MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 14 TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Provinsi : Organisasi Manajemen Energi Jika ada, lampirkan struktur organisasinya dan/atau Surat Keputusan pembentukannya

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPU8LIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 14 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Penghematan. Penggunaan. Air Tanah. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

FORMAT LAPORAN PELAKSANAAN PENGHEMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.02/2013 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PELAKSANAAN PENGHEMATAN ENERGI Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 19 SERI E

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG

1 of 5 21/12/ :18

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013

2 Koordinator Bidang Perekonomian, perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013 tentang Har

PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2012 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NOMOR :... TENTANG DIVESTASI SAHAM

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik" Indonesia Tahun 2007

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

KATA PENGANTAR --KOMIK INPRES 13/2011--

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

2 Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain; Mengi

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak

AUDIT ENERGI DAN ALALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK GEDUNG MAHKAMAH KONSTITUSI JAKARTA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.29/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

J 3. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional; 4. Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. Jalan Veteran No.

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA DAN/ATAU PERSYARATAN DALAM IMPLEMENTASI PEMANFAATAN FASILITAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA BAR/RUMAH MINUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PMK.010/2018 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KARAOKE

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KAFE

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA TIMUR,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

2014, No Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang En

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (5), Pasal 19 ayat (3), Pasal 21 ayat (2), dan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 ten tang Konservasi Energi, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Manajemen Energi; 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5083); 3. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011; 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 552); MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG MANAJEMEN ENERGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasall Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Konservasi...

- 2-1. Konservasi Energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. 2. Manajemen Energi adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi pemanfaatan energi termasuk energi untuk proses produksi dan meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan pendukung. 3. Pengguna Sumber Energi adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah, yang menggunakan sumber energi. 4. Pengguna Energi adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah, yang memanfaatkan energi untuk menghasilkan produk dan/ataujasa. 5. Konsumsi Energi Spesifik adalah jumlah energi yang digunakan untuk menghasilkan 1 (satu) satuan produk atau keluaran. 6. Manajer Energi adalah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan manajemen energi. 7. Audit Energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna sumber energi dan pengguna energi dalam rangka konservasi energi. 8. Rekomendasi Tanpa Investasi adalah rekomendasi hasil audit energi yang tidak membutuhkan biaya dalam mengimplementasikannya. 9. Rekomendasi Investasi Rendah adalah rekomendasi hasil audit energi dengan kriteria potensi penghematan energi sampai dengan 10% (sepuluh persen) danfatau waktu pengembalian investasi kurang dari 2 (dua) tahun. 10. Rekomendasi Investasi Menengah adalah rekomendasi hasil audit energi dengan kriteria potensi penghematan energi antara 10% (sepuluh persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen) dan/ atau waktu pengembalian investasi antara 2 (dua) tahun sampai dengan 4 (em pat) tahun. 11. Rekomendasi Investasi Tinggi adalah rekomendasi hasil audit energi dengan kriteria potensi penghematan energi lebih besar dari 20% (dua puluh persen) dan/atau waktu pengembalian investasi lebih dari 4 (empat) tahun. 12. Menteri...

- 3-12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral. 13. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Pasal2 (1) Kewenangan Menteri meliputi penyelenggaraan urusan pelaksanaan Manajemen Energi pada Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang melakukan penyediaan energi atau pemanfaatan energi yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah atau kontrak kerja sarna yang pembinaannya berada di Pemerintah. (2) Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan menteri-menteri yang memberikan IZIn penyediaan energi atau pemanfaatan energi atau yang melakukan pembinaan terhadap kontrak keija sarna di bidang sumber daya alarn. (3) Kewenangan gubemur meliputi penyelenggaraan urusan pelaksanaan Manajemen Energi pada Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang melakukan penyediaan energi atau pemanfaatan energi yang izinnya ditetapkan oleh gubemur. (4) Kewenangan bupati/walikota meliputi penyelenggaraan urusan pelaksanaan Manajemen Energi pada Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang me1akukan penyediaan energi atau pemanfaatan energi yang izinnya ditetapkan oleh bupati/walikota. BAB II PELAKSANAAN MANAJEMEN ENERGI Bagian Kesatu Umum Pasa13 Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang menggunakan Sumber Energi dan/atau Energi lebih besar atau sarna dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan Manajemen Energi. Pasal4 Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang menggunakan Sumber Energi dan/atau Energi kurang dari 6.000 (enarn ribu) setara ton minyak per tahun agar melaksanakan Manajemen Energi dan/atau me1aksanakan penghematan energi. Bagian...

- 4 - Bagian Kedua Manajemen Energi Pasal5 Manajemen Energi sebagaimana dimaksud da!am Pasa! 3 dan Pasa! 4 dilakukan dengan: a. menunjuk Manajer Energi; b. menyusun program Konservasi Energi; c. melaksanakan Audit Energi secara berka!a; d. melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan e. melaporkan pelaksanaan Manajemen Energi setiap tahun kepada Menteri, gubemur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Bagian Ketiga Manajer Energi Pasa!6 (1) Pengguna Sumber Energi dan sebagaimana dimaksud da!am Pasa! Tim Manajemen Energi. Pengguna Energi 3 wajib membentuk (2) Tim Manajemen Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Manajer Energi. (3) Manajer Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas: a. melakukan perencanaan konservasi energi yang meliputi antara lain penentuan target dan program konservasi energi, penyusunan prosedur operasi Konservasi Energi dan pelaksanaan Audit Energi; b. melaksanakan Konservasi Energi yang meliputi antara lain melaksanakan program Konservasi Energi, implementasi rekomendasi hasil Audit Energi, dan peningkatan kesadaran serta motivasi hemat energi bagi karyawan; c. melakukan pemantauan dan evaluasi yang meliputi pengukuran, pencatatan, penyiapan laporan dan usulan tindakan perbaikan pelaksanaan program Konservasi Energi. (4) Manajer Energi wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian...

- 5 - Bagian Keempat Program Konservasi Energi Pasal7 (1) Program Konservasi Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi: a. program jangka pendek, antara lain perbaikan prosedur operasi, pemeliharaan dan pemasangan alat-alat kendali sederhana; b. program jangka menengah dan panjang, antara lain peningkatan efisiensi peralatan dan fuel switching; c. peningkatan kesadaran dan pengetahuan teknik-teknik konservasi energi bagi karyawan/operator secara terusmenerus. (2) Program Konservasi Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat informasi sebagai berikut: a. rencana yang akan dilakukan; b. target dan pencapaian; c. jenis dan konsumsi energi; d. penggunaan peralatan hemat energi; e. langkah-langkah konservasi energi; dan f. jumlah produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikan. Bagian Kelima Audit Energi Pasal8 (1) Audit Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dilaksanakan secara berkala sekurang-kurangnya pada peralatan pemanfaat energi utama paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun. (2) Audit Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh auditor energi internal dan/atau lembaga yang telah terakreditasi. (3) Auditor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasa19 Dalam hal belum ada auditor energi internal yang memiliki sertifikat kompetensi dan/ atau lembaga yang telah terakreditasi, maka Audit Energi dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal. Bagian...

- 6 - Bagian Keenam Rekomendasi Audit Energi Pasal lo Pelaksanaan rekomendasi hash audit dimaksud dalam Pasal 5 huruf d, ketentuan sebagai berikut: energi sebagaimana dhakukan dengan a. Rekomendasi Tanpa Investasi wajib diterapkan dalam waktu kurang dari 1 (satu) tahun; b. Rekomendasi Investasi Rendah wajib diterapkan dalam waktu,kurang dari 2 (dua) tahun; c. Rekomendasi Investasi Menengah dan Rekomendasi Investasi Tinggi wajib diterapkan dalam waktu kurang dari 5 (lima) tahun. Bagian Ketujuh Laporan Pelaksanaan Manajemen Energi Pasal 11 (1) Laporan tahunan pelaksanaan Manajemen Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e wajib disampaikan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubemur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Laporan tahunan pelaksanaan Manajemen Energi yang disampaikan kepada gubemur dan bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditembuskan kepada Direktur Jenderal. (3) Laporan pelaksanaan Manajemen Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan pada bulan Januari sampai dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya dan harus memuat informasi mengenai: a. organisasi Manajemen Energi dan Manajer Energi yang ditunjuk; b. program Konservasi Energi; c. pelaksanaan audit energi secara berkala; dan d. pelaksanaan rekomendasi hash audit energi. (4) Pelaporan pelaksanaan Manajemen Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk pertama kali disampaikan pada bulan Januari 2013 untuk laporan periode sejak berlakunya Peraturan Menteri ini sampai dengan bulan Desember 2012. (5) Tata...

- 7 - (5) Tata cara pelaporan pelaksanaan Manajemen Energi dilaksanakan dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB III PELAKSANAAN PENGHEMATAN ENERGI Pasal 12 Pelaksanaan penghematan energi oleh Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan melalui: a. sistem tata udara; b. sistem tata cahaya; c. peralatan pendukung; d. proses produksi; dan/ atau e. peralatan pemanfaat energi utama. Pasal13 (1) Penghematan energi melalui sistem tata udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a dilakukan dengan cara: a. untuk Bangunan Gedung Negara serta Bangunan Gedung BUMN, BUMD, dan BHMN, apabila menggunakan AC dilakukan dengan cara: 1. menggunakan AC hemat energi (berteknologi inverter) dengan daya sesuai dengan besarnya ruangan; 2. menggunakan re/rigerantjenis hidrokarbon; 3. menempatkan unit kompresor AC pada lokasi yang tidak terkena langsung sinar matahari; 4. mematikan AC jika ruangan tidak digunakan; 5. memasang thermometer ruangan untuk memantau suhu ruangan; 6. mengatur suhu dan kelembaban relatif sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu: a) ruang kerja dengan suhu berkisar antara 24 0 C hingga 27 0 C dengan kelembaban relatif antara 55% (lima puluh lima persen) sampai dengan 65% (enam puluh lima persen); b) ruang transit (lobby, koridor) dengan suhu berkisar antara 27 0 C hingga 30 0 C dengan kelembaban relatif antara 50% (lima puluh persen) sampai dengan 70% (tujuh puluh persen). 7. mengoperasikan...

- 8-7. mengoperasikan AC central: a) 30 (tiga puluh) menit sebelum jam fan AC dinyalakan, satu jam kompresor AC dinyalakan; kerja unit kemudian b) 30 (tiga puluh) menit sebelum jam kerja berakhir unit kompresor AC dimatikan, pada saat jam kerja berakhir unit fan AC dimatikan; 8. memastikan tidak adanya udara luar yang masuk ke dalam ruangan ber AC yang mengakibatkan efek pendinginan berkurang; 9. melakukan perawatan secara berkala sesuai panduan pabrikan; b. menggunakan jenis kaca tertentu yang dapat mengurangi panas matahari yang masuk ke dalam ruangan namun tidak mengurangi pencahayaan alami; c. mengurangi suhu udara pada atau sekitar gedung dengan cara penanaman tumbuhan dan/ atau pembuatan kolam air. (2) Penghematan energi melalui sistem tata cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dilakukan dengan cara: a. menggunakan lampu hemat energi sesuai dengan peruntukannya; b. mengurangi penggunaan lampu hias (assesoris); c. menggunakan ballast elektronik pada lampu TL (neon); d. mengatur daya listrik maksimum untuk pencahayaan (termasuk rugi-rugi ballast) sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk: 1. ruang resepsionis 13 Watt/m 2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 300 lux; 2. ruang kerja 12 Watt/m 2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 350 lux; 3. ruang rapat, ruang arsip aktif 12 Watt/m 2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 300 lux; 4. gudang arsip 6 Watt/m 2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 150 lux; 5. ruang tangga darurat 4 Watt/m 2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 150 lux; 6. tempat parkir 4 Watt/m 2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 100 lux; e. menggunakan rumah lampu (armatur) reflektor yang memiliki pantulan cahaya tinggi; f. mengatur saklar berdasarkan kelompok area, sehingga sesuai dengan pemanfaatan ruangan; g. menggunakan saklar otomatis dengan menggunakan pengatur waktu (timer) dan/atau sensor cahaya (photocel~ untuk lampu taman, koridor, dan teras; h. mematikan...

- 9 - h. mematikan lampu ruangan di Bangunan Gedung jika tidak dipergunakan; i. memanfaatkan cahaya alami (matahari) pada siang hari dengan membuka tirai jendela secukupnya sehingga tingkat cahaya memadai untuk melakukan kegiatan pekerjaan; j. membersihkan lampu dan rumah lampu (annatur} jika kotor dan berdebu agar tidak menghalangi cahaya lampu. (3) Penghematan energi pada peralatan pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dilakukan dengan cara: a. mengoperasikan lift dengan pemberhentian setiap 2 (dua)lantai; b. menggunakan alat pengatur kecepatan dan sensor gerak pada eskalator; c. mematikan komputer jika akan meninggalkan ruang kerja lebih dari 30 (tiga puluh) menit; d. mematikan printer jika tidak digunakan dan hanya menyalakan sesaat sebelum akan mencetak; e. menggunakan mesin fotokopi yang standby dengan konsumsi tenaga rendah; memiliki mode tenaga listrik f. mengoperasikan peralatan audio-video sesuai keperluan; g. menyalakan peralatan water heater dan dispenser beberapa menit sebelum digunakan dan dimatikan setelah selesai digunakan; h. meningkatkan faktor daya jaringan tenaga listrik dengan memasang kapasitor bank. i. mengupayakan diversifikasi energi seperti penggunaan energi surya dan angin. (4) Penghematan energi pada proses produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d dilakukan dengan cara: a. modifikasi teknologi proses produksi yang lebih efisien; b. optimasi sistem produksi. (5) Penghematan energi pada peralatan pemanfaat energi utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e dilakukan dengan cara: a. optimalisasi beban antara lain dengan pemasangan inverter terutama pada mesin yang menggunakan motor-motor listrik yang bekerja dengan beban dinamis dan kapasitas yang cukup besar; b. mengontrol rasio udara bahan bakar sehingga diperoleh pembakaran yang efisien; c. memanfaatkan...

- 10 - c. memanfaatkan gas buang antara lain dengan cogeneration atau sistem combined heat and power (CHP); d. pengurangan heat losses antara lain dengan isolasi yang cukup dan optimum pada peralatan; e. melakukan fuel switching antara lain pemanfaatan gas alam sebagai bahan bakar untuk menggantikan High Speed Diesel (HSD); f. melakukan perawatan pada peralatan secara berkala. BABIV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal14 (1) Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen energi dan penghematan energi. (2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal atas nama Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya membentuk Tim Pengawas Manajemen Energi. (3) Dalam hal gubernur atau bupati/walikota belum dapat membentuk Tim Pengawas Manajemen Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka pengawasan dilakukan oleh Tim Pengawas Manajemen Energi yang dibentuk oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri. (4) Tim Pengawas Manajemen Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melaporkan hasil pengawasan pelaksanaan Manajemen Energi kepada Direktur Jenderal dan ditembuskan kepada gubernur atau bupati/walikota. BABV INSENTIF DAN DISINSENTIF Bagian Kesatu Insentif Pasal 15 (1) Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 yang berhasil melaksanakan Konservasi Energi melalui Manajemen Energi selama periode tertentu diberi Insentif oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Insentif '"

- 11 - (2) lnsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang me1aksanakan Manajemen Energi selama periode 3 (tiga) tahun berturut-turut yang dapat menurunkan Konsumsi Energi Spesifik sekurang-kurangnya sebesar 2% (dua persen) per tahun. (3) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berupa Audit Energi dalam pola kemitraan yang dibiayai oleh Pemerintah dan/atau direkomendasikan mendapat prioritas pasokan energi. (4) Untuk mendapatkan insentif Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi harus mengajukan permohonan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (5) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Menteri, gubemur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya me1akukan evaluasi dan memutuskan menyetujui atau menolak pemberian insentif. (6) Gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya sebelum memutuskan menyetujui pemberian Insentif harus mendapatkan pertimbangan Direktur Jenderal. Bagian Kedua Disinsentif Pasal16 (1) Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang tidak melaksanakan Konservasi Energi melalui Manajemen Energi dikenakan disinsentif oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. pengumuman di media massa; c. denda; dan/ atau d. pengurangan pasokan energi. (3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan pada Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi apabila tidak: a. menunjuk Manajer Energi; b. menyusun program Konservasi Energi; c. melaksanakan Audit Energi secara berkala; d. melaksanakan rekomendasi hasil Audit Energi; atau e. melaporkan...

- 12 - e. melaporkan pelaksanaan Manajemen Energi dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) atau ayat (4). (4) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggat waktu masing-masing 1 (satu) bulan. (5) Dalam hal Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang telah diberi peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak melaksanakan Konservasi Energi melalui Manajemen Energi, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan nama Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi yang bersangkutan di media massa. (6) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah nama Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi diumumkan di media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tetap tidak melaksanakan Konservasi Energi melalui Manajemen Energi, yang bersangkutan dikenai denda. (7) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikenakan sebanyak 2 (dua) kali dari nilai pemborosan energi yang ditimbulkan. (8) Nilai pemborosan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dihitung berdasarkan 5% (lima persen) dari biaya energi yang digunakan oleh Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi selama 1 (satu) tahun periode pelaporan. (9) Hasil denda sebagaimana dimaksud pada ayat (8) disetorkan ke kas negara/kas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (10) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah pengenaan denda Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi tidak membayar denda, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menetapkan pengurangan pasokan energi kepada yang bersangkutan. (11) Pengurangan pasokan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (10) ditetapkan maksimum sebesar 5% (lima persen) dari kapasitas kontrak yang bersangkutan dengan penyedia energi selama 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang. (12) Gubernur atau bupati/walikota dalam menetapkan pengurangan pasokan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) harus mendapatkan persetujuan Menteri. (13) Pengurangan...

- 13 - (13) Pengurangan pasokan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (12) tidak menghilangkan kewajiban pembayaran denda oleh Pengguna Sumber Energi dan Pengguna Energi. BABVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 2012 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESA, ttd. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. JEROWACIK AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 557 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERlAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TANGGAL : 29 Me; 2012 1. FORMAT PELAPORAN UNTUK INDUSTRI A. INFORMASI UMUM PERUSAHAAN Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Kota/Kabupaten : Provinsi : Nomor Te\epon Nomor Faksimile 0 Besi dan baja Subsektor Industri 0 Tekstil 0 Pupuk 0 Semen Tahun Awal Beroperasi Jum\ah Karyawan 0 Kertas 0 Lainnya B. ORGANISASI MANAJEMEN ENERGI Organisasi Manajemen Energi Manajer Energi Manajer Energi Bersertiftkat Jika ada, \ampirkan struktur organisasinya dan/atau Surat Keputusan pembentukannya Jika ada, Nama Jikaada, Nama No.Sertiftkat C. JUMLAH PRODUKSI TAHUN... TOTAL *) - Contoh...

- 2 - * Contoh jenis produk industri baja dapat berupa hot rolled coils/plat, cold rolled coils/sheets, wire rod, dan lain-lain dengan satuan produksi ton; Contoh jenis produk industri tekstil dapat berupa kain dengan satuan m 2 dan be nang dengan satuan ton; Contoh jenis produk industri kertas dapat berupa kertas industri, kertas tulis cetak, kertas tisu, dan lain-lain dengan satuan ton; Contoh jenis produk industri semen dapat berupa ordinary portland cement, white cement, oil well cement, dan lain-lain dengan satuan ton. D. JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI TAHUN... LISTRIKPLN BBM GAS BATUBARA LAINNYA TOTAL *) Contoh original unit untuk listrik = GWh, minyak diesel = liter, batubara '" ton, dan gas = MSCF **) Perhitungan konversi dari original unit ke Gjoule disesuaikan dengan nilai kalor dari masing-masing jenis energi. Contoh faktor konversi: 1 GWh listrik 1 Liter Minyak Diesel 1 Ton batubara 1 MSCF gas = 3600 GJoule; = 37.90 GJoule; = 24,53 GJoule; = 1.03 Gjoule. E. KONSUMSI ENERGI SPESIFIK TAHUN... Konsumsi Energi Spesifik (GJouJej*) *) Misalnya, untuk Industri Besi dan Baja = Ton Baja; Industri Tekstil = Ton Benang danfatau m 2 Kain;

- 3 - Industri Kertas = Ton Kertas; Industri Semen = Ton Semen. F. PERALATAN PEMANFAAT ENERGI UTAMA TAHUN... *) merupakan peralatan yang menggunakan energi dalam jumlah besar, antara lain boiler, tungku, kogenerasi, motor listrik, kompresor, pompa, fan, dan lain-lain. G. KEGIATAN KONSERVASI ENERGI YANG TELAH DILAKUKAN H. RENCANA KEGIATAN KONSERVASI ENERGI I. AUDIT ENERGI PADA PERALATAN PEMANFAAT ENERGI UTAMA *) Jika sudah dilaksanakan, melampirkan rekomendasi hasil audit energi. II. FORMAT...

- 4 - II. FORMAT PELAPORAN UNTUK GEDUNG KOMERSIAL A. INFORMASI UMUM PERUSAHAAN Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Kota/Kabupaten : Provinsi : Nomor Telepon Nomor Faksimile Subsektor Gedung Komersial Tahun Awal Beroperasi Jumlah Karyawan 0 Hotel 0 Pusat Perbelanjaan o Perkantoran 0 Rumah Sakit 0 Lainnya B. ORGANISASI MANAJEMEN ENERGI Organisasi Manajemen Energi Manajer Energi Manajer Energi Bersertifikat Jika ada, lampirkan struktur organisasinya dan/ atau Surat Keputusan pembentukannya Jika ada, Nama... :.... Jika ada, Nama No.SertirJ.kat C. JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI TAHUN... LISTRlKPLN BBM GAS BATUBARA LAINNYA TOTAL *) Contoh...

- 5 - *) Contoh original unit untuk listrik = GWh, minyak diesel = liter, batubara = ton, dan gas = MSCF **) Perhitungan konversi dari original unit ke Gjoule disesuaikan dengan nilai kalor dari masing-masing jenis energi. Contoh faktor konversi: 1 GWh listrik 1 Liter Minyak Diesel 1 Ton batubara 1 MSCF gas = 3600 GJoule; = 37.90 GJoule; = 24,53 GJoule; = 1.03 GJoule. D. KONSUMSI ENERGI SPESIFIK TAHUN... Luas Lantai (m'» Konsumsi Energi Spesifik (GJoule / m') *) merupakan luas lantai untuk aktivitas keija, tidak termasuk tempat parkir, dll. E. PERALATAN PEMANFAAT ENERGI UTAMA TAHUN... *) merupakan peralatan yang menggunakan energi dalam jumlah besar, antara lain chiller, boiler, kogenerasi, motor listrik, kompresor, pompa, fan, dan lain-lain. F. KEGIATAN KONSERVASI ENERGI YANG TELAH DILAKUKAN G. RENCANA...

- 6 - G. RENCANA KEGIATAN KONSERVASI ENERGI H. AUDIT ENERGI PADA PERALATAN PEMANFAAT ENERGI UTAMA *) Jika sudah dilaksanakan, melampirkan rekomendasi hasil audit energi MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. JERO WACIK Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL