Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Citra Indonesia sebagai negara pluralis yang menghormati keberagaman

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

HUKUMAN MATI TERKAIT KEJAHATAN NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

Jakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat:

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG

HAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN. Oleh: Johan Avie, S.H.

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

AMNESTY INTERNATIONAL PERNYATAAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penjelasan Pasal 31 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

Ringkasan Putusan.

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PENERAPAN HUKUMAN MATI SECARA MASSAL DI MESIR DITINJAU DARI HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

BAB I PENDAHULUAN. Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan yang didirikan oleh

HUKUM HAK ASASI MANUSIA: KUHAP DALAM KAJIAN HAM. Rocky Marbun, S.H.,M.H.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Perkara Nomor 3/PUU-V/2007

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XV/2017 Kewenangan Pemerintah dalam Menetapkan Aliran Kepercayaan Terlarang

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

Prinsip Dasar Peran Pengacara

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN

PENGATURAN TINDAK PIDANA TERORISME DALAM DUNIA MAYA (CYBER-TERRORISM) BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 15/PUU-X/2012 Tentang Penjatuhan Hukuman Mati

II. TINJAUAN PUSTAKA

TESIS PROGRA AM STUDI ILMU HUKUM DESMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

MAKALAH. Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa. Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI)

UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN ANAK

ANALISIS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) TERHADAP KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

Oleh: Robi Dharmawan, S. IP. Pusat Studi HAM Surabaya

Lembar Klarifikasi Kebijakan Daerah Untuk Pemenuhan Hak Konstitusional Perempuan (Masukan Komnas Perempuan)

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PEMEGANG KARTU KREDIT TERHADAP ADANYA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH DEBT COLLECTOR

Kata kunci: mediasi penal, tindak pidana, penganiayaan ringan.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENERAPAN ASAS NE BIS IN IDEM DALAM HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

ANALISIS YURIDIS KEBEBASAN BERSERIKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

KEAMANAN NASIONAL KEBEBASAN INFORMASI

Kepada Yth: Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI Melalui Ketua Mahkamah Konstitusi RI Di Tempat. Dengan hormat

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet

BAB III PENUTUP. 1. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan bagi Narapidana belum. pelayanan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP GELANDANGAN DAN PENGEMIS (GEPENG) DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SINGARAJA)

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.

Transkripsi:

PENYELESAIAN KASUS KEKERASAN TERHADAP JEMAAT AHMADIYAH DI WILAYAH CIKEUSIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK- HAK SIPIL DAN POLITIK Oleh: I Made Juli Untung Pratama I Gede Pasek Eka Wisanjaya I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT On February 6, 2011 an act of violence against the Ahmadis in Cikeusik, Padegelang Regency, Banten which killed three persons and injured the others. This writing is aimed to analyze the concept and the legal protection as well as to analyze the settlement of case of violence against religious freedom Ahmadiyah in Indonesia based on the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR). It is a normative legal research that uses statutory (instrumental), fact, and case approaches. This article concludes that the legal protection of religious freedom of Ahmadiyah in Indonesia have been stipulated in Indonesian Constitution, Indonesian Human Rights Act, and ICCPR. It is also concluded that the judgment issued by the District Court of Serang on this case tends to merely consider criminal aspect without considering any human rights approach. Keywords: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Act of Violence, Cikeusik, Human Rights ABSTRAK Pada tanggal 6 Februari 2011 terjadi aksi kekerasan terhadap warga Ahmadiyah di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Padegelang, Banten yang menyebabkan 3 (tiga) orang meninggal dan terdapat korban luka-luka. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konsep dan perlindungan hukum dalam kebebasan beragama dan berkeyakinan terhadap Jemaat Ahmadiyah di Indonesia serta menganalisis penyelesaian kasus kekerasan terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia berdasarkan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR). Artikel ini merupakan penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan-pendekatan instrumen, fakta, dan kasus. Tulisan ini menyimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan untuk Jemaat Ahmadiyah Indonesia diatur dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR). Tulisan ini juga menyimpulkan bahwa putusan Pengadilan Negeri Serang dalam kasus ini cenderung mengarah ke aspek pidana saja tanpa memperhatikan pendekatan HAM. 1

Kata Kunci: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Aksi Kekerasan, Cikeusik, Hak Asasi Manusia I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Kampung Peundeuy, Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Padegelang, Banten yang terjadi pada tanggal 6 Februari 2011 telah menghebohkan masyarakat. 1 Berdasarkan laporan dari Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), peristiwa tersebut telah menyebabkan tiga orang meninggal, yakni Roni Passaroni, Tubagus Candra Mubarok Syafai, dan Warsono. 2 Selain itu, terdapat korban luka-luka yakni Muhammad Ahmad alias Bebi, Ahmad Masihudin, Ferdias, Apip Yuhana, dan Deden Sudjana. 3 Sayangnya, penyerangan tersebut terjadi justru pasca diterbitkannya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri (SKB 3 Menteri) yang diterbitkan oleh Menteri Agama Muhammad M. Basyumi, Menteri Dalam Negeri H. Mardiyanto, dan Jaksa Agung Hendarman Supandji yang pada intinya melarang kegiatan kegamaan Jemaat Ahmadiyah. 4 Menariknya, salah satu dasar hukum yang digunakan pada SKB 3 adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik International (International Covenant on Civil and Political Rights /ICCPR). Dalam hal ini, ICCPR yang idealnya digunakan untuk melindungi hakhak sipil dalam hal kebebasan beragama dan berkeyakinan justru terlihat digunakan sebagai legitimasi bagi SKB 3 Menteri tersebut dalam mengambil tindakan terhadap Jemaat Ahmadiyah. Seorang Jemaat Ahmadiyah bernama Deden divonis selama 6 (enam) bulan oleh Pengadilan Negeri Serang. 1.2. Tujuan Penulisan Tulisan ini bermaksud untuk menganalisis perlindungan hukum dalam kebebasan beragama dan berkeyakinan terhadap Jemaat Ahmadiyah di Indonesia dan 1 Laporan Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Negara tak kunjung terusik h. 1 2 Ibid. h. 16. 3 Ibid 4 Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Nomor 3 Tahun 2008, KEP-033/A/JA/6/2008, 199 Tahun 2008 (SKB 3 Menteri) tentang Peringatan dan Perintah Kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat. 2

untuk menganalisis penyelesaian kasus kekerasan terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia berdasarkan ICCPR. II. HASIL PEMBAHASAN 2.1. Metode Penelitian Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum. 5 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan yang dalam hal ini menganalisis instrumen hukum internasional dan nasional yang relevan, pendekatan fakta, dan pendekatan kasus. 2.2. Hasil dan Pembahasan 2.2.1. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan untuk Jemaat Ahmadiyah Indonesia Pada prinsipnya, perlindungan hukum terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan bagi semua orang, termasuk Jemaat Ahmadiyah Indonesia, telah diatur di dalam hukum nasional dan hukum internasional. Secara garis besar, pengaturan dalam konteks hukum nasional dapat dilihat pada Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM), sedangkan dalam hukum internasional telah diatur pada ICCPR. Pasal 28 I ayat (1) UUD NRI 1945 pada intinya menyatakan bahwa hak beragama adalah hak yang tidak bisa dikurangi dalam keadaan apapun. Selanjutnya, Pasal 28I ayat (4) menyatakan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah. Pada UU HAM, pengaturan perlindungan hukum terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan dimuat dalam Pasal 4 yang menyatakan bahwa bahwa hak kebebasan beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Lebih lanjut konsep tanggung jawab negara untuk memajukan perlindungan, penghormatan, dan perlindungan HAM diatur di dalam Pasal 71 UU HAM. 5 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153. 3

Dalam hukum internasional, Pasal 4 ayat (2) ICCPR menyatakan bahwa pengurangan kewajiban atas Pasal 6, 7, 8 ayat (1 dan 2), 11, 15, 16 dan 18 sama sekali tidak dapat dibenarkan. Berkaitan dengan isu yang dibahas oleh penulis, maka sudah jelas bahwa kebebasan beragama dan berkeyakinan tidak dapat dikurangi oleh Negara sekalipun Negara dalam keadaan darurat sebagaimana bunyi Pasal 4 ayat (2) ICCPR. Dalam hal perlindungan hukum terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan UUD NRI 1945, UU HAM dan ICCPR sama-sama memuat konsep non derogable rights. 6 ICCPR tidak mengatur tentang konsep tanggung jawab negara dalam hal perlindungan hukum terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan sebagaimana yang diatur pada UUD NRI 1945 dan UU HAM. 2.2.2. Penyelesaian Kasus Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah di Wilayah Cikeusik Indonesia Ditinjau dari Perspektif Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik Pengadilan Negeri Serang (PN Serang) mengadili seorang anggota Jemaat Ahmadiyah yang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh kelompok intoleran. Dalam putusan atas kasus tersebut, dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana 6 (enam) bulan terhadap terdakwa Deden karena ia dipandang secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 212 KUHP tentang melawan pejabat dan Pasal 351 (1) KUHP tentang penganiayaan. 7 Penyelesaian kasus kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah dengan menggunakan pendekatan HAM ternyata tidak dilakukan oleh PN Serang sebagai representasi negara jika melihat dasar pertimbangan vonis enam bulan yang dijatuhkan kepada Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang seharusnya menjadi korban amuk dari kaum Intoleran. Penyelesaian kasus terhadap Tragedi Cikeusik yang dilakukan oleh Hakim seharusnya tidak dilihat hanya melalui aspek pidananya saja bahkan hingga memvonis 6 (enam) bulan penjara terhadap Jemaat Ahmadiyah yang menjadi korban penyerangan kelompok intoleran. Dalam penyelesaian kasus kekerasan ini, hakim seharusnya 6 Non derogable rights adalah hak yang harus dilindungi dan tidak dapat dikurangi, dibatasi, atau bahkan dilanggar dalam kondisi apapun. KontraS, Tanpa Tahun terbit, Panduan Pemolisian & Hak Berkeyakinan, Beragama, dan Beribadah, KontraS, Jakarta, h.12. 7 Lihat putusan Nomor: 419/PID.B/2011/PN.SRG, h. 72 dan 73. 4

memperhatikan aspek HAM yang dimiliki terdakwa dengan menggunakan pendekatan HAM (A Human Rights Based Approach). 8 Hakim seharusnya mempertimbangkan bahwa setidaknya telah terjadi 4 pelanggaran HAM terhadap terdakwa dan Jemaat Ahmadiyah akibat dari penyerangan tersebut yakni pelanggaran hak atas rasa aman, pelanggaran atas kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak untuk hidup, dan hak untuk berkumpul secara damai. Selain itu, hakim juga seharusnya melihat bahwa dalam kasus penyerangan tersebut, telah terjadi pelanggaran hak untuk hidup sebagaimana Pasal 6 ayat (1) ICCPR pada intinya menjelaskan hak untuk hidup adalah hak yang melekat pada semua orang dan wajib dilindungi oleh hukum. Lebih lanjut Paragraf 1 Komentar Umum 6 Komite Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa hak hidup adalah hak yang yang tidak boleh diderogasi 9 bahkan dalam kondisi darurat publik yang mengancam kehidupan bangsa. 10 Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlindungan hukum terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan untuk Jemaat Ahmadiyah Indonesia diatur dalam bahwa perlindungan hukum terhadap hak kebebasan beragama dan berkeyakinan untuk Jemaat Ahmadiyah Indonesia diatur dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR). Hukum nasional memuat konsep non derogable rights dan tanggung jawab negara dalam hal pemajuan perlindungan, penghormatan dan pemenuhan HAM dalam hal hak kebebasan beragama dan berkeyakinan dan pengaturan pada ICCPR berbeda karena hanya mengatur konsep non derogable rights. 2. Ditinjau dari Perspektif Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR), penyelesaian kasus kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah di wilayah 8 Lihat misalnya Komnas HAM, 2013, Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan, cet.ii, Komnas HAM, Jakarta. h. 17 9 Derogasi adalah suatu mekanisme di mana suatu negara menyimpangi tanggung jawabnya secara hukum karena adanya situasi yang darurat, Rhona K. M. Smith, et.al, 2008, Hukum Hak Asasi Manusia, cet. I, PUSHAM UII, Yogyakarta, h. 41-42. 10 Komnas HAM, 2009, Komentar Umum Kovenan Internasional Hak Sipil Dan Politik Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya, cet. I, Komnas HAM, Jakarta, h. 8. 5

Cikeusik Indonesia sebagaimana diputuskan oleh PN Serang cenderung mengarah ke aspek pidana saja tanpa memperhatikan pendekatan HAM. DAFTAR PUSTAKA BUKU Komnas HAM, 2009, Komentar Umum Kovenan Internasional Hak Sipil Dan Politik Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya, cet. I, Komnas HAM, Jakarta, 2013, Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan, cet.ii, Komnas HAM, Jakarta. KontraS, Tanpa Tahun terbit, Panduan Pemolisian & Hak Berkeyakinan, Beragama, dan Beribadah, KontraS, Jakarta. Mukti Fajar dan yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Rhona K. M. Smith, et.al, 2008, Hukum Hak Asasi Manusia, cet. I, PUSHAM UII, Yogyakarta. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. International Covenant on Civil and Political Rights. Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Nomor 3 Tahun 2008, KEP-033/A/JA/6/2008, 199 Tahun 2008 (SKB 3 Menteri) tentang Peringatan dan Perintah Kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat. Laporan KontraS, 2011, Negara Tak Kunjung Terusik Laporan Hak Asasi Manusia penyerangan Jama ah Ahmadiyah Cikeusik 6 Februari 2011. 6