BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN (Study Kasus Di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan tanah memiliki ikatan yang erat dimana tanah

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. dan jalan-jalan. Penggunaan tanah yang luas adalah untuk sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

ABSTRAKSI SKRIPSI PELAKSANAAN LANDREFORM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah. Tanah sangat penting bagi manusia sebagi tempat

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 DI KECAMATAN SOYO JAYA KABUPATEN MOROWALI (Studi Kasus di Desa Bau)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

BAB III SEWA MENYEWA TANAH PERTANIAN DALAM KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA DAN PERATURAN LAINNYA YANG BERLAKU DI INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1960 (2/1960) Tanggal: 7 JANUARI 1960 (JAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sangat memerlukan tanah pertanian. Dalam perkembangan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. astronomi ibukota Kecamatan Sewon terletak pada 7 O Bujur Timur dan. : Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting

KEBIJAKAN DAN PERMASALAHAN PENYEDIAAN TANAH MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. pembangunan yang berkesinambungan dalam kehidupan masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

TAHUN 2016/2017 MATA KULIAH HUKUM AGRARIA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan serta pedoman pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada dasarnya berorientasi dengan kemajuan dalam segala aspek kehidupan yang terdapat dikehidupan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan nasional ialah dengan cara memperkokoh ketahanan pangan yaitu melalui sektor pertanian. Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Para petani biasanya memiliki lahan berupa sawah ataupun ladang sebagai tempat untuk mengolah berbagai macam tanaman yang menjadi bahan pokok seperti padi, jagung, gandum, dan sebagainya. Dalam penerapannya pengolahan sawah biasanya terjadi semacam perjanjian tentang bagi hasil tanah pertanian antara pemilik tanah dengan penggarap sebagai buruh tani. Hubungan antara manusia dengan tanah sangat erat sekali, sehingga dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum, sosial dan ekonomi serta kebudayaan. Dalam kehidupan sehari-hari tanah juga 1

2 dapat menimbulkan masalah, menimbulkan sengketa yang dapat berlarut-larut dan sengketa tanah juga dapat menimbulkan gangguan ketenangan dan ketertiban masyarakat, apabila tidak ditangani secara sungguh-sungguh, secara terencana dan berkesinambungan. Secara geografis desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah merupakan satu dari 10 (sepuluh) desa di kecamatan Tawangmangu yang mempunyai jarak 23 Km dari kota kabupaten, 0,5 Km dari Kecamatan Tawangmangu. Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Secara geografis desa Kalisoro berbatasan Timur dengan Kelurahan Blumbang, sebelah selatan dengan Kecamatan Jatiyoso, sebelah utara dengan Desa Tengklik, sebelah barat dengan Kelurahan Tawangmangu. Luas Wilayah administratif 1.057.615 Ha. Desa Tawangmangu letak topografis dataran tinggi. Tanah merupakan tempat pemukiman umat manusia, di samping sebagai sumber penghidupan bagi mereka yang mencari nafkah melalui usaha tani. Oleh sebab itu, tanah merupakan kebutuhan umat manusia. Nilai ekonomis tanah yang terus meningkat setiap saat menyebabkan seringnya terjadi masalah tanah. Salah satu diantara masalah pertanahan yang dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat adalah persoalan bagi hasil atas tanah pertanian yang tidak seimbang. Tanah merupakan aset negara yang sangat penting. Mengingat bahwa meningkatnya kebutuhan akan tanah, yang merupakan kekayaan nasional lebih efisiensi serta dapat diarahkan supaya tercapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Banyaknya permasalahan-permasalahan di bidang pertanahan yang timbul

3 pada saat ini disebabkan karena tidak dilaksanakannya peraturan-peraturan di bidang pertanahan tersebut sebagaimana mestinya. Kebijakan pertanian dalam peraturan perundang-undangan diatur melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria (UUPA). Di lihat dari isi, konsepsi dan tujuan dibentuknya UUPA sangatlah bersifat merakyat. Karena kebijakan pelaksanaan UUPA dipusatkan pada pelayanan bagi masyarakat, terutama bagi golongan petani yang merupakan bagian terbesar dari corak kehidupan rakyat Indonesia. Salah satu prinsip dasar dari hukum agraria nasional (UUPA) yaitu landeform atau agraria reform. Jaya (1989: 19) memberikan pengertian landreform yaitu: Kata land yang berarti tanah dan reform yang berarti perubahan dasar atau perombakan untuk membentuk atau membangun atau menata kembali struktur pertanian lama dan pembangunan struktur pertanian lama menuju struktur pertanian baru. Prinsip tersebut dalam ketentuan UUPA diatur dalam pasal10 ayat (1) dan (2) yang memuat suatu asas yaitu, bahwa Tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemiliknya sendiri yang dalam pelaksanaannya diatur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan perjanjian bagi hasil tanah pertanian haruslah didasarkan pada ketentuan yang tercantum dalam UUPA. Pemilik tanah harus memiliki kepercayaan kepada penggarap tanah demi kelancaran kerjasama tersebut. Selain memiliki rasa percaya, juga harus memiliki rasa toleransi diantara keduanya. Memang toleransi tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya dalam suatu pekerjaan. Dengan adanya landasan toleransi dan saling percaya akan memperlancar kelangsungan kerjasama

4 dalam perjanjian bagi hasil ini. Perjanjian bagi hasil ini merupakan suatu kerjasama dengan kesepakatan antara dua pihak yang saling suka dan tidak ada unsur paksaan. Untuk mencapai suatu kesepakatan bagi hasil ini ditempuh dengan jalan musyawarah. Proses musyawarah juga ditentukan secara tegas yaitu dilakukan secara langsung antara pemilik tanah dan penggarap tanah, dengan dipimpin oleh ketua panitia pengadaan tanah. Apabila lahan pertanian yang boleh dimiliki individu itu lebih dari kemampuannya untuk digarap maka ia tidak berhak memonopoli tanah itu tanpa ditanami dengan baik. Ia wajib menghidupkan lahan tersebut sesuai dengan kemampuannya. Lahan selebihnya yang tidak sanggup ia garap diserahkan kepada saudara-saudaranya untuk digarap, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan kemakmuan saudaranya dan tanah airnya juga. Dengan demikian ia telah ikut serta melestarikan kehidupan dan lingkungan hidupnya. Kepastian hukum atas tanah diperlukan oleh pemiliknya yang sah dan oleh orang-orang yang menggunakan tanah sebagai usaha. Disini penulis mencoba untuk membahas masalah bagi hasil yang mana banyak masyarakat pedesaan melakukannya sebagai mata pencaharian. Peranan yang sangat penting dalam penggarapan sawah, seperti: tanah, air dan cuaca merupakan faktor alam yang menyebabkan adanya perbedaan perjanjian kerja. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan perjanjian bagi hasil yang ditinjau secara yuridis sebagai penelitian dengan judul: PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN (Study Kasus Di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar).

5 B. Rumusan Masalah Karena sedikitnya pembahasan mengenai bagi hasil dalam buku-buku dan juga beberapa pengalaman yang ada sehingga merancukan pemahaman terhadapnya. Berdasarkan realistis inilah penulis tertarik untuk menelitinya. Penelitian tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian (Study Kasus di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar). Sebuah study kasus di bidang pertanian yang sangat menarik dan cukup beralasan untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu perumusan masalah yaitu: Bagaimana pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar?. C. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan titik puncak untuk merealisasikan aktifitas yang akan dilaksanakan sehingga dapat dirumuskan secara jelas. Pada penelitian ini, perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti sehingga akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai langkah pemecahan masalahnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Jadi penelitian ini tujuannya adalah: Untuk mendiskipsikan pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian yang berada di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

6 D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian Penelitian dengan judul Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar ini adalah wujud dari pengamatan penulis atas semakin maraknya Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian yang terjadi khususnya di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat atau KegunaanTeoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada dunia pendidikan tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian. 2. Manfaat Praktis a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai dasar guna penelitian selanjutnya. b) Untuk memberikan gambaran perjanjian bagi hasil (tanah pertanian), dalam praktek. c) Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan dalam mengatur dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dalam perjanjian bagi hasil. E. Daftar Istilah Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

7 Berikut adalah beberapa daftar istilah tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian: 1. Tanah ialah tanah yang biasanya dipergunakan untuk penanaman bahan makanan. 2. Pemilik ialah orang atau badan hukum yang berdasarkan suatu hak menguasai tanah. 3. Perjanjian bagi hasil ialah perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik pada suatu pihak dan seseorang atau badan hukum pada pihak lain. 4. Hasil tanah ialah hasil usaha pertanian yang diselenggarakan oleh penggarap setelah dikurangi biaya untuk bibit, pupuk, ternak serta biaya untuk menanam dan panen. 5. Petani ialah orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai tanah yang mata pencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah untuk pertanian.