BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Majid (2014: 1) menjelaskan bahwa hal tersebut sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan watak kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Penanaman pendidikan karakter kepada warga sekolah tidak akan efektif jika hanya diberlakukan untuk siswa saja, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-pendidik di sekolah. Sehingga penerapan pendidikan karakter di sekolah dapat berjalan dengan baik. 1 Pendidikan karakter dapat mendukung perkembangan sosial, emosional, dan etis siswa. Pendidikan karakter pada prinsipnya adalah upaya untuk menumbuhkan kepekaan dan tanggung jawab sosial, membangun kecerdasan emosional, dan mewujudkan siswa memiliki etika yang tinggi. 2 Sedari kecil, orang tua telah melaksanakan pendidikan karakter (yang waktu itu belum dilabelisasi sebagai penanaman karakter) yang menyangkut pendidikan sosial, emosional, dan etika. Dengan melatih anaknya yang masih kecil untuk berbagi ketika makan atau bermain, orang tua telah menanamkan pendidikan karakter sejak dini. Begitu juga dukungan atau pujian kepada anak ketika bangun dari terjatuh adalah penguatan karakter anak. Anak dilatih untuk kekamar mandi ketika mau buang air juga merupakan pendidikan karakter yang berkaitan dengan etika. Menurut undang-undang sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang pendidikan nasional dilihat dari fungsi dan 1 Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 46. 2 Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 22. 1

2 tujuannya adalah, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3 Berdasarkan fungsi dan tujuan dari undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 di atas, pendidikan disemua jenjang baik dimulai dari PAUD sampai perguruan tinggi harus dilaksanakan secara sistematis guna untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan yaitu membentuk atau mencetak generasi yang cerdas tidak hanya dalam bidang intelektual saja, namun juga mampu melahirkan generasi yang cerdas, beretika, bermoral, sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan mempunyai akhlakul karimah. 4 Salah satu tujuan pendidikan karakter di Indonesia adalah mampu mencetak generasi yang berakhlak mulia yang menyentuh ranah kognitif (wawasan), afektif (perilaku) dan psikomotorik ( ketrampilan). Pendidikan karakter dengan pembentukan mental dan sikap siswa dapat dikelola dengan menanamkan nilai-nilai religius dan nilai tradisional positif. Nilai itu perlu ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Tujuan akhirnya adalah terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter. Karakter yang diharapkan tidak tercerabut dari budaya asli Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan sarat muatan agama (religius). Karakter seseorang tidak terlepas dari bagaimana pendidikan dan pola asuh orangtua dirumah. Karakter seseorang dibentuk dari apa yang dipelajarinya di sekolah, dalam keluarga dirumah, dan di masyarakat. Ketiga wilayah itu adalah sebuah kesatuan, seseorang siswa tidak akan memiliki 3 Bamawi & Aridin, Ibid, hlm. 45 4 Bamawi & Aridin, Ibid, hlm. 45

3 karakter yang baik jika salah satu dari tempat itu bermasalah. Sekolah yang kondusif dalam penyampaian pendidikan karakter tidak akan efektif membentuk karakter siswa jika situasi di rumah tidak kondusif dan terjadi kekacauan moral di masyarakat. Seseorang yang berasal dari keluarga yang baik berpotensi rusak karakternya jika lingkungan sekolah kacau dan teman bergaul yang salah, begitu juga dengan kondisi yang lain yang tidak saling bersinergi dalam penyampaian karakter anak. Oleh karena itu, transfer nilainilai luhur dalam diri anak melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat luar yang diharapkan mampu terwujudnya perilaku berkarakter. Dengan kata lain, perilaku berkarakter menjadi budaya yang melakat (akhlak) pada diri anak. Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk dalam seluruh relung kehidupan, banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Pembangunan karakter dirasa mendesak untuk dikaji dan diimplementasikan di sekolah. Mengapa pendidikan karakter mendesak untuk dilaksanakan?, karena ada gejala-gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa ini diantaranya: meningkatnya kekerasan dikalangan remaja atau masyarakat, tawuran antar pelajar, bahkan antar mahasiswa yang sejatinya merupakan calon intelektual terjadi dimana-mana. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk atau kasar. Kata dan bahasa yang kasar menjadi fenomena ditengah masyarakat. Pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan menguat. Kemunculan geng (terutama anak SMA) di kota -kota besar muncul dalam kelompok geng-geng motor. Geng motor yang meresahkan tersebut susah dibasmi karena pola kegiatan dan organisasinya tidak terstruktur. Dan semakin rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru. 5 Menurut fakta di lapangan, banyak kasus-kasus yang terjadi pada siswa-siswi, seperti yang terjadi di SDN 07 Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan terjadi kasus perkelahian siswa yang terjadi di saat ada kegiatan lomba melukis, yang mengakibatkan salah satu dari siswa di sekolah tersebut WIB 5 Pre Survey Berita TV, Prime Time News, Minggu tanggal 20 September 2015 jam 18:20

4 meninggal dunia. 6 Kasus lainnya seperti pencurian yang melibatkan siswasiswa yang terjadi di Dukuh Pondok Desa Tanjunganom Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, ada kasus sekelompok anak-anak mencuri taperecorder milik masjid di desa tersebut, selain itu sebelum anak-anak itu tertangkap oleh warga yang sudah terbiasa mencuri barang-barang milik tetangganya diantaranya uang, ayam, burung dan lain-lain. 7 Semua kenakalan-kenakalan pada anak ini tentu berdampak pada anak itu sendiri, jika tidak segera di tangani, anak tentu akan tumbuh menjadi pribadi yang buruk. Pandangan orang lain terhadap mereka juga berbeda, cibiran akan senantiasa ditujukan kepada anak anak yang nakal itu. Dengan adanya beberapa kasus seperti di atas, menunjukan bukti bahwakarakter peserta didik sangat diperlukan, sehingga siswa mampu megelola diri dari hal-hal negatif. Dengan banyaknya bermunculan perbuatan yang negatif, mulai dirasakan dampaknya yaitu munculnya individu-individu yang gelisah, gundah gulana, rasa sepi yang tak beralasan bahkan sampai pada tingkat keinginan untuk bunuh diri. Keadaan ini tentunya sudah menyangkut pada akhlak manusia dalam mengarungi kehidupan yang makin kompleks. Mulailah manusia melirik kembali pribadi Rasulullah SAW terutama Akhlaknya. Dalam Al-Qur an Surat Al-Qalam :4 ditegaskan: Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al- Qalam : 4) 8 Berdasarkan hasil observasi pada bulan Desember, menunjukkan bahwa di MTs Tuan Sokolangu sebagian siswa ada yang memiliki akhlak baik dan ada yang memiliki kahlak kurang baik. Hal ini sangat wajar, karena tidak di lembaga Madrasah Tuan Sokolangu saja yang mempunyai akhlak baik dan 6 Berita Metro TV,Primetime News,Minggu tanggal 20 september 2015 jam 18:20 WIB. 7 Observasi peneliti di Dukuh Pondok Desa Tanjunganom Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, pada tanggal 22 september 2015. 8 Departemen Agama, Al-Qur an Dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1992, hlm. 862

5 kurang baik tetapi hal itu sering dijumpai di berbagai madrasah-madrasah lainya. Karena beragam-ragam siswa dapat mempengaruhi kepribadian dan pergaulan siswa. Untuk mengantisipasi adanya fenomena yang terjadi di MTs Tuan Sokolangu, pihak madrasah mempunyai cara tersendiri dalam membangun akhlak yang berkarakter melalui program-program yang telah dibentuk oleh lembaga madrasah. Dengan menanamkan pendidikan karakter melalui program-program yang dibentuk madrasah, hal ini dapat menunjang kepribadian akhlak siswa dalam sehari-harinya. Adapun program yang sudah tertanam di dalam lembaga Madrasah tersebut diantaranya yaitu kegiatan shalat berjama ah, mencium tangan guru ketika bertemu, mengucap salam, Qiyamul Lail, istigashah, shalat dhuha, membaca asma ul husna diluar kelas, dan tadarus didalam kelas sebelum pelajaran dimulai. Karakter inilah yang sudah ada didalam Madrasah guna membentuk perilaku atau akhlak siswa menjadi pribadi yang muslim. 9 Kenakalan siswa yang terjadi di Madrasah Tuan Sokolangu, hal ini disebabkan oleh kurangnya jalinan komunikasi antara guru dan siswa di dalam proses belajar mengajar. 10 Dan sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupanya membutuhkan hubungan dengan manusia lain. hubungan itu terjadi karena manusia mneghajatkan manusia lainya, ketika sesuatu yang dilakukan tidak dapat dikerjakan seorang diri. Kebutuhan yang berbeda-beda dan karena saling membutuhkan, membuat manusia cenderung untuk melayani kebutuhan manusia lainya selain kepentingan pribadi. untuk itu dibutuhkan komunikasi untuk memperlancar segala aktivitas baik didalam kelas maupun diluar kelas. komunikasi akan berjalan lancar dan berhasil apabila proses itu berjalan dengan baik. kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka interaksipun terjadi. Karena itu, interaksi akan berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan hal itu sering kali di jumpai di dalam suatu lembaga. 9 Observasi Penelitian di MTs Tuan Sokolangu Gabus Pati, Pada tanggal 12 Agustus 2015. 10 Pre Survay dengan guru di MTs Tuan Sokolangu Gabus Pati, Tanggal 20 Agustus 2016.

6 Kurangnya komunikasi akan menghambat kepribadian. Apa jadinya jika seorang pendidik tidak mempunyai komunikasi yang baik dengan peserta didiknya. Hal ini pastilah berdampak pada kepribadian siswa yang di didik akan mempunyai kepribadian yang baik atau tidak tergantung dengan kemampuan komunikasi yang dilakukan kepada peserta didik. Komunikasi yang berlangsung antara guru dan siswa merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, di sekolah maupun diluar sekolah guru mempunyai peranan penting terhadap kemajuan prestasi siswa. Lembaga pendidikan yang dapat mengedepankan prestasi anak didiknya tanpa memeperhatikan perilaku atau akhlaq anak didiknya dampaknya akan menjadikan anak didiknya menjadi pribadi yang tidak mempunyai sopan santun atau tata krama kepada oranglain. Atas dasar ini, maka penelitian ini mengambil judul Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Tuan Sokolangu Gabus Pati. B. Fokus Penelitian Berdasarkan objek penelitian ini, maka penelitian ini adalah penelitian lapangan, yakni penelitian yang dilakukan dilapangan. Dalam hal ini mengingat terbatasnya waktu, dana dan tenaga maka penelitian dibatasi pada persoalan yang erat kaitannya dengan judul yakni: Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Tuan Sokolangu di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengangkat beberapa rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaiamana Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Tuan Sokolangu Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

7 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan komunikasi interpersonal antara Guru dan Siswa di MTs Tuan Sokolangu Kecamatan Gabus Kabupaten Pati? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan dasar tujuan: 1. Untuk mengetahui bagaiamana Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Tuan Sokolangu Kecamatan Gabus Kabupaten Pati? 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan komunikasi Interpersonal antara Guru dan Siswa di MTs Tuan Sokolangu Kecamatan Gabus Kabupaten Pati? E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis Dari hasil penelitian ini semoga dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang penelitian dan pendidikan Islam khususnya tentang penerapan pendidikan agama dalam membentuk karakter islami, dan sebagai bahan informasi bagi semua pihak dalam memperdalam serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan pendidikan karakter melalui komunikasi interpersonal guru dan siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak. 2. Secara praktis a. Bagi Kepala Madrasah Dapat dijadikan suatu masukan bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan dan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam usaha melaksanakan pendidikan karakter berbasis komunikasi interpersonal guru dan siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak.

8 b. Bagi Guru Mata Pelajaran Dapat memberikan pembinaan yang tepat pada akhlak siswa melalui pendidikan karakter dan komunikasi interpersonal pada mata pelajaran aqidah akhlak. c. Bagi Siswa Dapat meneladani semua sikap dan perilaku, hubungan sosial guru serta dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.