BAB V URAIAN MASALAH DI DUSUN NUNUK. A. Ketergantungan Pemenuhan Kebutuhan Sayur dari Pasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII PERUBAHAN POLA PERTANIAN MASYARAKAT DUSUN NUNUK

BAB VI MEMBANGUN KESADARAN MENANAM SAYUR

BAB V POTRET PROBLEM KETERGANTUNGAN PETANI DALAM MODAL USAHA PANGAN. 99% masyarakat memiliki lahan pertanian. 32 Dengan lahan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

PENDAHULUAN Latar Belakang

DOKUMENTASI PENELITIAN. Lokasi Pertambangan. Kondisi tanah yang ditambang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Desa Mirit Petikusan merupakan salah satu desa di Kecamatan Mirit

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti

BAB V PENUTUP. kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB III MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU. yang letaknya 7 km dari kantor Kecamatan Sungai Kunyit Hulu dan untuk

BAB V PRAGMATISME KEHIDUPAN MASYARAKAT. penghutang atau tengkulak. Sebagai jaminannya adalah hasil panen untuk

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. terletak sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Tuban. Dusun ini jauh dari keramaian karena

BAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

BAB III APLIKASI PENETAPAN HARGA GABAH

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi yang menjadi tujuan riset aksi peneliti adalah Dusun Luwung

BAB I PENDAHULUAN. urutan ketiga setelah Brazil dan Kongo. Hutan-hutan tropis ini memiliki kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi 1

BAB III PELAKSANAAN PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB V PENUTUP. (KSM/RTSM), untuk membantu meningkatkan kesehatan dan pendidikan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami fluktuasi harga dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V MEMAHAMI PROBLEM MELEMAHNYA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT. A. Tingginya Pengeluaran Biaya Belanja Pangan Masyarakat

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh ; Dian Mirawati Penyuluh pertanian Pertama

BAB V MERANCANG DAN MEWUJUDKAN MIMPI KELOMPOK TANI

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENCEMARAN SUNGAI DUSUN LUWUNG. yang langsung dialirkan pada sungai. Hal tersebut menyeba bkan pe ndangkalan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. mulai menggalakkan program re-use dan re-cycle atas sampah-sampah yang ada.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dan jalan-jalan. Penggunaan tanah yang luas adalah untuk sektor pertanian yang

2. Wawancara dengan Pak Supriyadi, SP pada tanggal 17 Februari 2017.

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB IX. Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada kegiatan membangun pola hidup sehat dari kebiasaan warga di Desa

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, di tanah subur yang mayoritas bergantung dari mata pencaharian

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model.

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB V DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN. Dalam membangun hubungan kemanusiaan ini, peneliti telah memiliki

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia dan keberhasilan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB III PRAKTEK PENGADAAN AIR SALURAN IRIGASI PERTANIAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB III PRAKTIK PENUKARAN UANG DAN DESKRIPSI PEMAHAMAN PARA PELAKU AKAD MENGENAI PERTUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Negara Indonesia merupakan negara agraris (pertanian) oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB IV. moment dan analisis regresi linear, peneliti melakukan analisis deskriptif yaitu. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Angket

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Transkripsi:

BAB V URAIAN MASALAH DI DUSUN NUNUK A. Ketergantungan Pemenuhan Kebutuhan Sayur dari Pasar Ketergantungan pemenuhan sayur masyarakat Dusun Nunuk dari pasar memang tidak begitu disadari karena kurangnya kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar serta budaya atau tradisi yang sudah terjadi secara turun-temurun. Dalam pemenuhan kebutuhan sayur sehari-harinya masyarakat Dusun Nunuk memang mengandalkan pasokan dari pasar yang itu dibawa oleh tukang sayur keliling atau masyarakat setempat yang memiliki usaha jualan (toko) kebutuhan sehari-hari tersebut. Masyarakat Dusun Nunuk merupakan masyarakat dengan konsumsi sayur yang cukup tinggi. Dalam satu hari, masyarakat Dusun dapat menghabiskan Rp. 3000 Rp. 8000 untuk belanja keperluan dapur atau pemenuhan kebutuhan sayur sehingga jika di jumlahkan selama satu bulan masyarakat Dusun Nunuk bisa menghabiskan Rp. 90.000 sampai Rp. 240.000 untuk belanja keperluan dapur atau pemenuhan kebutuhan sayur. 1 Untuk tingkat konsumsi sayur, masyarakat Dusun Nunuk tergolong masyarakat yang konsumsi sayurnya cukup tinggi yang dapat dibuktikan dari pengeluaran belanja masyarakat di sektor sayur yang dalam satu bulannya rata-rata menghabiskan Rp 90.000 Rp 240.000 setiap bulannya hanya untuk pemenuhan kebutuhan sayur atau dapurnya. 2 1 Hasil wawancara dengan Ngaesah (43) pada 24 September 2016 2 Hasil dari data survei belanja rumah tangga masyarakat Dusun Nunuk 69

Beriktu ini adalah pengeluaran masyarakat Dusun Nunuk setiap bulan nya yang dapat dilihat sebagaimana tabel berikut: Tabel 5.1 Sample Data Pengeluaran Belanja Rumah Tangga Masyarakat Dusun Nunuk dalam Satu Bulan No Kategori Belanja Keluarga Pengeluran Belanja Keluarga Per-Bulan Pangan Energi Kesehatan Pendidikan Sosial dan Lainnya Jumlah 1. Rendah 372.500 54.000 16.000 - - 442.000 2. Sedang 830.000 328.000 40.000 800.000 100.000 1.998.000 3. Tinggi 1.125.000 480.000 12.000 2.416.000 80.000 4.133.000 Hasil : Survei Belanja Rumah Tangga keluarga Samiran, Akhyar, dan Lani Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mulai dari masyarakat golongan miskin sampai dengan masyarakat kaya pengeluaran di sektor pangan paling mendominasi dari pengeluaran di sektor lain. Adapun yang disebut masyarakat miskin adalah masyarakat yang jumlah pendapatannya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pengeluarannya, begitupula sebaliknya dengan masyarakat golongan kaya. Dari tabel di atas disebutkan bahwa pengeluaran dari masyarakat golongan bawah/rendah memiliki total pengeluaran sebanyak Rp. 442.000/bulan dengan rincian prosentase sebesar 100% maka untuk pengeluran belanja pangan sebesar 79,6%, lalu kebutuhan untuk pengeluaran kebutuhan energi sebesara 15,7%, dan pengeluaran untuk kebutuhan kesehatan sebesar 70

4,6%, sementara untuk kebutuhan sosial dan pendidikannya sudah tidak mengeluarkan lagi karena anak-anaknya telah menyelesaikan pendidikannya. 3 Sementara digolongan kelas menengah atau sedang jumlah pengeluran setiap bulannya peneliti prosentasekan sebagaimana berikut; untuk belanja pangan sebesar 41,4%, lalu untuk pengeluaran disektor belanja energi sebesar 11,4%, sementara pengeluaran disektor pendidikan sebesar 40,4%, lalu pengeluaran untuk kebutuhan belanja kesehatan 2,0%, dan pengeluaran belanja untuk kebutuhan sosial sebesar 5,0%. 4 Sedangkan untuk penegeluaran belanja pada golongan kelas atas, rincian prosentasenya adalah sebagaimana berikut; belanja untuk pengeluaran pangan sebesar 27%, lalu untuk keperluan belanja disektor energi 12%, sementara pengeluaran untuk kebutuhan pendidikan sebesar 58%, kemudian untuk pengeluaran kebutuhan belanja kesehatan sebesar 1%, dan yang terakhir adalah kebutuhan untuk pengeluaran kebutuhan sosial nya sebesar 2%. 5 Dalam konteks ini, kategori masyarakat rendah adalah masayarakat yang pengeluaran lebih banyak dibandingkan dengan pendapatannya yang mana terdapat 31 KK, sedangkan kategori masyarakat menengah adalah masyarakat yang pengeluaran dengan pendapatannya itu seimbang yang mana tercatat sebanyak 46 KK, dan untuk masyarakat dengan kategori atas adalah masyarakat yang pendapatannya lebih banyak dari pada pengeluarannya yang menurut sensus belanja rumah tangga terdapat 16 KK yang ada di Dusun Nunuk. 6 3 Hasil Survei Belanja Rumah Tangga Keluarga Samiran (45) 4 Hasil Survei Belanja Rumah Tangga Keluarga Akhyar (36) 5 Hasil Survei Belanja Rumah Tangga Keluarga Lani (56) 6 Dikelola dari Survei Belanja Rumah Tangga Masyarkat Dusun Nunuk 71

Masyarakat Dusun Nunuk setiap harinya mengandalkan tukang sayur keliling atau pasar untuk pemenuhan kebutuhan mengkonsumsi sayur bagi diri dan keluarga mereka, padahal dengan pengetahuan dan keterampilannya yang mayoritas berprofesi sebagai petani sawah yang memiliki beberapa perbedaan dengan petani sayur masyarakat Dusun Nunuk bisa dengan mandiri memenuhi kebutuhan sayur mereka dengan cara menanam sayur-sayuran yang mereka butuhkan setiap harinya yang ditambah lagi dengan tanah kosong yang mereka miliki masih tergolong luas baik itu tanah kosong dilahan pekarangan mereka, baik yang terdapat di depan, belakang, atau juga di samping rumah mereka. Dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya setiap hari, masyarakat Dusun Nunuk tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada masyarakat yang langsung pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhan sayurnya, ada juga yang mengandalkan tukang sayur keliling yang setiap harinya menjajakan dagangannya ke Dusun Nunuk. Untuk tukang sayur keliling sendiri pun tidak semua masyarakat Dusun Nunuk bergantung atau mengandalkan tukang sayur yang sama. Pengamatan dari peneliti, untuk tukang sayur yang berkeliling di Dusun Nunuk hingga saat ini terdapat tiga tukang sayur keliling setiap harinya. Tentu terdapat alasan dari begitu banyaknya tukang sayur yang ada di Dusun Nunuk, selain karena faktor sudah menjadi pelanggan tetapnya, tukang sayur keliling juga memanfaatkan letak Dusun Nunuk yang cukup strategis karena Dusun Nunuk merupakan dusun penghubung antara satu dusun ke dusun yang lainnya. Seperti apabila ke arah timur langsung terhubung ke Dusun Ngerandu dan Dusun Semutan, sementara untuk ke arah baratnya bisa langsung terhubung 72

ke Desa Manding, sehingga sangat efektif bagi pedagang keliling untuk menjajakan barang dagangannya di Dusun Nunuk. Dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya, masyarakat Dusun Nunuk memang lebih banyak bergantung kepada tukang sayur keliling dari pada harus membeli sendiri langsung ke pasar, yang salah satunya adalah karena faktor jarak pasar yang begitu jauh dan tarif harga yang tidak begitu jauh berbeda antara pasar dengan tukang sayur keliling. 7 Dari ke tiga tukang sayur keliling yang setiap harinya ada di Dusun Nunuk, masyarakat Dusun Nunuk memiliki alasan tersendiri dalam penentuan memilih tukang sayur keliling tersebut dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya sehari-hari. Beragam alasan peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan masyarakat yang sedang berbelanja, antara lain adalah sudah menjadi turun-temurun dari orangtua atau kerabat keluarga mereka dalam berbelanja pada tukang sayur tersebut, ada juga yang mempunyai alasan yang dikarenakan kualitas barang dagangan dari setiap tukang sayur keliling yang berbeda sehingga membuat mereka memilih dan menentukan langganan kepada tukang sayur keliling yang memiliki barang dagangan berkualitas menurut mereka, ada juga yang beralasan karena harga setiap tukang sayur keliling yang berbeda sehingga membuat mereka memilih dan berlangganan kepada tukang sayur keliling yang menjual barang dagangannya lebih murah dari tukang sayur keliling lainnya. 8 7 Hasil wawancara dengan Siti (38) pada 23 Juni 2016 8 Hasil wawancara dengan Nurul (39) pada 23 Juni 2016 73

Adapun untuk proses jual-beli yang terjadi setiap harinya antara masyarakat Dusun Nunuk dengan tukang sayur keliling dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari adalah sebagaimana pada gambar berikut ini: Gambar 5.1 Aktifitas Jual-beli Masyarakat Dusun Nunuk Dengan Pedagang Sayur Keliling Sumber: Hasil dokumentasi peneliti selama melakukan pendampingan Dari gambar di atas dapat kita perhatikan aktivitas jual-beli masyarakat dengan tukang sayur keliling yang setiap hari terjadi. Dalam pemenuhan kebutuhan sayur/dapurnya sehari-hari, hampir mayoritas masyarakat Dusun Nunuk melakukan aktivitas jual-beli sebagaimana pada gambar di atas. Mulai dari sudah menjadi pelanggan secara turun-temurun, kualitas barang dagangan, harga yang lebih murah, sampai dengan negoisasi atau proses tawar-menawar pun terjadi setiap harinya untuk pemenuhan kebutuhan sayur/dapur keluarga mereka masing-masing. Ketergantungan masyarakat Dusun Nunuk akan pemenuhan kebutuhan sayur tentu sangat ironis, karena mayoritas pekerjaan mereka adalah berprofesi sebagai petani sehingga masalah ini dirasa sangatlah membingungkan karena 74

disatu sisi mereka adalah petani dan disisi lain mereka bergantung pada tukang sayur keliling dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya yang sebenarnya mereka bisa mandiri dengan bertani sayur. Selain ketidaksadaran masyarakat Dusun Nunuk akan kebergantungannya terhadap pasar dalam pemenuhan sayurnya, pengetahuan tentang keterampilan bertanam sayur juga belum dimiliki oleh masyarakat Dusun Nunuk, serta pola pikir yang masih pragmatis juga menjadi penyebab dari masih bergantungannya masyarakat Dusun Nunuk dalam pemenuhan kebutuhan sayur setiap harinya dari luar. B. Lahan Pekarangan yang Kurang Dimanfaatkan Ketidaksadaran serta kurangnya pengetahuan dan kreatifitas masyarakat Dusun Nunuk dalam bercocok-tanam selain dari komoditas padi, jagung, dan tembakau, membuat pola pertanian mereka selama ini hanya berfokus pada tanaman-tanaman tersebut yang dari tahun ke tahun sering mengalami penurunan produktifitasnya. Padahal selain lahan sawah yang dimiliki, hampir semua masyarakat Dusun Nunuk juga memiliki lahan kosong disekitar rumah mereka yang dalam realitanya belum termanfaatkan secara maksimal. Di Dusun Nunuk lahan kosong masih begitu luas yang hampir semua dari lahan kosong disekitar rumah mereka tersebut belum di manfaatkan sama sekali, bahkan bisa dikatakan terbengkalai dengan munculnya tumbuh-tumbuhan liar, seperti yang terdapat pada gambar berikut ini: 75

Gambar 5.2 Lahan Pekarangan yang Terbengkalai Sumber: Hasil dokumentasi peneliti pada saat pendampingan Dari gambar dapat diperhatikan, tidak terawatnya salah satu lahan kosomg disekitar rumah warga yang akhirnya memunculkan tumbuhan liar yang rawan terdapat binatang-binatang berbahaya. Ironisnya masyarakat terkesan tidak mau tahu tentang kondisi lahan kosong sekitar rumah mereka apalagi untuk dimanfaatkan sebagaimana tanggapan salah satu warga yang bernama Suyati (40) yang penulis dapatkan ketika mengobrol dengan mereka: ee yo ape diapakno neh to le, lawong yo ancen kawet biyen yo di njarno ngunu kok karo wong-wong. Ape diiciri yo diiciri opo, carane yo raroh pisan, ambikan diiciri yo urung karoan tuwoh. Dadi yo yowes di njarno ngunu ae lah. mau diapakan lagi memang mas, karena dari dulu sudah dibiarkan begitu saja sama orang-orang. Sekalipun ditanami juga mau ditanami apa, caranya bagaimana, terus ditanami pun juga belum tentu tumbuh. Jadi ya sudah dibiarkan begitu sajalah. Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa selain ketidaksadaran, pengetahuan, dan juga belum adanya keterampilan yang dimiliki masyarakat Dusun Nunuk, terdapat juga masih terbelenggunya masyarakat Dusun Nunuk dengan pola pikir yang sedikit susah untuk diajak melakukan perubahan, 76

sehingga masalah terbengkalainya lahan kosong disekitar rumahnya terusmenerus terjadi sampai saat ini. Selain terbengkalainya lahan kosong disekitar rumahnya, terdapat juga lahan kosong yang malah mereka jadikan tempat pembuangan sampah, baik itu sampah rumah tangga ataupun sampah yang lainnya, sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.3 Lahan Pekarangan yang Dijadikan Tempat Pembuangan Sampah Sumber: Hasil dokumentasi peneliti saat melakukan pendampingan Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa lahan pekarangan belakang rumah salah satu warga masyarakat Dusun Nunuk yang telah dijadikan tempat pembuangan sampah. Padahal sudah menjadi rahasi umum, dengan tidak beraturannya dalam membuang sampah atau tidak teraturnya dengan membuang sampang sembarangan dapat menyebabkan berbagai macam sarang penyakit yang tentu dapat berdampak bagi diri mereka sendiri. Menurut Munjiati (54) prilaku membuang sampah di belakang rumah dengan sembarangan yang dilakukan mayoritas masyarakat Dusun Nunuk merupakan sebuah prilaku yang 77

sudah menjadi prilaku yang umum dilakukan, padahal mereka sendiri mengetahui bahwa prilaku tersebut merupakan prilaku yang salah, sebagaimana peryatannya berikut ini: Emboh yo mas yo, kelakoan seng koyo ngunu kui ancen koyoke wes dadi kelakuan seng biasa i nok kene. Aku dewe yo raroh mas kudu pie mane, lawong ancen ranek nggon buwak sampah e. Yo dadine diguwak nok guritan ae, masio wong-wong yo podo roh nek ngunui yo ra bender tapi pie neh jenenge wes dadi kebiasaan Tidak tau juga ya mas, prilaku yang seperti itu memang sudah seperti budaya yang biasa disini. Saya sendiri juga tidak tau harus bagaimana, memang sudah tidak ada pilihan lain membuang sampahnya. Jadi ya kebiasan membuang sampah di belakang rumah terus terjadi sampai sekarang, sekalipun orang-orang juga tau kalau itu prilaku yang salah tapi ya mau bagaimana lagi kalau situasinya seperti ini Dari pernyataan di atas, tentu dibutuhkan proses serta waktu yang tidak singkat dalam mengubah prilaku membuang sampah sembarangan di belakang rumah mereka sendiri. Sehingga, sangat diperlukan proses penyadaran serta sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan secara terus-menerus sampai akhirnya prilaku membuang sampah sembarangan di belakang rumah mereka sendiri mampu dihilangkan. 78