BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahasa Indonesia perlu dipelajari karena berfungsi sebagai bahasa persatuan Indonesia yang digunakan untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulis. Terdapat empat aspek keterampilan bahasa yang dipelajari dalam bahasa Indonesia, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Tarigan (2008: 1) menyatakan bahwa keempat keterampilan bahasa tersebut merupakan satu kesatuan dalam berbahasa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa semua aspek keterampilan bahasa saling berkaitan, sehingga ketika mempelajari salah satu aspek secara tidak langsung mempelajari juga aspek lainnya. Keempat aspek keterampilan bahasa tersebut diajarkan pada pelajaran bahasa Indonesia, salah satunya yaitu keterampilan menulis. Menurut Saddhono dan Slamet (2013: 130), keterampilan menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide, pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan bahasa yang bersifat produktif, yaitu menghasilkan tulisan. Tulisan dapat digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Pada pelajaran bahasa Indonesia selain memuat materi tentang keterampilan bahasa juga memuat materi tentang sastra. Istilah lain dari sastra adalah kasusastraan, yaitu tulisan atau karangan yang dibuat dalam bahasa yang indah dan mengandung nilai-nilai kebaikan (Kosasih, 2012: 1). Suatu karya sastra di dalamnya mengandung pesan yang hendak disampaikan kepada orang lain, baik dalam bentuk lisan maupun tulis. 1
2 Salah satu sastra yang diajarkan di sekolah dasar adalah pantun. Menurut Emzir dan Rohman (2015: 238), pantun merupakan puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, persajakan, dan isi). Syaratsyarat pantun tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) satu bait terdiri dari empat baris, (2) setiap baris terdiri dari delapan hingga dua belas suku kata, (3) dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris berikutnya adalah isi, dan (4) bersajak a-b-a-b. Pada jenjang sekolah dasar, siswa diajarkan untuk dapat menulis pantun dengan baik dan benar. Pembelajaran menulis pantun tersebut mulai diajarkan pada siswa kelas IV. Siswa membutuhkan pemahaman tentang cara menulis pantun serta syarat-syarat pantun agar mampu menulis pantun dengan baik dan benar. Selain itu, siswa membutuhkan kemampuan untuk menuangkan ide pikirannya ke dalam bentuk pantun. Menulis pantun tergolong pembelajaran yang sulit dikuasai oleh siswa kelas IV SD Negeri 3 Delanggu tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan dengan guru kelas IV SD Negeri 3 Delanggu (Suparman, S. Pd.), menyatakan bahwa kemampuan menulis pantun siswa kelas IV masih rendah. Hasil wawancara dengan siswa menyatakan bahwa siswa menganggap menulis pantun itu adalah pelajaran yang sulit. Kesulitan yang dihadapi siswa yaitu saat menuangkan ide untuk membuat sampiran dan isi yang tidak saling berkaitan, selain itu siswa juga merasa kesulitan dalam membuat sajak silang yang sesuai dengan syarat pantun yaitu a-b-a-b. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa guru telah menjelaskan materi menulis pantun dengan baik, namun guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif untuk memaksimalkan kemampuan menulis pantun siswa, akibatnya kemampuan menulis pantun siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis pantun siswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) guru belum menerapkan model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran menulis pantun, (2) banyak siswa yang pasif sehingga siswa kesulitan memahami cara menulis pantun secara individu, (3) siswa kesulitan menemukan ide untuk
3 membuat sampiran dan isi yang tidak saling berkaitan, (4) penguasaan diksi siswa yang terbatas sehingga menyulitkan siswa saat membuat sajak silang, dan (5) sumber belajar menulis pantun yang sedikit sehingga membuat pengetahuan siswa terbatas. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan untuk kemampuan menulis pantun di SD Negeri 3 Delanggu tahun ajaran 2015/2016 yaitu 70. Berdasarkan hasil pratindakan diperoleh data nilai dari 22 siswa menunjukkan siswa yang mendapat nilai tuntas sebanyak 7 siswa (31,82%), sedangkan siswa yang memperoleh nilai belum tuntas sebanyak 15 siswa (68,18%). Banyaknya siswa yang belum mencapai KKM menunjukkan adanya permasalahan dalam pembelajaran menulis pantun. Mengingat sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan pertama dalam menanamkan konsep ilmu, sehingga apabila permasalahan ini tidak diatasi maka dapat berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam menulis pantun di jenjang selanjutnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri 3 Delanggu tahun ajaran 2015/2016. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menuangkan ide dalam menulis pantun, mengaktifkan siswa saat mengikuti pelajaran, dan menciptakan suasana yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang diterapkan secara kooperatif, yaitu dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Tujuan dari pengelompokkan ini adalah agar siswa dapat bekerjasama dalam pembelajaran. Perlunya pembelajaran dalam bentuk kelompok karena secara individu siswa merasa kesulitan memahami materi cara menulis pantun sehingga dengan pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat saling membantu memahami materi dan menyelesaikan tugas menulis
4 pantun. Isjoni (2010: 8) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok saling membantu agar semua anggotanya mampu memahami materi dan dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) merupakan pembelajaran dalam bentuk kelompok yang memperhatikan kemampuan setiap individu dalam menyelesaikan tugas. Setiap individu diberi kesempatan untuk berpikir terlebih dahulu dan menyampaikan pemahamannya dalam bentuk lisan dan tulisan. Aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ditekankan pada kemampuan berfikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) bertujuan untuk melatih siswa berpikir kritis dalam menanggapi permasalahan, kemudian berani menyampaikan hasil pemikirannya, setelah itu menuliskan hasil pemahamannya. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk menyampaikan gagasannya dalam bentuk lisan maupun tulis. Menurut Shoimin (2014: 212), model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat melatih kemampuan peserta didik dalam menulis dengan menekankan pada perlunya peserta didik menyampaikan hasil pemikirannya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pernah diteliti sebelumnya oleh Astuti, Zainal, dan Kusni (2014) dalam Journal English Language Teaching (ELT), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan keterampilan menulis teks recount. Data penelitian menunjukkan pada siklus I terdapat peningkatan pada hasil tes siswa sebesar 2,18 dengan nilai rata-rata keseluruhan aspek sebesar 2,83. Pada siklus II hasil tes meningkat sebesar 2,39 dengan nilai rata-rata keseluruhan aspek sebesar 2,43. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada penelitian tersebut telah berhasil meningkatkan keterampilan menulis teks recount, sedangkan pada penelitian ini penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun.
5 Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN 3 Delanggu Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang dibuat sebagai berikut Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Delanggu tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Delanggu tahun ajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Sebagai masukan untuk memperluas wawasan teori dalam pengajaran bahasa Indonesia terutama tentang menulis pantun. b. Sebagai wawasan untuk memperdalam pemahaman tentang model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). c. Sebagai referensi dan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa: 1) Meningkatkan kemampuan menulis pantun sehingga hasil belajar akan meningkat.
6 2) Memberi kesempatan bagi siswa untuk menyalurkan ide kreatif dalam menulis pantun. 3) Meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis pantun. 4) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. b. Bagi Guru: 1) Memperbaiki proses pembelajaran menulis pantun. 2) Meningkatkan motivasi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang inovatif. 3) Meningkatkan profesionalitas guru dalam mengajar. c. Bagi Sekolah: 1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 2) Menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif di sekolah. 3) Menambah kajian bagi sekolah dalam upaya pengadaan inovasi model pembelajaran khususnya dalam menulis pantun.