ANALISA PERBANDINGAN MATERIAL JIS SCM 415 DAN JIS SCM 420 PADA PROSES HEAT TREATMENT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PERBANDINGAN MATERIAL JIS SCM 415 DAN JIS SCM 420 PADA PROSES HEAT TREATMENT

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

TUGAS AKHIR. Analisa Proses Pengerasan Komponen Dies Proses Metalurgi Serbuk Untuk Pembuatan Sampel Uji Konduktivitas Thermal

Karakterisasi Material Sprocket

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

1.2. Tujuan 1. Mahasiswa memahami Heat Tratment secara umum 2. Mahasiswa memahami dan mengetahui cyaniding secara umum

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

MODIFIKASI MESIN FLAME HARDENING SISTEM PENCEKAMAN BENDA KERJA SECARA VERTIKAL PADA BAJA S45C

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

LAPORAN PRESENTASI TENTANG DIAGRAM TTT. Oleh: RICKY RISMAWAN : DADAN SYAEHUDIN :022834

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Gambar 4. Pemodelan terjadinya proses difusi: (a) Secara Interstisi, (b) Secara Substitusi (Budinski dan Budinski, 1999: 303).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

PENGARUH MEDIA KAPUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK POROS S45C

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

09: DIAGRAM TTT DAN CCT

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

Meningkatkan kekerasan permukaan sparepart lokal kendaraan bermotor dengan cara Karburasi Cair ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS MERCU BUANA

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PROSES SELF TEMPERING DAN VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA AISI 4140

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Poros adalah bagian terpenting dari setiap mesin. Peran poros yaitu

Transkripsi:

31 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 ANALISA PBANDINGAN MATIAL JIS DAN JIS PADA PROSES HEAT TREATMENT Riyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak - Perlakuan panas atau heat treatment pada material dan terbukti terjadi peningkatan kekerasan dan penambahan kedalaman karbon. Tingkat kekerasan pada masing-masing bagian berbeda antara kedua material. Dengan melakukan pengujian pada dua sample material sesudah diberikan perlakuan panas menggunakan metode carburizing dengan T: 900 ºC t: 170 menit, kemudian quenching T:130 ºC t: 15 menit dan tempering T: 170 ºC t: 90 menit didapatkan hasil material inside hardness 335.4 kg/mm 2, surface hardness 745 kg/mm 2, rata-rata kekerasan area pitch circle jarak 0.1 mm = 723.4 kg/mm 2, jarak 0.9 mm = 407.6 kg/mm 2 dan rata-rata kedalaman karbon = 0.67 mm. Kekerasan rata-rata pada area teeth root jarak 0.1 = 708 kg/mm 2, jarak 0.8 = 368 kg/mm 2, rata-rata kedalaman karbon = 0.55 mm. Material memiliki inside hardness 387 kg/mm 2, surface hardness 725 kg/mm 2, rata-rata kekerasan area pitch circle jarak 0.1 mm = 738.4 kg/mm 2, jarak 0.9 mm = 461.0 kg/mm 2 dan rata-rata kedalaman karbon = 0.61 mm. Kekerasan rata-rata pada area teeth root jarak 0.1 = 727 kg/mm 2, jarak 0.8 = 447 kg/mm 2, rata-rata kedalaman karbon = 0.53 mm. Surface hardness material lebih tinggi dari material, namun inside hardnessnya lebih rendah. 1. PENDAHULUAN Roda gigi adalah salah satu komponen mesin yang sangat penting pada sistem pemindahan daya sebuah kendaraan. Fungsi utama dari roda gigi adalah meneruskan putaran dan gaya dari sumber gaya ke bagian yang akan digerakkan. Selama menjalankan fungsinya tersebut roda gigi akan saling bersinggungan dan bergesekan antar roda gigi satu dengan roda gigi yang lain. Dengan beban kerja yang berat maka roda gigi dituntut memiliki sifat tidak mudah aus dan tidak mudah patah atau rusak, sehingga roda gigi harus memiliki kekerasan dan keuletan yang memadai. Baja sebagai bahan roda gigi memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih baik jika dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Namun kekerasan dan keuletan tersebut masih belum memadai, maka roda gigi harus ditingkatkan kekerasan dan keuletannya dengan perlakuan panas. Perlakuan panas atau heat treatment diberikan dengan tujuan untuk merubah sifat-sifat mekanis material antara lain kekerasan dan keuletan. Dengan perlakuan panas tersebut diharapkan ketahanan aus pada baja meningkat karena adanya peningkatan kekerasan. Carburizing adalah salah satu perlakuan panas dengan cara penambahan karbon dengan difusi ke dalam permukaan baja karbon rendah pada temperatur sekitar 900 ºC dan terjadi pada fasa Austenite sehingga kadar karbon pada baja meningkat dan terjadi perubahan struktur mikro pada baja. Dengan meningkatnya kadar karbon tersebut maka permukaan baja akan memiliki kekerasan yang tinggi, pencelupan cepat atau quenching akan memberikan kekuatan paling tinggi meskipun permukaan kulitnya agak getas. Selanjutnya proses tempering diberikan untuk menstabilkan tegangan sisa yang disebabkan proses sebelum. Hasil kekerasan pada setiap jenis material setelah perlakuan panas akan berbeda antara material satu dengan material lain, tergantung pada unsur dan komposisi campurannya. Penambahan unsur Mn, Mo, Ni, dan Si pada material baja campuran dapat meningkatkan sifat mampu keras, namun penambahan unsur Ti, V, Zr, W dan U yang berlebihan akan menurunkan sifat mampu keras. Setiap perusahaan biasanya mempunyai standar yang dikeluarkan untuk menjamin kualitas setiap produk yang dihasilkan atau yang akan dipesankan ke supplier sehingga produk-produk tersebut mampu tukar khususnya produk yang akan diassy. Sebagai contoh Honda memiliki HAS (Honda Engineering Standard) dan Suzuki memiliki SES (Suzuki Engineering Standard). Dengan adanya standar tersebut semua produk yang dihasilkan harus sesuai dan berada dalam standar. Jika produk keluar dari standar yang telah ditetapkan, maka produk tersebut menjadi reject dan tidak dapat digunakan karena akan menimbulkan masalah pada proses selanjutnya atau bahkan pada produk jadi. Dengan pengujian kekerasan, kedalaman karbon dan struktur mikro pada material dan diharapkan dapat diketahui seberapa besar pengaruh perlakuan panas pada kedua material sehingga dapat mengetahui sifatsifat mekanisnya. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standarisasi dan Pengkodean baja karbon Standarisasi adalah proses merumuskan, merevisi, menetapkan dan menerapkan standar, dilaksanakan secara tertib dan kerja sama dengan semua pihak. SNI atau Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh instansi teknis setelah mendapat persetujuan dari dewan standarisasi nasional, dan berlaku secara

JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 32 nasional di Indonesia. Struktur penomoran SNI terdiri atas serangkaian kode dengan arti tertentu yaitu berupa kode SNI, nomor unik, nomor bagian dan nomor seksi, serta tahun penetapan. Kode SNI menyatakan bahwa dokumen tersebut adalah Standar Nasional Indonesia. Nomor unik adalah identifikasi dari suatu standar tertentu yang jumlah digitnya sesuai kebutuhan, minimal empat angka dan diawali dengan angka 0. Nomor bagian merupakan identifikasi yang menunjukkan nomor urut bagian dari suatu standar yang mempunyai bagian. Nomor seksi adalah identifikasi yang menunjukkan nomor seksi dari suatu standar bagian tertentu 2.2 Perlakuan panas Perlakuan panas adalah suatu proses dimana bahan diberikan suhu yang tinggi untuk mengubah sifat-sifatnya. Tujuan perlakuan panas pada baja ialah untuk memperbaiki sifat-sifat fisis dan mekanisnya, yaitu stuktur, keuletan, dan kekerasan. Dengan adanya perlakuan panas pada bahan ini diharapkan akan diperoleh material yang kuat, liat, dan tahan aus. Perlakuan panas yang sering diaplikasikan dalam dunia industri antara lain: penganilan (annealing), normalisasi (normalizing), quenching-tempering dan pengerasan kulit. 2.3 Normalizing Normalisasi dilakukan dengan cara yang sama seperti penganilan tetapi dengan suhu yang lebih tinggi, diatas daerah transformasi dimana austenit telah terbentuk yaitu sekitar 870 ºC. Dengan normalisai didapatkan struktur internal yang seragam dalam baja dan kekuatan yang lebih tinggi dari pada yang dihasilkan melalui penganilan. 2.4 Pengerasan menyeluruh, pencelupan dan penemperan Pengerasan menyeluruh dicapai dengan memanaskan baja di atas daerah transformasi di mana austenit telah terbentuk dan kemudian didinginkan dengan cepat dalam media pencelupan (quenching). Pendinginan yang cepat menyebabkan pembentukan martensit, struktur kristal baja yang kuat dan keras. Tinggi rendah suhu mulai terbentuknya martensit bergantung pada komposisi unsur paduan, jika paduan yang strukturnya mengandung 80% martensit pada keseluruhan penampang, maka memiliki sifat mampu keras yang tinggi. Media yang sering digunakan dalam pencelupan adalah minyak high temperatur dan air. Tempering adalah proses pemanasan ulang baja dengan suhu antara 200 ºC hingga 700 ºC setelah mengalami pencelupan dan kemudian mendinginkan secara perlahan pada udara sampai kembali ke suhu ruang dengan tujuan merubah sifat-sifat baja. Melalui proses penemperan ini kekuatan tarik dan titik luluh akan menurun seiring bertambahnya suhu penemperan tetapi keuletannya meningkat. 2.5 Pengerasan kulit Dalam beberapa komponen mesin kadang diperlukan tingkat kekuatan sedang meskipun permukaannya harus memiliki kekerasan yang tinggi, seperti roda gigi dibutuhkan kekerasan permukaan yang tinggi untuk menahan keausan akibat bersinggungan antar gigi selama berputar. Keuntungan dari pengerasan kulit adalah bahwa saat permukaan dituntut memiliki kekerasan yang tahan aus, inti dari komponen ini masih dalam keadaan ulet, tahan terhadap impak dan kelelahan. Proses yang sering digunakan dalam pengerasan kulit antara lain : pengerasan nyala api (flame hardening), pengerasan induksi (induction hardening), karburisasi (carburizing), nitridasi (nitriding), sianidasi (cyaniding), dan karbonitriding. 2.6 Carburizing Carburing adalah proses penambahan karbon kedalam permukaan baja karbon rendah pada temperatur antara 850 ºC hingga 950 ºC dan terjadi pada fasa austenite sehingga kadar karbon pada baja meningkat. Pengerasan permukaan dicapai saat lapisan permukaan yang mengandung karbon tinggi dan jenuh didinginkan cepat (quench) sehingga membentuk martensite. Dengan terbentuknya martensite pada permukaan ini akan meningkatkan ketahanan aus, fatigue dan ketangguhan pada baja karbon rendah. Sumber atom karbon yang digunakan pada proses carburizing adalah dalam bentuk gas, liquid atau ion. Perbedaan sumber karbon ini menyebabkan perbedaan nilai kekerasan dan kedalaman permukaan yang dikeraskan. Pada gas carburizing sumber karbon berbentuk gas pada temperatur 815 ºC hingga 980 ºC, biasanya untuk proses secara terus-menerus karena tebal kekerasan permukaan dapat diatur. Logam dasar yang dikeraskan dengan cara ini adalah baja karbon rendah dan baja paduan karbon rendah. Pada liquid carburizing sumber pengerasan karbon berasal dari difusi karbon dengan sumber karbon berbentuk liquid pada temperatur 815 ºC hingga 980 ºC. Proses liquid carburizing lebih cepat dari pada proses gas carburizing dan memerlukan penggantian larutan secara berkala. 2.7 Pendinginan Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Seperti pada diagram dibawah:

33 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 diagonal. Pengujian metode Vikers dapat diaplikasikan pada bahan keras, bahan yang sangat tipis dan tingkat pengukuranya lebih teliti. Secara matematis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : =. ( ) ( ) = kg/mm 2 Gambar 2.2 Diagram temperature time trasnsformation (TTT diagram) Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0,83% yang ditahan suhunya dititik tertentu yang letaknya di atas dari kurva C, maka akan menghasilkan struktur perlit dan ferit. Bila ditahan pada titik tertentu bagian bawah kurva C tetapi masih di sisi sebelah atas garis horizontal, maka akan menghasilkan struktur mikro bainit yang sifatnya lebih keras dari pada perlit. Dan jika suhunya ditahan pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan terbentuk struktur martensite dengan sifat sangat keras dan getas. Dalam diagram di atas semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut juga akan bergeser ke kanan. Ukuran butir struktur yang terbentuk pada proses perlakuan panas tergantung tinggi rendahnya temperatur dan waktu pemanasan, semakin lama pemanasannya maka struktur yang terbentuk semakin besar, dan semakin cepat pendinginan semakin kecil struktur yang terbentuk. 2.8 Kekerasan Pengujian kekerasan metode Brinell merupakan pengujian standar secara industri, tetapi karena penekannya terbuat dari bola baja maka benda keras sekali atau lunak sekali tidak dapat dilakukan pengujian. Metode ini adalah dengan menjatuhkan bola dengan ukuran tertentu dan ketinggian tertentu di atas benda uji dan diperoleh pantulannya. Pengujian dengan metode Rockwell merupakan pengujian yang cocok untuk semua jenis material keras dan lunak. Prinsipnya adalah melakukan penekanan dengan penekan bola baja atau intan dengan beban tertentu kemudian mengukur bekas atau jejak dari penekanan tersebut. Pengujian kekerasan dengan metode Vikers prinsipnya adalah sama dengan pengujian Rockwell, prinsip pengujian ini adalah memberikan beban dengan menekan benda uji. Penekanan benda uji ini dengan menggunakan indentor intan yang berbentuk piramid dengan sudut puncak sebesar 136 º dan dasar berbentuk segi empat. Kekerasan vikers () didefinikan sebagai beban sebesar 1000 gram. Luas jejakan dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang 3. METODOLOGI PENELITIAN Mulai Data Awal: Kekerasan Kedalaman karbon Mikro struktur Persiapan proses Carburizing @ 5 pcs T: 900 ºC t : 170 menit Quenching @ 5 pcs T: 130 ºC t : 15 menit Tempering @ 5 pcs T: 170 ºC t : 90 Pengujian: Kekerasan, struktur mikro & kedalaman karbon Analisa Hasil VS standard Selesai Ya Tidak 3.1 Proses carburizing Sebelum sample dimasukkan ke mesin furnace ada langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu: a. Sample diberi nomor dan kode untuk memudahkan idenfifikasi. b. Sample diberi tanda kawat untuk membedakan dengan part masspro. c. Sample diletakkan sesuai dengan nomornya pada jig yang telah disiapkan. d. Parameter carburizing T : 900 ºC t : 170 menit, quenching T: 130 ºC t: 15 menit, tempering T :170 ºC t : 90 menit.

JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 34 e. Udara : 1 L/menit, CH4 : 0 15 L/menit, CO 2: 0,02 0,25 %. f. Setelah semua proses selesai sample dibiarkan dalam udara normal selanjutnya diambil untuk proses persiapan pengujian. 3.2 Pengujian kekerasan dan struktur mikro Uji struktur dilakukan untuk melihat, mengamati dan menganalisa jenis dan bentuk mikro struktur yang terbentuk pada sample baik sebelum maupun setelah melalui beberapa tahap proses perlakuan panas. Sebelum dilakukan uji kekerasan dan uji mikro struktur, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: a. Memotong sample pada area gigi. b. Mounting, yaitu mengepress sample dengan tujuan untuk lebih mudah penanganan sample pada saat pengujian. c. Menghaluskan permukaan sample dengan amplas (dari grit 60, 120 sampai 600 ). d. Memoles atau etsa sample, mencelupkan pada campuran asam nitrat dan alkohol sampai terlihat garis kadalaman karbon. e. Melakukan uji kekerasan dan uji mikro struktur. Hasil pengujian surface hardness KEKASAN KEKASAN BEFORE HEAT HEAT TREATMENT TREATMENT SAMPL E BEFOR E BEFOR E E R E R 1 144 171 755 745 2 142 169 765 710 3 144 171 745 715 4 146 172 725 735 5 153 171 735 720-145.8 170.8 745 725 4. ANALISIS 4.1 Hasil pengujian Hasil pengujian inside hardness KEKASAN KEKASAN BEFORE HEAT HEATTREATMENT TREATMENT SAMPLE BEFORE BEFORE 1 166 174 340 390 2 167 183 336 388 3 163 182 337 395 4 155 183 331 371 5 162 181 333 392-162.6 180.6 335.4 387.2 Grafik perbandingan surface hardness Hasil pengujian pitch circle MAT IA L JAR AK PEN JEJA GAN SAMPLE 1 2 3 4 5 m m m m - m ²) 0.1 704 737 725 724 727 723.4 0.2 690 713 699 708 701 702.2 0.3 651 635 635 672 643 647.2 0.4 605 594 595 587 597 595.6 0.5 563 528 540 541 545 543.4 0.6 519 480 491 488 504 496.4 0.7 468 428 450 463 451 452.0 0.8 421 397 426 435 421.0 0.9 417 382 405 424 410 407.6 0.1 747 737 725 742 741 738.4 0.2 738 713 699 713 708 714.2 0.3 704 672 655 681 677 677.8 0.4 655 612 594 620 616 619.4 0.5 601 565 559 576 576 575.4 0.6 551 525 528 537 534 535.0 0.7 527 502 508 501 502 508.0 0.8 502 483 465 486 488 484.8 0.9 481 448 458 465 453 461.0 Grafik perbandingan inside hardness

35 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 Grafik perbandingan kekerasan area pith circle 3 4 5 4 0.63 0.66 5 0.64 0.66 1 0.63 0.62 2 0.63 0.64 3 0.59 0.63 0.58 4 0.66 0.67 5 0.63 0.56 1 0.69 0.71 2 0.68 0.62 3 0.64 0.66 0.69 4 0.67 0.64 5 0.66 0.60 1 0.70 0.62 2 0.65 0.59 3 0.72 0.69 0.53 4 0.67 0.52 5 0.68 0.56 0.61 0.65 0.56 Hasil pengujian teeth root SAMPLE MA T IAL JARAK PENJE JAGAN 1 2 3 4 5 m ²) - m ²) 0.1 704 708 705 718 707 708 0.2 681 655 664 668 655 665 SC M 0.3 608 583 585 597 605 596 0.4 540 525 519 551 531 533 0.5 470 444 475 497 488 475 0.6 421 401 409 439 458 426 SC M 0.7 397 357 383 382 426 389 0.8 371 355 367 376 369 368 0.1 742 718 728 732 713 727 0.2 704 690 712 708 690 701 0.3 639 643 651 635 639 641 0.4 601 563 594 573 590 584 0.5 550 513 537 516 534 530 0.6 502 465 505 479 478 486 0.7 473 453 473 458 460 463 0.8 463 419 464 435 453 447 Grafik perbandingan kedalaman karbon area pitch circle Kadalaman karbon teeth root SAMP LE TITIK PENGU JIAN KEDALA MAN KARBO N (mm ) - KEDALA MAN KARBO N (mm ) - Grafik perbandingan kekerasan area teeth root Kedalaman karbon pitch circle SAMP LE AWAL 1 2 TITIK PEN GUJI AN KEDAL KEDALAMA - AMAN N KARBON KARBO (mm ) N (mm ) 1 2 3 4 5 1 0.72 0.63 2 0.72 0.50 3 0.66 0.72 0.65 4 0.74 0.53 5 0.78 0.53 1 0.68 0.67 2 0.58 0.63 0.66 3 0.64 0.66-0.66 AWAL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 0.54 2 0.55 0.52 3 0.55 0.54 0.47 4 0.56 0.48 5 0.51 0.52 1 0.58 2 0.53 0.61 3 0.53 0.55 0.55 4 0.54 0.55 5 0.59 0.53 1 2 0.54 0.48 3 0.52 0.56 0.52 4 0.62 0.56 5 0.56 0.58 1 0.61 0.51 2 0.58 0.56 3 0.58 0.59 0.52 4 0.62 0.51 5 0.56 0.52 1 0.52 0.58 2 0.52 0.53 3 0.51 0.53 0.52 4 0.52 0.53 5 0.56 0.53 0.51 0.56 0.54 0.52 0.54

JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 36 4.2.2 Pembahasan pengamatan struktur mikro Pada sample awal material maupun belum mengalami perlakuan panas terlihat martensite dengan bentuk dan ukuran struktur bervariasi, setelah mengalami perlakuan panas terjadi perubahan struktur martensite dan austenite dengan bentuk ukuran yang lebih kecil dan seragam. 5. KESIMPULAN Grafik perbandingan kedalaman karbon area teeth root 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Pembahasan uji kekerasan Berdasarkan tabel dan gambar dari hasil pengujian material awal dan material yang sudah mengalami perlakuan panas, carburizing 900 ºC selama 170 menit, quenching 130 ºC selama 15 menit dan tempering 170 ºC selama 90 menit, diperoleh : a. Material awal memiliki inside hardness 162.6 kg/mm2, surface hardness 145 kg/mm 2, kekerasan rata-rata area pitch circle jarak 0.1 mm = 174.8 kg/mm 2 dan jarak 0.9 mm = 181.8 kg/mm 2 pada area teeth root jarak 0.1 = 177 kg/mm 2 jarak 0.8 = 173 kg/mm 2 serta kedalaman karbon total 0 mm karena belum ada penambahan karbon. b. Material awal memiliki inside hardness 180.6 kg/mm 2, surface hardness 170.8 kg/mm 2, kekerasan rata-rata area pitch circle jarak 0.1 mm = 192.6 kg/mm 2 dan jarak 0.9 mm = 186 kg/mm 2 pada area teeth root jarak 0.1 mm = 215 kg/mm 2 dan jarak 0.8 mm = 197 kg/mm 2 serta kedalaman karbon total 0 mm karena belum ada penambahan karbon. c. Material setelah mengalami perlakuan panas memiliki inside hardness 335.4 kg/mm 2, surface hardness 745 kg/mm 2, rata-rata kekerasan area pitch circle jarak 0.1 mm = 723.4 kg/mm 2, jarak 0.9 mm = 407.6 kg/mm 2 dan rata-rata kedalaman karbon = 0.67 mm. Kekerasan rata-rata pada area teeth root jarak 0.1 = 708 kg/mm 2, jarak 0.8 = 368 kg/mm 2, rata-rata kedalaman karbon = 0.55 mm. d. Material setelah mengalami perlakuan panas memiliki inside hardness 387 kg/mm 2, surface hardness 725 kg/mm 2, rata-rata kekerasan area pitch circle jarak 0.1 mm = 738.4 kg/mm 2, jarak 0.9 mm = 461.0 kg/mm 2 dan rata-rata kedalaman karbon = 0.61 mm. Kekerasan rata-rata pada area teeth root jarak 0.1 = 727 kg/mm 2, jarak 0.8 = 447 kg/mm 2, rata-rata kedalaman karbon = 0.53 mm. Dari hasil pengujian material setelah mengalami perlakuan panas dan dibandingkan dengan standar customer dapat diambil kesimpulan: a. inside herdness pada material ratarata 335.4 kg/mm 2 dan rata-rata 387 kg/mm 2 sesuai dengan standar (standar SES : 266 kg/mm 2 ~ 392 kg/mm 2 ). b. Surface hardness pada material rata-rata 745 kg/mm 2 dan rata-rata 725 kg/mm 2 sesuai dengan standar (standar SES : 613 kg/mm 2 ~827 kg/mm 2 ). c. Kedalaman karbon pada material rata-rata area pitch circle 0.67 mm dan 0.55 mm area teeth root masih masuk standar (standar area pitch circle : 0.3 ~ 0.8 mm, area teeth root :0.3 ~ 0.6 mm). d. Kedalaman karbon pada material rata-rata area pitch circle 0.61 mm dan 0.53 mm area teeth root masih masuk standar (standar area pitch circle : 0.3 ~ 0.8 mm, area teeth root :0.3 ~ 0.6 mm). e. Struktur mikro sesuai dengan standart yaitu tidak timbul ferrit dan cementite serta austenite tidak lebih dari 30%. f. Sehingga kedua material bisa diaplikasikan untuk bahan pembuatan roda gigi Primary Driven 25G sesuai dengan SES (Suzuki Engineering Standard). DAR PUSTAKA 1. Mott,L Robert.(2004). Elemen-elemen mesin dalam perancangan mekanis. Yogyakarta: Andi. 2. Sularso dan Suga, kiyokatsu. (2004). Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin (11). Jakarta : Pradnya Paramita. 3. Surdia, Tata & Shinroku Saito. (1999). Pengetahuan bahan teknik (6). Jakarta: Pradnya Paramita. 4. Samosir, Ganda.Ir. M. Sc (2008 ). Materi kuliah:teknik Manufaktur.Teknik Mesin UMB 5. Detail SNI. :http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni /detail_sni/607 6. Mech-Art-Science >> Time, Temperature,& Transformation (TTT) Diagram. http://blog.ub.id/hermanto/2012/03/10/timetemperature-transformation-ttt-diagram/ dibuka pada tanggal 21September 2014.

37 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 7. Osteel Group. http://www.osteelgroup.com/indonesia/ghdz. asp 8. Panthron Gonna a Chemical EngineeringDaily Report:Bahan Konstruksi Teknik Kimia : Phase Transformation. http://chemicalengineersdaily.blogspot.com/2 012/05/bahan-konstruksi-teknik-kimiaphase.html dibuka pada tanggal 22September 2014. 9. Pengaruh Temperatur Quenching Terhadap Kekerasan Dan Struktur MIkro Baja I arda.biz. http://arda.biz/sainteknologi/metalurgi/perlakuan-panaslogam/pengaruh-temperatur -quenchingterhadap-kekerasan-dan-struktur-mikro-baja/ dibuka pada tanggal 21September 2014. 10. Practical Maintenance>>Blog Archive>>I-T Diagram and Cooling Curves.http://practicalmaintenance.net/?p=1 345 dibuka pada tanggal 22September 2014. 11. SES (Suzuki Enginering Standard), Gear Primari Driven.