat dan objektif kepada pengambil keputusan. Auditor internal merupakan bagian yang bersifat integral dalam suatu organisasi untuk melakukan kegiatan audit berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sangat besar bagi pihak manajemen maupun pihak auditor eksternal (Ayuningtyas dan Pamudji, 2012). Objek audit yang berulang dan fasilitas yang disediakan selama melakukan audit dapat mempengaruhi objektivitas auditor sehingga tidak menghasilkan audit yang berkualitas. Fauziah (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kualitas audit dapat dipengaruhi oleh adanya time budget yang telah dibuat pada saat perencanaan. Time Budget yang terbatas dan ruang lingkup audit yang luas akan membuat ketidaksesuaian sehingga auditor mempersingkat waktu audit dan tidak dapat melakukan audit secara maksimal. Adanya time budget yang direncanakan oleh auditor yang semakin singkat dan sulit untuk dicapai maka akan membawa tingkat tekanan yang besar bagi auditor sehingga auditor akan melakukan segala perilaku yang dianggapnya dapat 9

menyelesaikan tugasnya tepat pada waktunya. Perilaku inilah yang nantinya akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan, (Suprianto, 2009: 4). Dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat Provinsi Sumatera Barat tahun 2016, auditor inspektorat diberikan waktu dua sampai 14 hari dalam melakukan audit. Tekanan waktu yang diberikan kepada auditor dapat menyebabkan stress individual yang muncul karena ketidaksesuaian ruang lingkup audit dengan waktu yang diberikan sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Berdasarkan latar belakang tersebut, kualitas audit seorang auditor dipengaruhi oleh kompetensi, independensi, objektivitas dan sensitivitas etika profesi. Penelitian ini adalah penelitian yang diambil dari beberapa gabungan penelitian sebelumnya, sebagai acuan dan pertimbangan untuk menyempurnakan apa yang akan diteliti, diantaranya; Ayu Dewi Riharna Najib (2013), Precilia Prima Queena (2012), Muhammad Taufiq Efendy (2010), Lukman Harahap (2015), Mohammad Reynaldhi Pakaya (2015) yang kemudian saya adopsi pada penelitian saya, bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independensi, kompetensi, objektivitas dan time budget pressure mempengaruhi kualitas hasil audit. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul, Pengaruh Independensi, Kompetensi, Objektivitas dan Time budget pressure Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat). 10

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh independensi auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit? 2. Bagaimana pengaruh kompetensi auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit? 3. Bagaimana pengaruh objektivitas auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit? 4. Bagaimana pengaruh time budget pressure terhadap kualitas audit? 5. Bagaimana pengaruh independensi, kompetensi, objektivitas dan time budget pressure auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit. 2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit. 3. Untuk mengetahui pengaruh objektivitas auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit. 4. Untuk mengetahui pengaruh time budget pressure terhadap kualitas audit. 11

5. Untuk mengetahui pengaruh independensi, kompetensi, objektivitas dan time budget pressure auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman penulis tentang pelajaran yang didapat selama bangku kuliah. 2. Bagi praktik pada pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kualitas audit inspektorat daerah sehingga dapat meningkatkan kualitas audit inspektorat. 3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitian-penelitian berikutnya. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, sistematika pembahasan terdiri atas lima bab. Masing-masing uraian secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut. Bab satu adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab dua berisi tentang bab tinjauan pustaka yang berisi uraian teori yang berhubungan dengan auditor internal, kualitas audit, kerangka pemikiran teoritis dan penelitian terdahulu. Landasan teori ini diambil berdasarkan literatur pendukung penelitian ini. 12

Bab tiga mencakup metode penelitian yang digunakan dalam mendukung penelitian yang meliputi metode penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan objek penelitian. Bab empat adalah hasil dan pembahasan yang menguraikan deskripsi objek penelitian serta analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh independensi, kompetensi, objektivitas dan time budget pressure auditor inspektorat Provinsi Sumatera Barat terhadap kualitas audit. Bab lima sebagai penutup yang berisikan kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan skripsi, kemudian dikemukakan beberapa implikasi dan keterbatasan dalam penelitian. 13