BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. Cet. 1,hlm 6. (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hlm ), hlm. 48.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dari persepsi siswa terhadap Bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

Standar Mahasiswa & Pengelolaan Alumni STIKES HARAPAN IBU

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas.

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tantangan atau hambatan akan muncul dan mempengaruhi suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. R. Masri, Sareb. Menulis: Meningkatkan Dan Menjual Kecerdasan Verbal Dan Linguistic Anda. (Malang: Penerbit Dioma, 2002), hlm.

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

PELAKSANAAN LAYANAN KLASIKAL BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 3 KANDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

Oleh : Sri Handayani NIM K

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pribadi unggul dan berkualitas. Pendidikan hendaknya menjamin peserta didik secara pribadi mendapatkan layanan yang dapat mengembangkan kepribadian mereka secara optimal. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari keseluruhan sistem pendidikan sebagai upaya yang memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, serta dapat mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan potensinya secara efektif dan produktif. Bimbingan dan Konseling sangat erat hubungannya dengan pendidikan yang dapat dilakukan pada lembaga pendidikan formal (sekolah/madrasah), keluarga, masyarakat, organisasi, industri, dan lain 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1.

2 sebagainya. 2 Dalam kurikulum KTSP kedudukan bimbingan dan konseling semakin kuat untuk mendorong perkembangan pribadi siswa. Dalam kebijakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, keberadaan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan formal sangatlah penting dalam membentuk siswa yang berkompeten dalam penguasaan materi dan berkarakter pribadi insan kamil, oleh karenanya tidak cukup hanya dengan kegiatan pembelajaran, dibutuhkan pula kegiatan bimbingan melalui layanan bimbingan dan konseling. Dasar pemikiran penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam satuan jalur pendidikan formal bukan semata-mata terletak adanya hukum (perundang -undangan) yang berlaku, tetapi yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek emosi, sosial, intelektual, dan moral spiritual. Sekolah sebagai instansi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan wawasan ilmu pengetahuan (kognitif) tetapi juga bertanggung jawab mengembangkan keseluruhan potensi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun layanan bimbingan dan konseling. Selama ini prestasi akademis yang menjadi tolak ukur keberhasilan belajar siswa menyebabkan evaluasi belajar hanya mengacu pada pencapaian standar hasil belajar pada setiap mata pelajaran, sedangkan aspek kreativitas, tanggung jawab, komitmen, emosi dan spiritual siswa tidak memperoleh 2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 1.

3 perhatian. Oleh karena itu keberadaan layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan yaitu mengantarkan peserta didik mencapai perkembangan yang optimal. Peran guru BK tentu tidak hanya sebatas membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya, tetapi juga membantu mengembangkan kualitas pribadi siswa agar mampu berkembang secara optimal. Karena siswa merupakan individu yang sedang berkembang menuju dewasa, maka guru BK hendaknya mampu memberikan layanan yang mengarah kepada keberhasilan perkembangan siswa baik dari aspek intelektual, emosi, spiritual, dan sosial. Perkembangan emosi siswa sekolah menengah belum sepenuhnya stabil karena mereka baru menuju pada perkembangan selanjutnya, yaitu tahap usia dewasa. Pada usia sekolah, siswa mulai belajar mengenai bagaimana cara mengendalikan dan mengontrol emosinya. Emosi-emosi yang dialami siswa pada usia sekolah ini diantaranya adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan. 3 Emosi pada dasarnya mempengaruhi tindakan seseorang, rencana seketika untuk mengatasi masalah. Jika emosi tidak dapat dikendalikan dan dikelola dengan baik, maka siswa akan mengalami kesulitan emosional. Jika itu terjadi secara terus-menerus maka akan merugikan kemampuan intelektual siswa, sehingga akan melumpuhkan kemampuan 3 Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 181

4 belajarnya. 4 Siswa yang memiliki masalah emosi akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul, dan kurang mampu mengendalikan emosinya. Kecerdasan Emosional (EQ) mempengaruhi keterampilan - keterampilan yang dimilikinya termasuk keterampilan intelektual. 5 artinya, Kecerdasan Intelektual (IQ) bukan sepenuhnya faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam mencapai prestasi belajar maupun kesuksesan dalam hidupnya. Akan tetapi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan hidup termasuk keberhasilan secara akademis seseorang adalah EQ. Kecerdasan emosional dipandang perlu untuk semua orang, begitu juga untuk siswa berbakat yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Kecerdasan emosional sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan keberhasilan masa depan seseorang. Idealnya siswa yang memiliki IQ tinggi akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi pula. Akan tetapi anggapan itu tidak sepenuhnya benar, seperti yang penulis temukan dilapangan, kondisi kecerdasan emosional siswa berbakat yang masuk dalam kelas akselerasi tergolong rendah. Siswa berbakat dengan segenap kelebihannya juga memiliki kekurangan, mereka sama seperti siswa biasa lainnya yang memiliki masalah baik dalam hubungan sosial maupun dalam masa 4 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 36. 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 89.

5 perkembangannya. Seperti berikut yang di ungkapkan Ibu Ruki Herawati, S.Psi selaku guru BK siswa berbakat siswa berbakat adalah siswa yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata sehingga mereka lebih cepat dalam menyerap pelajaran, akan tetapi siwa berbakat juga mengalami masalah seperti siswa lainnya. Masalah yang banyak dialami siswa berbakat adalah masalah emosi, mereka belum sepenuhnya bisa mengelola dan mengontrol emosinya dengan baik, seperti mudah tersinggung. Berdasarkan hasil analisis IKMS (identifikasi kebutuhan dan masalah siswa) di dapatkan bahwa siswa berbakat merasa kesulitan dalam membina hubungan sosial dengan siswa reguler lainnya, hal itu disebabkan padatnya kegiatan dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan sehingga tidak punya banyak waktu untuk bergaul dengan mereka. MTs Negeri Sumber Bungur merupakan lembaga Pendidikan formal dibawah naungan pondok pesantren yang terletak di Pakong- Pamekasan. MTs ini adalah salah satu madrasah yang menyelenggarakan program kelas akselerasi bagi siswa cerdas dan berbakat. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Untuk menjalankan amanat Undang-Undang tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar bagi siswa SD, SMP dan SMA yang cerdas dan berbakat istimewa. 6 Selain itu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Nasional 6 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem Pendidikan

6 Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 134 ayat 2 mengamanatkan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa bertujuan mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik, dan kecerdasan lain. 7 Madrasah yang merupakan jenjang pendidikan di bawah naungan Kementrian Agama RI, juga menyelenggarakan program akselerasi untuk peserta didik cerdas istimewa. Anak berbakat adalah individu yang sudah diidentifikasi oleh orang professional sebagai anak yang berbakat, tentunya dengan beberapa karakteristik dan persyaratan tertentu. Menurut Renzulli kriteria keberbakatan ialah adanya kemampuan umum di atas rata-rata, kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitmen). 8 Definisi keberbakatan dari Renzulli, mengandung arti bahwa intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya tolak ukur siswa brbakat, akan tetapi ketiga kriteria tersebut saling berkaitan, yaitu antara intelegensi, kreativitas dan komitmen pada tugas. Di MTs Negeri Sumber Bungur program bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan. Untuk mengimbangi potensi kognitifnya, guru BK mempunyai peran penting dalam meningkatkan kemampuan emosional 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 pasal 134 ayat 2 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 8 Utami Munandar, cet. Ke-2, Pokok-Pokok Masalah Identifikasi Anak Berbakat Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. 26

7 siswa berbakat. Madrasah sebagai lembaga pendidikan berbasis agama bertanggung jawab dalam membentuk karakter siswa. MTs Negeri Sumber Bungur dikenal sangat kental dengan pendidikan agamanya karena berdiri dibawah naungan yayasan pondok pesantren, sehingga nilai-nilai akhlakul karimah selalu tercermin dalam perilaku sehari-hari siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan utama yaitu : 1. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan? 2. Bagaimana peran guru BK dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan 2. Untuk mengetahui peran guru BK dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

8 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan D. Kegunaan Penelitia Sebagai aktifitas akademis, penelitian ini jelas mempunyai manfaat, baik bagi peneliti sendiri maupun bagi lembaga pendidikan. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait, yaitu: a. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang keberbakatan anak serta pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebagai upaya membantu siswa berbakat dalam membina kecerdasan emosionalnya. b. Manfaat bagi fakultas Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan koleksi bacaan tentang Bimbingan dan Konseling. c. Manfaat bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa berbakat yang dapat membantu meningkatkan kecerdasan emosional mereka.

9 E. Penelitian Terdahulu Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan peneliti sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak terjadi pengulangan. Kajian tentang bimbingan dan konseling serta peran guru BK dalam pembinaan EQ siswa telah banyak dilakukan baik oleh pakar pendidikan, hingga praktisi pendidikan itu sendiri. Untuk lebih memperjelas tentang alur penelitian, berikut ini merupakan ilustrasi dari beberapa peneliti yang ada korelasinya dengan tema penelitian skripsi ini yaitu : 1. Penelitian dilakukan oleh saudara Syaeful Qomar yang berjudul Implementasi Program Bimbingan Konseling Islami Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Dan Implikasinya Terhadap Manajemen Madrasah (Studi Kasus Di Kelas V Mi Negeri Jetis Sukoharjo Tahun 2012-2013). 2. Skripsi saudara Eny Ulfatur Rohmah dengan judul Peran Guru Dalam Pembinaan ESQ ( Emotional Spiritual Quotient) Siswa Di Madrasah Aliyah Muallimin Muallimat Rembang 3. Skripsi saudara Rokhatul Usriyah yang berjudul Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan Kecerdasan Emosional Siswa di SMAN I Welahan Jepara. 4. Skripsi yang ditulis oleh Adita Pramanasari dengan judul Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Membina Kecerdasan Emosional Dan

10 Spiritual Siswa Berkebutuhan Khusus di SMP PGRI Kasihan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di sekolah inklusi yang berfokus pada pembinaan kecerdasan emosional dan spiritual siswa yang mengalami kebutuhan khusus seperti autis, tuna rungu, dan lainnya. Terdapat persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu menguraikan tentang implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan emosi siswa berkebutuhan khusus. Selain itu jenis penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan sama yaitu jenis penelitian kualitatif. Namun, terdapat perbedaan yang mendasar yaitu subyek penelitian ini adalah siswa anak berkebutuhan khusus yang mempunyai kekurangan, seperti tuna rungu, autis dan kekurangan lainnya. Sedangkan subyek penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai kelebihan yaitu anak berbakat. Variabel dependennya dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan spiritual, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah kecerdasan emosional saja. Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan penulis teliti belum pernah dilakukan sebelumya yaitu tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam dalam membina kecerdasan emosional Siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan. Penelitian ini adalah melihat dan mendeskripsikan mengenai keadaan kecerdasan emosional siswa berbakat serta peran guru BK dalam membantu meningkatkan kecerdasan emosionalnya.

11 F. Definisi Operasional 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. 9 Sedangkan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan masyarakat. 10 Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara individu maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku. 11 2. Pengertian kecerdasan emosioal (EQ) Kecerdasan: perihal cerdas, kesempurnaan pengembangan akal budi pekerti serta kepandaian dan ketajaman pikiran. 12 9 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 4 10 Anas Salahudin. Bimbingan dan konseling. ( Bandung: Pustaka Setia, 2010 ), hal. 16 11 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 1 12 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 164.

12 Kecerdasan emosional, kepiawaian, kepandaian dan ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain di sekitar mereka dengan menggunakan seluruh potensi psikologis yang dimiliki secara inisiatif, empati, adaptasi, komunikasi, kerja sama, dan kemampuan persuasif yang secara keseluruhan telah mempribadikan pada diri seseorang. Kecerdasan emosi adalah seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap berpikir jernih, berempati dan optimis. 13 3. Pengertian anak berbakat Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak-anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan tersebut secara potensial atau yang telah nyata meliputi: Kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga). 14 G. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh kemudahan dalam penyusunan skripsi maka penulis membuat sistematika pembahasan. Adapun rancangan sistematika 13 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (New York: Bantam Books, 1996), hal. 76 14 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal. 23

13 pembahasan dalam penyusunan skripsi ini dibagi menjadi empat bab dan tiap bab terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok bahasan dari bab yang bersangkutan dengan penjabaran sebagai berikut: Bab Pertama : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua : Merupakan kajian pustaka mengenai a). bimbingan dan konseling, b) kecerdasan emosional, dan c) tinjauan tentang anak berbakat. Bab ketiga Bab keempat : metode penelitian : hasil penelitian dan Analisis Data, Bab ini berisi tentang: A. Gambaran umum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan yang mencakup: sejarah singkat berdirinya MTs Negeri Sumber Bungur, Profil Sekolah, visi dan misi, keadaaan siswa, keadaan guru dan karyawan, mekanisme kerja BK, struktur organisasi BK, program kerja BK B. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan yang meliputi: 1. Profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

14 2. Peran guru bimbingan dan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan 3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan C. Analisis data 1. Profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan 2. Peran guru bimbingan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan 3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan Bab 5 Penutup mencakup kesimpulan dan saran