GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SENTRA PROMOSI DAN INFORMASI KERAJINAN KUNINGAN DI JUWANA

SPORTS CENTER DI KOTA TANGERANG

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG OLAHRAGA UNDIP - 1 -

YOUTH CENTER DI KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG OLAH RAGA DI SEMARANG BARAT

GELANGGANG REMAJA DI YOGYAKARTA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEK STADION SEPAKBOLA DI REMBANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

PUSAT KREATIVITAS ANAK DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BULUTANGKIS DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Jawa Tengah in Figures 2010 (Jawa Tengah dalam Angka 2010)

GEDUNG PUSAT KAMPUS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMING DI PATI. Diajukan Oleh : Risdiana Fatimah

GELANGGANG OLAH RAGA DIKABUPATEN KENDAL

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

GELANGGANG OLAH RAGA MAHASISWA UNDIP TEMBALANG

EXECUTIVE CLUB DI SEMARANG

SEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL PERMATA BANGSA DI SEMARANG

TAMAN RIA DI SEMARANG

CONDOMINUM DI KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT JAKARTA SELATAN Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Batang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. LP3A Teater Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KEGIATAN MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO DI TEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KOMPLEKS GEDUNG OLAHRAGA DI WONOSOBO

PUSDIKLAT BULUTANGKIS DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

REDESAIN STADION SEPAKBOLA KOTA BEKASI

PASAR INDUK CENGKARENG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan

MUSEUM ASTRONOMI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain RICHARD MEIER

BAB I PENDAHULUAN TA 29

MUSIC PARK DI JAKARTA Penekanan Desain Hi-Tech

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( Tugas Akhir Periode 96)

SEKOLAH ISLAM TERPADU AL IRSYAD DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis

PUSAT PENGEMBANGAN KESENIAN BETAWI DI SITU BABAKAN SRENGSENG SAWAH JAKARTA

APARTEMEN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WATERPARK DI PANTAI MARON SEMARANG

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PROVINSI JAWA TENGAH DI UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

UNIVERSITAS DIPONEGORO KOMPLEK OLAHRAGA KUDUS PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN TUGAS AKHIR PERIODE 131/53 APRIL SEPTEMBER 2015

AUDITORIUM UNIVERSITAS DIPONEGORO DI TEMBALANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

TERMINAL BUS KELAS A DI BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH MUSIK DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Modern

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SPORT CENTER DI PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PASAR BURUNG DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Organic

PUSAT PELATIHAN BASKET KLUB SAHABAT SEMARANG BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PLANETARIUM SEMARANG TA 118 BAB I PENDAHULUAN

RUMAH SAKIT HEWAN DI JAKARTA

AUDITORIUM UNIVERSITAS JEMBER

MASJID RAYA SUMATERA BARAT PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEPAKBOLA JAWA TENGAH DI SEMARANG

TAMAN BUDAYA SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

T U G A S A K H I R 1

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN SEPAKBOLA DI SEMARANG

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. MUSIC CENTER DI BANDUNG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Morpphosis

REDESAIN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK KLASIK DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

EXECUTIVE CLUB DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

SEKOLAH PENGEMBANGAN ANAK BERBAKAT di KAWASAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR

STADION SEPAKBOLA DI KABUPATEN PASURUAN (Sebagai Homebase Persekabpas)

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITY HOTEL DI SEMARANG

KOMPLEK STADION SEPAKBOLA DI JEPARA

YAMAHA MUSIK INDONESIA CENTER DI SEMARANG

LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Bioklimatik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

PUSAT FASILITAS REKREASI DAN OLAHRAGA DI ASINAN KAWASAN WISATA RAWAPENING

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI JAWA TENGAH

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN Tugas Akhir 126 Arsitektur Undip BAB I PENDAHULUAN

GALERI FOTOGRAFI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH TECH

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Windrayana Raditya, I Wyn ( ) Seminar Tugas Akhir KBA (Alur Desain) BAB PENDAHULUAN

Transkripsi:

P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA (PENEKANAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA STRUKTUR DAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN KARAKTER REMAJA) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TAUFIQ IRIYADI L2B 096 275 Periode 72 September 2000 Desember 2000 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sebagai generasi penerus memiliki posisi yang sangat penting dalam merencanakan masa depan bangsa. Pembinaan dan pengembangan generasi muda menjadi salah satu usaha yang utama dalam mewujudkan masa depan bangsa cerah. Sementara itu ramaja lebih banyak bergerak di luar lingkungan keluarga, karena mereka bukan lagi kanak-kanak. Mereka ingin pengalaman yang lebih luas dengan teman-teman sebaya. Kecenderungan tersebut merupakan peluang besar masuknya pengaruh negative yang menjadi sumber timbulnya masalah sosial dan kemasyarakatan oleh remaja. Beberapa tahun belakangan ini semakin marak pemberitaan tentang segi negative remaja di media cetak maupun elektronik. Instansi, akademis, LSM yang merasa prihatin sering mengadakan diskusi atau seminar dengan topik yang sama sekitar remaja dan kreatifitasnya. Para tokoh agama pun selalu menghimbau lewat dakwah agar para remaja tidak terjerumus ke jalan yang sesat yaitu seputar tawuran pelajar, seks bebas, narkoba dan minuman keras. Hal ini membuktikan adanya keresahan di kalangan masyarakat. Jumlah remaja merupakan komposisi terbesar penduduk Jakarta yaitu 31,88 % dengan peningkatan 0,99% per tahun. Dengan pertumbuhan remaja yang pesat dan peningkatan pengangguran akibat krisis ekonomi yang mengakibatkan putus sekolah, di tahun-tahun mendatang akan semakin banyak permasalahan kerawanan sosial yang pelaku dan korbannya adalah remaja. Akan tetapi tidak seluruhnya remaja melakukan kenakalan, di sisi lain minat remaja Jakarta pada bidang olahraga dan seni sangat besar dapat dilihat dari pemanfaatan ruang-ruang terbuka seperti bantaran kali, taman, jalan raya dan tanah kosong untuk bermain pada lapangan sesungguhnya membutuhkan biaya persewaan yang mahal seperti graham, sasana, hall, gedung olahraga dan komplek olahraga. Apresiasi remaja terhadap seni dibuktikan dengan seringnya diadakan pagelaran pentas, festival terutama musik yang diadakan oleh sekolah, perguruan tinggi

maupun lembaga/instansi. Hal ini untuk menyalurkan bakat, minat dan dinamika remaja yang sedang berkembang dengan kegiatan berguna. Dari jumlah prasarana olahraga menurut Dinas Pemuda dan Olahraga adalah 650 buah terdiri dari lapangan sepakbola, lapangan basket, lapangan bulutangkis, lapangan voli, kolam renang, gedung olahraga dan gedung serbaguna. Jumlah itupun belum memenuhi standar ideal ruang gerak untuk berolahraga minimal 3 m² / orang bila luas seluruh lapangan dijumlahkan. Dalam Pola Umum Pembinaan dan Pengembangan Olahraga di DKI Jakarta, 1995 untuk pembangunan prasarana olahraga diasumsikan masyarakat Jakarta berolahraga sebesar 75% dan 25% tidak berolahraga yaitu balita dan manula. Sedangkan penduduk Jakarta saat ini berjumlah 9.489.400 orang ini berarti 75% x 9.898.400 = 7.420.800 orang. Menurut perhitungan di atas kebutuhan lahan olahraga adalah 7.420.800 : 100.000 x 229.ooo m² = 16.993.632 m². (standar perencanaan kota Olympic Solidirity untuk 100.000 penduduk membutuhkan lahan berolahraga 229.000 m²). pada saat ini lahan yang telah dipergunakan untuk berolahraga baik berupa prasarana olahraga terbuka, tertutup, taman bermain dan jalan yang dimanfaatkan untuk berolahraga baru mencapai 8.000.000 m² sehingga masih dibutuhkan sekitar 16.993.632 m² - 8.000.000 m² = 8.993.632 m². kondisi ini tidak ideal mengingat keterbatasan lahan dan kepadatan penduduk. Belum adanya perencanaan program yang menyatukan visi dan misi di masing-masing gelanggang remaja menimbulkan kesan heterogen dan berjalan sesuai dengan rel berlainan. Hal itu terjadi akibat perbedaan minat remaja di setiap wilayah, di Jakarta Pusat banyak dilaksanakan pendidikan dan olahraga menonjol bola voli, di Jakarta Selatan banyak dilaksanakan pembinaan seni dan budaya, di Jakarta Utara banyak dilaksanakan festival dan pertandingan olahraga seperti PORSENI pelajar. Ketidakjelasan masa pembinaan yaitu mulai dan berakhirnya suatu pembinaan mengakibatkan pemborosan biaya dan berkurang jumlah remaja yang harus dibina. Dari hasil wawancara dengan Bapak Zaenal Arifin, Kabag. Olahraga, Biro Bina Mental DKI Jakarta mengatakan kebutuhan Gelanggang Remaja di Jakarta perlu karena yang ada saat ini tidak ada korelasi hubungan meningkat antar

gelanggang remaja yang ada saat ini menjadikan program pembinaan terputus pada tingkat kotamadya terhenti atau diambil alih oleh instansi/lembaga/klub tanpa proses administrasi ganti rugi jasa pembinaan awal. Wadah untuk kelanjutan program pembinaan belum ada, jadi kegiatan seperti PORSENI pelajar, lomba antar kotamadya, usaha pencarian bibit tidak dapat dikembangkan karena kegiatan bersifat insidentil, tidak terjadwal dan diadakan atas prakarsa satu gelanggang remaja tingkat kotamadya. Sudah banyak cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalahanpermasalahan sosiologis pada penduduk kelompok usia remaja. Salah satu cara yang telah dilaksanakan adalah pembangunan sarana pembinaan sebagai wadah penyaluran minat dan bakat serta meningkatkan kreatifitas para remaja. Sarana yang telah dibangun tersebut adalah : 1. Sarana Krida, sarana yang disediakan untuk proses pembinaan dan pengembangan kegiatan-kegiatan para remaja yang tergabung dalam wadah organisasi Karang Taruna di Tingkat Kelurahan. 2. Gelanggang Remaja tingkat Kecamatan, sarana yang disediakan untuk proses pembinaan dan pengembangan kegiatan-kegiatan para remaja yang telah berprestasi di Tingkat Kelurahan. 3. Gelanggang Remaja tingkat Kotamadya, sarana yang disediakan untuk proses pembinaan dan pengembangan kegiatan para remaja yang telah berprestasi di Tingkat Kecamatan. Wadah yang ada saat ini di Jakarta didirikan sekitar tahun 70-an atau kurang lebih 30 tahun lalu. Berarti untuk saat ini masing-masing gelanggang remaja kotamadya melayani 605.000 remaja yang sedang membutuhkan wadah untuk mengembangkan minat, bakat, dan kreatifitas. Hasil wawancara dengan Ir. Harry Wadi, Dinas Pemuda dan Olahraga, dalam Perda. No.9 tahun 1997 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemuda dan Olahraga pasal 23 menyebutkan untuk melaksanakan program pembinaan dan pengembangan anak, remaja, dan pemuda perlu pembangunan, pengadaan dan pengelolaan prasarana / sarana pemuda dan olahraga. Salah satunya adalah gelanggang remaja dengan pembangunan

bertingkat mengingat keterbatasan lahan dan harga tanah yang mahal sebisa mungkin menggunakan lahan milik Pemda. Dari uraian di atas, Kota Jakarta membutuhkan suatu wadah pemusatan kreatifitas dan aktifitas remaja untuk melengkapi fasilitas sosial dan rekreasi kota serta pendidikan formal. Pemusatan aktivitas bagi remaja yang merupakan kelanjutan program binaan dari yang ada diharapkan menghasilkan remaja yang mandiri dan berguna bagi pemerintah daerah. Juga untuk menghindari kerawanan sosial remaja terhambat akibat fasilitas yang kurang memadai dan tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas diperlukan perencanaan dan perancangan tentang gelanggang remaja yang menggunakan penekanan desain arsitektur high-tech dengan pendekatan karakter remaja. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan dari pembahasan adalah menggali, mengungkapkan dan merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Gelanggang Remaja di Jakarta agar : 1. Tercipta suatu wadah, dimana remaja dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat di luar pendidikan formal sebagai kelanjutan program dari gelanggang remaja yang sudah ada dan tidak menutup kemungkinan bagi remaja di sekitar wilayah untuk menggunakan fasilitas pada gelanggang remaja. 2. Remaja dapat berinteraksi sosial dengan sesamanya, berekreasi, dan berekreasi secara positif dan terarah dalam lingkungan terpadu antara kegiatan edukatif dan rekreatif yang nyaman. 3. Perencanaan dan besaran ruang dan lokasi yang mampu memenuhi kebutuhan remaja saat ini dan mendatang, sesuai dengan sifat remaja yang bergerak terus mengikuti perkembangan remaja Sasaran Sasaran dari pembahasan ini adalah tersusunnya konsep dasar dan landasan program perencanaan dan perancangan Gelanggang Remaja di Jakarta

1.3 Manfaat Secara Subyektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai jenjang strata S1 di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip dan sebagai bekal studio grafis. Secara Obyektif Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang akan menyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 1.4 Lingkup Pembahasan Perencanaan dan perancangan untuk Gelanggang Remaja di Jakarta ini berkaitan dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan perundang-undangan / kebijaksanaan pemerintah, meliputi bidang pendidikan, kebudayaan, kepemudaan, olahraga, serta kondisi aspek sosial dan aspek fisik. Secara fisik lingkup pembahasan pada landasan program perencanaan dan perancangan ini meliputi DKI Jakarta, yang berskala pelayanan untuk kegiatan bersifat regional tanpa mengabaikan kegiatan yang bersifat nasional. 1.5 Metode Pembahasan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam pembahasan ini adalah : A. Data Primer Adalah data yang langsung diperoleh dari sumbernya, dan pengumpulannya dilakukan dengan : 1. Observasi langsung Observasi langsung dalam pengumpulan data dengan cara melihat, mengamati, dan mencatat informasi secara langsung pada obyek yang sedang diteliti. 2. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dengan nara sumber yang dipercaya. a. Direktorat Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, Depdiknas b. Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta

c. Biro Bintal Pemerintah DKI Jakarta d. Kantor Menpora B. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dengan jalan membaca bukubuku yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Pengumpulan data sekunder ini dengan melakukan studi kepustakaan Metode Analisis Data Untuk pemecahan permasalahan dalam bahasan ini metode analisis data yang digunakan adalah : 1. Analisis Kualitatif Adalah analisis untuk menggambarkan dan menerangkan hasil pembahasan tentang berbagai masalah yang dapat diuraikan dengan kata-kata maupun diagramatis 2. Analisis Kuantitatif Adalah analisis dengan menggunakan ukuran angka-angka 1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan secara garis besar merupakan pengolahan data yang dilnjutkan dengan analisis dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang menjadi Landasan Program Perencanaan dan Perancangan. BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan. BAB II Tinjauan Umum Remaja dan Gelanggang Remaja, menguraikan pengertian gelanggang remaja, kajian teoritis tentang remaja, tinjauan tentang gelanggang remaja sebagai wadah kegiatan remaja, studi banding beserta analisis dan kesimpulan dari studi banding. BAB III Tinajauan Gelanggang Remaja di Jakarta, menguraikan tentang tinjauan terhadap Kota Jakarta, potensi dan permasalahan remaja di Jakarta, faktor penentu perencanaan gelanggang remaja, dan

konsepsi rencana kerja pola pembinaan Gelanggang Remaja di Jakarta. BAB IV Kesimpulan, Batasan dan Anggapan, menguraikan kesimpulan dari hasil analisis / pendekatan sebagai acuan untuk menentukan batasan dan anggapan yang dipakai dalam penyusunan program perencanaan dan perancangan. BAB V Pendekatan Program Perencanaan dan Perancangan, menjabarkan analisis / pendekatan program perencanaan dan perancangan berdasarkan kerangka permasalahan, batasan, dan anggapan yang ada. Pendekatan yang diperlukan antara lain, yaitu pendekatan : aspek fungsional, aspek teknis, aspek arsitektural dan diakhiri dengan pendekatan penentuan lokasi dan tapak. BAB VI Konsep dan Program Dasar Perancangan, berisi konsep dasar perancangan, faktor penentu perancangan dan program perancangan sebagai akhir dari analisis.