PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

Info Artikel. Etik Isman Hayati *), Eko Budi Susatyo dan Wisnu Sunarto

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus Indica L) DALAM PENURUNAN TSS DAN COD LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG

BAB 3 METODE PERCOBAAN

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

(Study Stirring Time)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

DAFTAR ISI ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN...

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

PENGGUNAAN TEPUNG BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK MENURUNKAN KADAR FOSFAT DAN COD PADA AIR LIMBAH USAHA LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

SOLID DAN COLOR VALUE AIR LIMBAH INDUSTRI MONOSODIUM GLUTAMAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

UJI PENGGUNAAN ASAP CAIR UNTUK MENGURANGI BAU PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN DENGAN METODE THRESHOLD ODOR TEST. Aditya W Dwi Cahyo

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Oleh : Putri Paramita ( )

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Friska Dwi Nur Styani, 2013

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Pokok Bahasan XI PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

KOAGULAN PADA PENURUNAN TURBIDITAS LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL PT. LSI DAN PENURUNAN KADAR

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

LAPORAN AKHIR. PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L.) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE OLEH

SKRINING POTENSI JENIS BIJI POLONG-POLONGAN (Famili Fabaceae) DAN BIJI LABU- LABUAN (Famili Cucurbitaceae) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PENGGANTI TAWAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

PENGGUNAAN CANGKANG UDANG SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK MENURUNKAN KADAR TSS, KEKERUHAN DAN FOSFATPADA AIR LIMBAH USAHA LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan

Transkripsi:

al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI DYAH DWI POERWANTO, 1 EKO PRABOWO HADISANTOSO, 1* DAN SOEHARTINI ISNAINI. 2 1 Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 15 Cipadung, Bandung 4614 2 Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 4122 email korespondensi: ekopra5@gmail.com ABSTRAK. Telah dilakukan penelitian pemanfaatan biji asam jawa dalam pengolahan limbag cair industri farmasi dengan metoda koagulasi. Koagulasi dan flokulasi merupakan metode pengolahan air untuk limbah yang bersifat koloid. Biji asam jawa mengandung tanin sebesar 2,2 % yang bersifat sebagai koagulan dan polimer alami seperti pati sebesar 3,1 % yang berfungsi sebagai flokulan. Penelitian ini diawali dengan preparasi koagulan dimana biji asam jawa yang telah dibersihkan ditumbuk hingga menjadi serbuk lalu diayak dengan ayakan tepung. Selanjutnya sampel air limbah ditambahkan koagulan dengan variasi dosis yaitu 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram/5 ml sampel air limbah, lalu diaduk dengan kecepatan cepat 3 menit dan kecepatan lambat 12 menit, kemudian diendapkan 12 menit. Filtrat hasil koagulasi dianalisis berdasarkan Kep-51/MENLH/1/1995 tentang baku mutu limbah cair industri farmasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kemampuan biji asam jawa cukup baik sebagai koagulan untuk memperbaiki nilai ph, menurunkan konsentrasi TSS pada dosis optimum 1 g/5 ml, BOD pada dosis optimum 7 g/5ml, serta NH 4 + pada dosis optimum 3 g/5 ml. Namun, koagulan ini belum dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi COD dan fenol dalam limbah cair industri farmasi. Kata kunci: biji asam jawa, limbah industri farmasi, koagulasi, flokulasi, variasi dosis koagulan. 1. Latar Belakang Air limbah industri farmasi merupakan salah satu sumber pencemaran yang potensial. Oleh karena itu, air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke badan air. Untuk pengolahan air limbah industri farmasi umumnya menggunakan teknologi pengolahan air limbah lumpur aktif yang kurang ekonomis karena biaya operasional cukup besar dan 24 kontrol operasionalnya cukup sulit. [1] Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah yang mudah pengoperasiannya, ekonomis, dan memenuhi standar lingkungan. Alternatif dari penggunaan koagulan sintetik yaitu pemanfaatan biokoagulan yang berasal dari bahan-bahan yang tersedia di alam yang salah satunya yaitu biji asam jawa (Tamarindus indica) yang selama ini hanya sebagai limbah yang jarang dimanfaatkan dan perlu dikembangkan lebih lanjut untuk pengolahan limbah cair yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Telah dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki potensi sebagai biokoagulan diantaranya pemanfaatan biji kelor pada proses koagulasi dalam pengolahan limbah cair industri tahu dengan penyisihan turbiditas 89,42%, TSS 98,73%, dan COD 69,58%. [2] Lalu pemanfaatan biji asam jawa sebagai koagulan alternatif dalam proses menurunkan COD dan BOD pada limbah cair industri tempe dimana diperoleh secara berturut-turut efisiensi removal BOD sebesar 82,62 %, COD sebesar 81,72 %, dan TSS sebesar 76,47% [3] serta koagulan alami dari biji trembesi, biji kelor, dan kacang merah dalam proses penurunan kadar fosfat pada limbah cair industri pupuk yang mencapai 73,31 %. [4] Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan biji asam jawa sebagai koagulan alami dalam memperbaiki kualitas air limbah industri farmasi dan mengetahui pengaruh biji asam jawa terhadap parameter kualitas limbah cair industri farmasi, yang meliputi: TSS, ph, COD, BOD, fenol, dan NH4 +. Pemilihan biji asam jawa sebagai koagulan alami untuk pengolahan air limbah

al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 didasarkan pada kandungan dari biji asam jawa. Kandungan biji asam jawa yaitu polisakarida dan tanin merupakan koagulan alami yang lebih ramah lingkungan bila dibandingkan dengan koagulan organik dan anorganik lainnya untuk pengolahan air limbah. [5] 2. Metode Penelitian Preparasi Koagulan Biji asam jawa dipisahkan dari dagingnya dan dibersihkan. Kemudian dipanaskan menggunakan oven pada suhu 15 C selama 6 menit lalu ditumbuk hingga berbentuk serbuk dan diayak menggunakan ayakan tepung untuk menghomogenkan dan agar luas permukaan koagulan sama serta disimpan dalam desikator. Serbuk inilah yang selanjutnya digunakan sebagai koagulan dalam proses koagulasi. Pengambilan Sampel Sampel diperoleh dari air limbah salah satu industri farmasi di Bandung. Teknik pengambilan sampel yaitu diambil secara langsung sebanyak 5 ml ke dalam jerigen mengikuti prosedur pengambilan sampel di industri tersebut dimana sebelumnya limbah ditampung di dalam bak penampungan setiap 1 jam yang kemudian diambil untuk analisis. Proses Koagulasi Air limbah yang telah dianalisis awal dimasukkan ke dalam lima gelas kimia masingmasing sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan serbuk biji asam jawa dengan variasi dosis yaitu 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram. Lalu diaduk dengan kecepatan cepat selama 3 menit, dilanjutkan kecepatan lambat selama 12 menit, kemudian diendapkan selama 6 menit. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman No 1. Filtrat kemudian diambil untuk dianalisis parameter TSS, ph, COD, BOD, fenol, dan NH4 +. Metoda pengujuan COD, TSS, fenol, dan NH4 + berdasarkan Standar Methods APHA, E. A., & Lenore, C (1995) serta pengujian ph (SNI) 6989.11:24 dan BOD (SNI) 6989.72:29. 3. Hasil dan Pembahasan Koaguan Biji Asam Jawa Koagulan biji asam jawa yang digunakan adalah berbentuk serbuk. Serbuk biji asam jawa diperoleh dengan cara dipanaskan dan ditumbuk. Tujuan pemanasan adalah untuk mempermudah dalam penumbukan biji asam karena setelah pemanasan, kadar air pada biji asam berkurang dan warna cangkangnya menjadi lebih gelap sehingga mudah dilepas. Setelah ditumbuk, serbuk diayak menggunakan ayakan tepung untuk menghomogenkan dan agar luas permukaan koagulan sama. Sebelum digunakan, serbuk tersebut disimpan di dalam desikator untuk menghindari uap air. Biji asam jawa dapat digunakan sebagai koagulan pada proses koagulasi karena pertimbangan kandungan tannin dalam biji tersebut serta polimer alami seperti pati berfungsi sebagai flokulan. Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman sedangkan pati merupakan polisakarida yang banyak terdapat pada sebagian besar tumbuhan dan dapat larut dalam air membentuk larutan koloid. [6] Penyisihan TSS Nilai TSS limbah industri farmasi sebelum perlakuan menunjukkan nilai 1 mg/l TSS. Nilai tersebut sudah dibawah nilai maksimum untuk parameter kualitas air limbah industri farmasi menurut Kep- 51/MENLH/1/1995 yaitu 75 mg/l. Pada penelitian ini, dosis optimum untuk menurunkan kadar TSS pada limbah farmasi adalah 1 g/5 ml serbuk biji asam jawa yang dapat diketahui pada dosis 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram per 5 ml limbah cair industri farmasi dapat menurunkan masing-masing menjadi,3 mg/l;,38 mg/l;,162 mg/l;,26 mg/l;,48 mg/l; dan,28 mg/l. Grafik hubungan variasi dosis koagulan biji asam jawa dengan nilai TSS dapat dilihat pada Gambar 1. Semakin banyak koagulan yang ditambahkan maka kemampuan untuk menjernihkan limbah cair industri farmasi menjadi jenuh sehingga koagulan yang tersisa akan mengotori larutan yang ada. Selain itu, pada saat proses koagulasi dikhawatirkan proses koagulasi sampel belum mencapai keadaan setimbang sehingga ketika koagulasi telah mencapai dosis optimum, konsentrasi TSS mengalami penurunan kembali. 25

ph TSS (mg/l) al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 1,8,6,4,2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 1. Hubungan Variasi Dosis Koagulan dengan Nilai TSS ph Biji asam jawa memiliki kadar ph yang asam sekitar 2 4 sehingga lebih cocok digunakan untuk pengolahan limbah cair yang memiliki ph asam. Pada penelitian ini dapat dilihat hasil penurunan ph yang sangat signifikan. Kadar ph pada limbah industri farmasi sudah sesuai dengan Kep- 51/MENLH/1/1995 yaitu 7,92. Pada penelitian ini, semakin banyak koagulan yang ditambahkan maka nilai ph semakin naik yaitu dosis 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram per 5 ml limbah cair industri farmasi dapat menaikkan ph masing-masing menjadi 4,53; 4,63; 4,77; 4,84; 5,74; dan 5,82. Grafik hubungan variasi dosis koagulan biji asam jawa dengan ph dapat dilihat pada Gambar 2. Konsentrasi COD Konsentrasi COD pada limbah cair menunjukkan nilai 33 mg/l. Menurut Kep- 51/MENLH/1/1995 batas maksimum konsentrasi COD dalam limbah industri farmasi adalah 15 mg/l sehingga limbah cair ini sudah memiliki nilai COD di bawah nilai maksimum. Kenaikan konsentrasi COD dapat diketahui pada dosis 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram per 5 ml limbah cair industri farmasi menaikkan konsentrasi COD masing-masing 28,5 mg/l; 66 mg/l; 924 mg/l; 1386 mg/l; 249 mg/l; dan 231 mg/l, yang ditunjukkan pada Gambar 3. Konsentrasi COD sebelum penambahan koagulan sudah berada dibawah batas maksimum untuk konsentrasi COD limbah cair industri farmasi. Namun, setelah penambahan koagulan, konsentrasi COD malah semakin naik. Hal ini disebabkan bahwa biokoagulan yang digunakan berasal dari senyawa organik sehingga koagulan tersebut menjadi bahan baku 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 2. Hubungan Variasi Dosis Koagulan dengan ph 26

BOD (mg/l) COD (mg/l) al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 3 25 2 15 1 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 3. Hubungan Variasi Dosis Koagulan dengan COD untuk oksidasi. Selain itu, COD dalam air limbah tersebut sedikit sehingga koagulan dengan muatan negatif yang masuk tidak dapat menyelubungi seluruh koloid yang ada pada air limbah. Koagulan yang masuk ke dalam air limbah menjadi berlebih dan menyebabkan meningkatnya nilai COD. Konsentrasi BOD Konsentrasi BOD pada limbah cair menunjukkan nilai 3,55 mg/l. Menurut Kep- 51/MENLH/1/1995 batas maksimum konsentrasi COD dalam limbah industri farmasi adalah 75 mg/l sehingga limbah cair ini sudah memiliki nilai BOD dibawah nilai maksimum. Penurunan konsentrasi BOD dapat diketahui pada dosis 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram per 5 ml limbah cair industri farmasi menurunkan konsentrasi BOD masing-masing 3,41 mg/l; 14,19 mg/l; 13,71 mg/l; 13,22 mg/l; 17,75 mg/l; dan 8,98 mg/l. Grafik hubungan variasi dosis koagulan biji asam jawa dengan BOD dapat dilihat pada Gambar 4. Dosis biji asam jawa yang terlalu banyak mengakibatkan kemampuan penurunan kadar BOD limbah cair industri farmasi menjadi jenuh. Selain itu, pada dosis koagulan 9 gram terjadi kenaikan konsentrasi BOD. Hal ini berhubungan dengan kandungan biokoagulan biji asam jawa yang memiliki sifat antimikroba yang dapat mengakibatkan kematian mikroorganisme yang berperan untuk mendegradasikan bahan organik dalam sampel. [7] Dosis optimum pada penelitian ini yaitu 7 g/5 ml koagulan dimana dapat menurunkan konsentrasi BOD menjadi 13,22 mg/l. Konsentrasi Fenol 35 3 25 2 15 1 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 4. Hubungan Variasi Dosis Koagulan dengan BOD 27

NH 4 + (mg/l) fenol (mg/l) al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 Konsentrasi fenol pada limbah cair menunjukkan nilai 3,897 mg/l. Menurut Kep- 51/MENLH/1/1995 batas maksimum konsentrasi fenol dalam limbah industri farmasi adalah 1, mg/l sehingga limbah cair ini memiliki konsentrasi fenol di atas ambang batas maksimum. Kenaikan dan penurunan konsentrasi fenol dapat diketahui pada dosis 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram per 5 ml limbah cair industri farmasi menaikkan dan menurunkan konsentrasi fenol masing-masing 4,328 mg/l; 4,67 mg/l; 4,735 mg/l; 4,829 mg/l; 4,4 mg/l; dan 2,287 mg/l. Dari Gambar 5 dikerahui bahwa konsentrasi fenol yang semakin tinggi setelah penambahan koagulan menunjukkan bahwa koagulan ini tidak cocok digunakan untuk memperbaiki kualitas air limbah cair industri farmasi yang mengandung fenol. Jika pada parameter sebelumnya dapat mengurangi kadar pencemar air limbah, maka untuk parameter fenol ini malah memperburuk kualitas air limbah yang sebelumnya sudah di atas ambang batas maksimum. Dengan demikian, jika koagulan ini ditambahkan pada limbah cair industri farmasi, maka akan mengurangi kualitas air limbah (fenol naik) walaupun untuk parameter yang lain koagulan ini dapat memperbaiki kualitas air limbahnya. Kenaikan konsentrasi fenol disebabkan karena kandungan tanin dalam biji asam jawa yang tergolong senyawa polifenol juga menyebabkan kadar fenol semakin meningkat. [8] Konsentrasi Amonium Konsentrasi amonium pada limbah cair menunjukkan nilai 4 mg/l. Menurut Kep- 51/MENLH/1/1995 batas maksimum konsentrasi N-total dalam limbah industri farmasi adalah 3 mg/l sehingga limbah cair ini memiliki konsentrasi NH4 + di atas ambang batas maksimum (Gambar 6). Penurunan 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 5. Hubungan Variasi Dosis Koagulan dengan Konsentrasi Fenol 45 4 35 3 25 2 15 1 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 6. Hubungan Variasi Dosis Koagulan dengan Konsentrasi Ammonium 28

al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 konsentrasi NH4 + dapat diketahui pada dosis 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 gram per 5 ml limbah cair industri farmasi menurunkan konsentrasi NH4 + masing-masing 7 mg/l; 6 mg/l; 1 mg/l; 2 mg/l; 16 mg/l; dan 14 mg/l. Pada dosis koagulan 3 gram ke 5 gram sampai ke 7 gram, konsentrasi NH4+ meningkat kemudian menurun kembali. Hal ini disebabkan kelebihan dosis koagulan yang ditambahkan ke dalam sampel sehingga koagulan tidak dapat menyelubungi seluruh koloid pada air limbah dan menyebabkan meningkatnya konsentrasi NH4 +. 4. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulan dari biji asam jawa dapat menangani limbah cair industri farmasi untuk parameter TSS, ph, BOD, dan NH4+, namun untuk parameter COD dan fenol, koagulan ini belum dapat menurunkan konsentrasi sesuai KepMenLH No. 51 tahun 1995 serta kemampuan biji asam jawa cukup baik sebagai koagulan untuk memperbaiki nilai ph, menurunkan konsentrasi TSS pada dosis optimum 1 g/5 ml, BOD pada dosis optimum 7 g/5 ml, serta NH4+ pada dosis optimum 3 g/5 ml. Namun, koagulan ini belum dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi COD dan fenol dalam limbah cair industri farmasi. Referensi [1] Muliartha, IK. 24. Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Cair Industri Kecil. Jakarta: PT. Envirotekno Karya Mandiri. [2] Putra, R., Lebu, B., Munthe, D., dan Rambe, A.M. 213. Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Koagulan Pada Proses Koagulasi Limbah Cair Industri Tahu Dengan Menggunakan Jar Test. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol 2, nomor 2 : 28-31. [3] Ramadhani, GI, Moesriati A. 213. Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Tempe. Jurnal Teknik ITS. Vol II, Nomor 1 : D- 22 D26. [4] Utami, SDR. Uji Kemampuan Koagulan Alami Dari Biji Trembesi, Biji Kelor, dan Kacang Merah Dalam Proses Penurunan Kadar Fosfat Pada Limbah Cair Industri Pupuk. Jurnal Teknik Lingkungan FTSP- ITS. [5] Enrico, B. 28. Pemanfaatan Biji Asam Jawa Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tahu. Medan: Universitas Sumatera Utara. Tesis. [6] Poedjiadi, A. 25. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. [7] Hendrawati. 213. Penggunaan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica L.) dan Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Sebagai Koagulan Alami Dalam Perbaikan Kualitas Air Tanah. Vol III. Hal 22-33. [8] Effendi, H. 23. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit KANISIUS 29