BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
KEDUDUKAN DAN PERAN PEREMPUAN PADA KOMUNITAS SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDHU INDRAMAYU DALAM SISTEM SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

1Konsep dan Teori Gender

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syamsiyatul Mila, 2014

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan,

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERSAMAAN GENDER DALAM PENGEMBANGAN DIRI. Oleh Marmawi 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber penyebab perceraian, di antaranya adalah kekerasan dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB I PENDAHULUAN. antar individu dengan individu, individu dengan kelompok dan

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

MODUL GENDER UNTUK ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan, namun pada kenyataannya perjalanan perempuan dalam melahirkan penerus peradaban tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjuangan perempuan memperoleh hak yang sama dengan laki-laki dalam kehidupan sosial melalui banyak kendala. Kendala ini datang baik dari keluarga sebagai unit sosial terkecil dan dari masyarakat sebagai pembentuk suatu nilai yang ditetapkan, terutama kepada perempuan. Kenyamanan akan kedudukan dan peran perempuan saat itu membawa perempuan ke dalam golongan makhluk kelas dua yang menjadikan kedudukan dan peran perempuan tidak terlalu diperhitungkan dalam kehidupan sosial. Disebutkan oleh Fakih (2013, hlm. 5) bahwa mempertanyakan status kaum perempuan pada dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan struktur yang telah mapan, bahkan mempertanyakan status kaum perempuan pada dasarnya menggoncang struktur dan sistem status quo ketidakadilan tertua dalam masyarakat. Terlihat betapa saat itu perempuan dianggap telah memeroleh kenyamanan dalam kehidupan sosial. Kenyamanan dalam ketidakadilan yang dikonstruksi secara sosial. Ketidakadilan dalam hak memperoleh pendidikan, bekerja di ranah publik dan seluruh pekerjaan domestik yang hanya dibebankan kepada perempuan. Perjuangan perempuan dalam menghapus ketidakadilan telah melalui perjalanan panjang. Tentu tidak akan ada perjuangan jika tidak ada yang diperjuangkan. Keadilan antara perempuan dan laki-laki adalah elemen penting dalam perjuangan kaum perempuan, karena pada kenyataannya perempuan

2 mengalami ketidakadilan terutama dalam kehidupan sosial, seperti diskriminasi dan marginalisasi perempuan. Ketidakadilan terhadap perempuan serta perjuangan perempuan dalam mengentaskan diri dari ketidakadilan merupakan kenyataan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Kenyataan sosial yang terbentuk akibat dari tindakan sosial manusia yang terjalin dalam bentuk interaksi sosial antara manusia satu dan lainnya, sehingga saling berhubungan menjalin suatu aktivitas bersama dalam lingkungan sosial. Aktivitas sosial yang selanjutnya membentuk pola pikir mengenai jenis kelamin perempuan dan laki-laki dan penyertaan hak serta kewajibannya dalam ranah sosial. Aktivitas sosial yang selanjutnya menjadi kebiasaan dan dilekatkan pada kedua jenis kelamin ini dan melahirkan sebuah konstruksi sosial. Ketidakadilan terhadap perempuan dihasilkan oleh konstruksi sosial yang tentunya dipengaruhi pula oleh lokasi sosial perempuan. Lokasi sosial yaitu lokasi global tempat perempuan itu tinggal, memiliki andil dalam penanaman nilai terhadap perempuan dan laki-laki yang selanjutnya ikut menentukan bagaimana cara pandang terhadap perempuan dan laki-laki. Seperti yang diungkapkan oleh Ritzer (2012, hlm. 776) bahwa ketidakterlihatan, ketidaksetaraan, dan perbedaan-perbedaan peran dalam hubungannya dengan laki-laki mencirikan secara umum kehidupan wanita, dipengaruhi oleh lokasi sosial wanita yakni, oleh kelas, ras, usia, pilihan afeksional, status perkawinan, agama, entitas, dan lokasi globalnya. Terdapat banyak nilai-nilai yang dilekatkan pada perempuan yang membuat perempuan berada dalam kelompok inferior. Sebagai contoh adalah ketika perempuan dianggap hanya pantas menempati ranah domestik yaitu dapur, sumur dan kasur. Hal ini dikonstruksi secara sosial, melekat dalam diri perempuan dan dianggap sebagai hak kodrati atau sesuatu yang nature bagi perempuan. Sehingga tabu hukumnya jika perempuan menembus ranah publik dan berbuat lebih banyak di dalam ranah sosial. Ketidakadilan tersebut merupakan salah satu konsepsi terhadap gender yang tidak akan dapat lepas dari konstruksi sosial. Kontruksi sosial yang

3 sesungguhnya dapat dipertukarkan ini menjadikan terbatasnya arah gerak perempuan, bahkan membuat tembok penghalang antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bersama di ranah sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Fakih (2013, hlm. 8) bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Ditegaskan pula oleh Ritzer (2012, hlm. 775) bahwa gender merupakan suatu konstruksi sosial, sesuatu yang tidak berasal dari alam, tetapi diciptakan oleh masyarakat sebagai bagian dari proses kehidupan kelompok. Sebagai contoh adalah ketika perempuan dilekatkan dengan sifat emosional, lemah, lembut. Sementara laki-laki dilekatkan dengan sifat rasional, kuat, perkasa. Sifat tersebut tidak berlaku secara universal dan mutlak, artinya sifat tersebut dapat dipertukarkan. Ada perempuan yang kuat dan ada pula lakilaki yang lemah. Konstruksi sosial tersebut dibentuk sehingga menjadi seolah ketentuan Tuhan atau kodrat yang bersifat biologis dan tidak dapat diubah seperti sex atau jenis kelamin. bahwa: Seperti ditegaskan pula oleh Gamble (2010, hlm. xi) yang menyatakan Perempuan dalam konstruksi sosial dan pola patriarki menjadi semua hal yang bukan laki-laki atau citra yang tidak diinginkan laki-laki: dimana laki-laki dianggap kuat, perempuan lemah; laki-laki dianggap lebih rasional dan perempuan emosional, laki-laki dianggap aktif dan perempuan pasif; dan sebagainya. Tidak sepatutnya konstruksi gender tersebut melekat dalam diri perempuan dan dibiarkan terus-menerus, menjadi suatu kenyamanan sehingga tidak ada usaha dalam perubahan. Tentu perubahan ini bukan untuk menjadikan perempuan sebagai sosok yang superior dan menjadikan laki-laki sebagai sosok yang inferior, tetapi lebih kepada memperjuangkan perempuan untuk dapat berkarya di dalam ranah sosial dan lebih dari sekedar ranah domestik yaitu dapur, sumur dan kasur. Seperti yang direfleksikan oleh Fakih (2013, hlm. 151) bahwa memperjuangkan perempuan tidak sama dengan perjuangan perempuan melawan laki-laki. Perjuangan perempuan bukan untuk melawan laki-laki dan

4 menempatkannya ke dalam kelompok inferior, tetapi lebih kepada perjuangan untuk mengentaskan perempuan dari ketidakadilan dalam kehidupan yang dikonstruksi secara sosial. Kesetaraan gender adalah nilai pokok dalam perjuangan perempuan. Menghapus batasan perolehan hak yang hanya didasari pada perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki. Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu hidup di tengahtengah masyarakat yang memiliki pandangan dan kepercayaan yang berbeda, namun komunitas ini berinteraksi sebagaimana umumnya dengan masyarakat sekitar, walaupun terdapat perbedaan pandangan dan kepercayaan diantara mereka. Perbedaan utama yang menjadi fokus dalam skripsi ini adalah mengenai perbedaan pandangan mengenai kedudukan dan peran perempuan. Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu menanamkan rasa penghargaan lebih terhadap perempuan dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya. Perempuan dalam komunitas ini menempati posisi yang diluhurkan. Penghargaan ini didasari pada kepercayaan bahwa tidak akan ada kehidupan tanpa perempuan. Perempuan dipandang sebagai makhluk kuat dan luhur karena banyak hal yang Tuhan berikan hanya kepada perempuan, seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui yang semuanya itu untuk sekedar merasakannya saja laki-laki tidak akan mampu. Penghargaan komunitas ini terhadap perempuan termanifestasi dalam kesetiaan laki-laki kepada perempuan dalam berbagai bentuk. Kesetiaan kaum laki-laki kepada perempuan baik secara lisan, fisik dan psikis. Sebagai contoh adalah kesetiaan suami Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu kepada istri, sehingga pantang bagi laki-laki dalam komunitas ini melakukan poligami. Contoh lain adalah penyerahan sepenuhnya kepada perempuan untuk memilih apakah menjadi ibu rumah tangga dan mendidik anak di rumah atau ikut bekerja membantu perekonomian keluarga. Keluhuran perempuan dalam komunitas juga terdapat dalam kepercayaan mereka terhadap Yang Maha Kuasa. Hal ini termanifestasikan dalam sosok perempuan yaitu yang mereka sebut dengan Nyi Dewi Ratu.

5 Penghargaan lebih terhadap perempuan yang dilekatkan oleh komunitas ini pula dapat diketahui dari arti nama komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu yaitu: Suku yang berarti kaki, maknanya adalah dalam mencapai tujuan manusia berdiri diatas kaki masing-masing dan dengan kepercayaan masing-masing; Dayak yang berasal dari kata ayak atau ngayak, maknanya adalah menyaring, memilah dan memilih antara yang benar dan yang salah, sehingga dapat mengambil pelajaran dari semua itu; Hindu yang berarti kandungan atau rahim, maknanya adalah setiap manusia yang ada di dunia ini dilahirkan dari kandungan Ibu atau perempuan; Budha yang berarti wuda atau telanjang, maknanya adalah setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang, tanpa sehelai benang pun; Bumi yang berarti wujud, maknanya adalah kehidupan itu ada; Segandhu yang berarti sekujur tubuh, makna Bumi Segandhu yaitu kekuatan hidup; dan Indramayu yang berasal dari kata In yaitu inti, Darma yaitu orang tua, dan kata Ayu yaitu cantik atau perempuan yang bermakna bahwa perempuan adalah sumber kehidupan karena dari rahim perempuan manusia dilahirkan dan membentuk suatu peradaban. Jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas lagi, Indramayu merupakan daerah yang dapat dikatakan masih asing dalam pemahaman mengenai gender. Perempuan masih ada yang terbelenggu dalam konstruksi sosial yang membatasi arah gerak vertikal. Secara umum masih tertanam nilai-nilai konvensional yang membatasi arah gerak perempuan untuk menembus ranah domestik. Bahkan masih dapat ditemukan pandangan bahwa perempuan merupakan aset yang walaupun perempuan dapat menembus ranah domestik tetapi hal ini lebih ke arah pemanfaatan jenis kelamin perempuan itu sendiri. Perempuan diberi kepercayaan untuk memilih aktifitas dalam kesehariannya terutama dalam hal pembagian peran dengan laki-laki. Segala yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam komunitas ini telah melalui persetujuan kedua pihak. Sehingga tidak ada rasa ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajibannya. Perempuan diperbolehkan untuk bekerja di luar rumah namun hal ini bukan berarti menjadikan laki-laki hanya diam di rumah, laki-laki akan tetap

6 berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan. Laki-laki dalam komunitas ini juga tidak asing dengan pekerjaan rumah yang biasa dilakukan oleh perempuan, sehingga baik perempuan dan laki-laki mereka bekerja bersama dalam kehidupan sehari-hari, saling bahu-membahu. Kerjasama antara perempuan dan laki-laki ini dibentuk dan dipelihara oleh Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu, ini terlihat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu. Bahu-membahu antara laki-laki dan perempuan dalam komunitas terjalin secara harmonis. Kerjasama yang menggambarkan bahwa antara perempuan dan lakilaki adalah untuk bekerjasama, saling meringankan dalam setiap kegiatan ini tumbuh dan dipelihara hanya berdasarkan pada aspek normatif, yaitu pengakuan dan penghargaan. Pengakuan bahwa perempuan itu ada, serta penghargaan terhadap perempuan yang seringkali dilupakan. Berada ditengah-tengah masyarakat yang secara umum memiliki pandangan yang berbeda khususnya terhadap perempuan tentu bukanlah sesuatu yang mudah. Pandangan berbeda terhadap perempuan dalam komunitas ini menjadi sebuah entitas menarik yang membedakannya dengan masyarakat lain. Nilai mengenai perempuan ini pula yang akan berpengaruh pada kedudukan dan peran perempuan dalam komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu. Nilai yang dilekatkan pada perempuan di dalam komunitas ini menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Selanjutnya, bagaimana kesetaraan itu dipelihara oleh anggota komunitas ditengah pandangan yang berbeda terhadap perempuan dengan masyarakat sekitar? Bagaimana kedudukan perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu dalam sistem kepercayaan? Bagaimana peran perempuan dalam masyarakat dan keluarga? Bagaimana aktivitas perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu dalam bidang ekonomi? Bagaimana pendidikan perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu? Dan apa yang menyebabkan nilai perempuan lebih tinggi dari laki-laki dalam komunitas ini? Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang kedudukan dan

7 peran perempuan dalam komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu. Oleh karena itu penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan judul Kedudukan dan Peran Perempuan pada Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mendapatkan rumusan masalah utama dalam penelitian yaitu: Bagaimana kedudukan dan peran perempuan dalam komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam sistem sosial? Rumusan masalah utama tersebut akan dielaborasi ke dalam pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut. a. Bagaimana kedudukan perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu yang diluhurkan dalam sistem kepercayaan? b. Bagaimana peran perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu yang meliputi fungsinya dalam masyarakat dan keluarga? c. Bagaimana aktivitas perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu pada pembagian kerja dengan laki-laki dalam bidang ekonomi? d. Bagaimana tingkat pendidikan perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu? e. Apa penyebab luhurnya nilai yang dilekatkan pada perempuan dalam Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah penelitian di atas, penulisan skripsi ini disusun dengan tujuan sebagai berikut. a. Mengidentifikasi kedudukan perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu yang diluhurkan dalam sistem kepercayaan.

8 b. Memperoleh gambaran mengenai peran perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu yang meliputi fungsinya dalam masyarakat dan keluarga. c. Menganalisis aktivitas perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu pada pembagian kerja dengan laki-laki dalam bidang ekonomi. d. Menganalisis tingkat pendidikan perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu. e. Menganalisis kajian gender dengan mengetahui penyebab luhurnya nilai yang dilekatkan pada perempuan dalam Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini berguna sebagai pengembangan dalam memahami kedudukan dan peran perempuan dalam komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti sejenis di masa yang akan datang dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian Sosiologi Keluarga dan Gender. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Peneliti, sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan konsep keilmuan mengenai ilmu Sosiologi Keluarga dan Gender khususnya mengenai kedudukan dan peran perempuan dalam sistem sosial pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu; b. Pendidik, sebagai media informasi mengenai ilmu Sosiologi Keluarga dan Gender khususnya kedudukan dan peran perempuan dalam sistem sosial pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu, sehingga dapat menjadi referensi dalam pengkajian lebih lanjut;

9 c. Program Studi Pendidikan Sosiologi, sebagai media informasi dan penambah ilmu pengetahuan dalam bidang kajian Sosiologi Keluarga dan Gender khususnya kedudukan dan peran perempuan dalam sistem sosial pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu, sehingga dapat menjadi referensi dalam penelitian lebih lanjut; d. Masyarakat, sebagai media informasi mengenai ilmu Sosiologi Keluarga dan Gender khususnya kedudukan dan peran perempuan dalam sistem sosial pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu. 3. Segi Kebijakan Dlihat dari segi kebijakan, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi: a. Pemerintah Kabupaten Indramayu, sebagai media informasi mengenai keadaan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu terutama mengenai keadaan perempuan di dalam komunitas ini. b. Dinas Pariwisata Kabupaten Indramayu, sebagai media informasi mengenai kekhasan budaya dalam Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam meningkatkan pariwisata di Kabupaten Indramayu, khususnya di Kecamatan Losarang, Desa Krimun sebagai tempat tinggal komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu. c. Menteri Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan, sebagai media informasi mengenai keadaan anak dan perempuan dalam komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu terutama di bidang pendidikan. E. Struktur Organisasi Skripsi Agar skripsi ini dapat mudah dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan, maka skripsi ini disajikan ke dalam lima bab yang disusun berdasarkan struktur penulisan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

10 BAB II BAB III BAB IV BAB V : Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Pada bab ini diuraikan data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teoriteori yang mendukung penelitian, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta posisi teoretis peneliti yang berkaitan dengan masalah penelitian. : Metode Penelitian. Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang subjek dan lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data yang digunakan dalam penelitian mengenai kedudukan dan peran perempuan pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam sistem sosial. : Temuan dan Pembahasan. Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang profil Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu secara umum, pembahasan kedudukan dan peran perempuan pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam sistem sosial, analisis kedudukan dan peran perempuan pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam sistem sosial berdasarkan model Spradley, implementasi penelitian kedudukan dan peran perempuan pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam sistem sosial di Pendidikan Sosiologi dan pembahasan hasil penelitian kedudukan dan peran perempuan pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu dalam sistem sosial menggunakan tahap audit trail. : Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Pada bab ini penulis berusaha memberikan simpulan, implikasi dan rekomendasi

11 sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.