MEMULAI BISNIS: BEBERAPA PERTANYAAN KUNCI. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura

dokumen-dokumen yang mirip
Wirausaha : Memulai Usaha - Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang

Entrepreneurship and Inovation Management

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

BAB I PENDAHULUAN. dan bisnis untuk mengetahui suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. wirausaha pada awalnya mungkin membangun sebuah usaha hanya untuk

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

CIRI-CIRI WIRAUSAHAWAN

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggambarkan operasional dan menerangkan soal keuangan, tahap

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

Lampiran 1. A. Biodata Responden (Pemilik Usaha) : 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Umur : 4. Lama bekerja :

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang

MERANCANG PERMODALAN DALAM USAHA Oleh: Neti Budiwati*) Abstrak

Entrepreneurship and Inovation Management

MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013

Ketika Memutuskan untuk Berbisnis

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggambarkan operasi dan menerangkan soal keuangan, tahap

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

JURNAL KEWIRAUSAHAAN :

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD

Belum SUKSES 24 JAM 24 JAM SUKSES

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri /

Kewirausahaan : Sebuah Kajian Pengabdian Kepada Masyarakat. Eko Agus Alfianto. Dosen Fisip Universitas Yudharta Pasuruan, Abstract

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

Kewirausahaan, Sebuah Kajian Pengabdian Kepada Masyarakat. Eko Agus Alfianto Dosen Fisip Universitas Yudharta Pasuruan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan satu hal penting, yaitu arus kas. Laba perusahaan memang hal yang

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, asal kota, dan karier.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

ANALISIS TENTANG KENDALA IBU RUMAH TANGGA ENGGAN BERWIRAUSAHA DI KELURAHAN UMBAN SARI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU. Nurpeni

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB I KONSEP DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:

ILMU KOMUNIKASI HUBUNGAN MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

IDE PERENCANAAN USAHA. mengamati Wira mengamati sekelilingnya untuk mendapatkan. memikirkan Wira Memunculkan ide-ide yang menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kerap kali diartikan sebagai kumpulan manajer-manajer atau pimpinan perusahaan

Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia. Belakangan ini

1: SIKAP DASAR WIRAUSAHA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. panjang saja, contohnya: investasi, struktur modal, dividen, dll (Megarifera,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BELAJAR DARI PENGUSAHA SUKSES DAN PENGUSAHA GAGAL

entrepreneurship dan mampu membaca peluang serta memiliki keberanian

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara menyeluruh. Berbicara masalah bisnis tentu tidak lepas dari

Proses Penyusunan Feasibility Study (Studi Kelayakan)

Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : Pengertian Business Plan Format Business Plan

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

School of Communication & Business Telkom University

SKALA I. 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam usaha saya. 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk usaha saya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemampuan dan atau kemauan sendiri (Saiman, 2009:43).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

MODUL PERKULIAHAN. Perencanaan Keuangan. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Maulida Khiatuddin, SE, DEA FDSK

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Makalah Usaha Rumah Makan

Bab 2 Identifikasi Peluang Usaha Baru

Wirausaha, Manajer dan Karyawan M. Judi Mukzam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sambutan Presiden RI pada Peringatan 1 Tahun Gerakan Kewirausahaan Nasional, Jakarta, 8 Maret 2012 Kamis, 08 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

Nama : Irfan Ramadhan NIM : Kelas : S1T1 2B ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

Transkripsi:

MEMULAI BISNIS: BEBERAPA PERTANYAAN KUNCI Oleh Fransisca R. Sinay Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak: Mendirikan sebuah perusahaan atau lebih tepat disebut memulai bisnis ternyata gampang-gampang susah. Seperti orang yang belajar naik sepeda, pertama kali duduk di atas sadel sepeda akan merasa gamang dan takut, raguragu untuk memulai mengayuh, janganjangan nanti jatuh dan menabrak pagar orang atau bahkan masuk parit. Namun ketika pedal sepeda mulai dikayuh dan si anak dapat menguasai rasa takutnya, ternyata naik sepeda itu mudah, semudah kita berjalan kaki. Seperti kiasan di atas, hal tersebut juga terjadi pada saat kita akan memulai suatu usaha/ bisnis. Berbisnis jika berhail akan memberikan earning yang jauh berlipat daripada bekerja pada orang lain, namun resikonya juga sepadan dengan hasilnya. Tantangan-tantangan yang akan dihadapi pada saat kita ingin memulai sebuah bisnis baru. Kata-kata kunci: Kunci, Pertanyaan, Bisnis. PENDAHULUAN Karakteristik yang berintikan kemauan dan kemampuan merupakan syarat bagi seseorang wirausahawan. Sifat karakteristik sebagian besar bersumber dari kekuatan interal yang ada pada diri wirausaha. Sifat karakteristik itu perlu terus dibina dan dikembangkan dalam konteks hubungan sosial; yang secara praktis adalah melalui pergaulan sosial dan jaringan yang ada. 1. Bergaul. Seorang calon wirausaha, perlu menjalin sebanyak mungkin persahabatan dan terus memeliharanya, meski secara fisik mungkin cukup jauh dan tidak berada dalam satu lingkungan/ organisasi. Perhatian perlu diberikan kepada para sahabat meski hal itu mungkin dianggap remeh oleh orang lain. Bina pergaulan dan keakraban dalam hubungan yang baik dan benar. 2. Pelihara Jaringan Sering kurang merasakan bahwa sebenarnya kita memiliki cukup banyak teman dengan berbagai latar belakang. Baik secara ekonomi, profesi, hobi, pendidikan, usia, kedudukan social dan lain-lain. Jadikan teman-teman sebagai sumber jaringan yang sangat berharga yang memiliki keterikatan emosional. Hindarkan pemikiran dan perbuatan yang mencurigai, mencurangi atau membohongi dalam kerja sama. PEMBAHASAN Sebelum memulai berbisnis, sebaiknya didahului dengan menjawab sendiri pertanyaan berikut ini: Pertama: MENGAPA SAYA INGIN BERBISNIS? Banyak alasan yang menyebabkan seseorang memulai bisnisnya sendiri, antara lain adalah untuk memenuhi Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 53

keinginan-keinginan mendapatkan laba, meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan eksistensi diri, karena tidak/ belum ada pekerjaan (nganggur) dan sebagainya. Kelangsungan bisnis yang dilakukan akan sangat dipengaruhi kondisi-kondisi antara lain : kondisi lingkungan (seperti : tingkat penerimaan masyarakat terhadap produk atau jasa baru, pasar yang amat luas dan majemuk, kelangkaan sumber daya dan lain-lain), kondisi alamiah bisnis itu sendiri (seperti : seberapa potensial bisnis tersebut, seberapa besar size perusahaan yang optimum dan lain-lain), kondisi awal wirausahawan saat melakukan bisnis (seperti : seberapa ulet, cermat dan hemat, seberapa setia, seberapa concern, seberapa tangguh dan lain-lain). Kedua: BISNIS APA YANG INGIN SAYA TEKUNI? Setelah pertanyaan pertama, akan diikuti pula dengan pertanyaan seperti: bisnis apa yang akan saya tekuni?, atau bisnis apa yang cocok dengan saya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, calon wirausahawan dapat memahami dan mencernakan beberapa pokok pikiran sebagai keharusan, yaitu : 1. Bersikap dan berpikir objektif. Cara untuk mencapai objektivitas adalah dengan memperbanyak penelitian atau survey yang mendalam tentang karakteristik berbagai macam bisnis. 2. Memahami Life Cycle of Product. Kebanyakan seorang calon wirausahawan bahkan yang sudah menjadi wirausahan tidak menyadari arti suatu siklus hidup barang dan jasa. Kita harus mengenali siklus hidup berbagai produk / jasa yang ingin kita hasilkan, dengan demikian kita tahu kapan kita harus membuat keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak sama sekali. Walaupun tindakan kita benar, namun bila waktunya tidak sesuai dengan siklus usaha, kegagalan akan menanti kita. 3. Mempunyai teknologi atau knowhow yang cukup. Sering kali dalam memulai bisnis, kita tergiur untuk mengikuti tindakan orang lain tanpa membekali diri dengan knowhow yang cukup. Walaupun knowhow dapat dipelajari sambil melakukan bisnis, namun saat dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu dari pengalaman orang lain, sehingga dapat memprediksi dan mengantisipasi kegagalan di masa mendatang. Kecuali jika bisnis yang kita jalankan adalah bisnis yang benar-benar baru. 4. Tidak pernah berpikir bahwa bisnis itu murah. Hal itu terutama ditujukan pada para pemula yang memutuskan terjun di bisnis yang memerlukan modal kerja sesuai kebutuhan bisnis yang dilakukan. Jika kita salah memperkirakan atau salah menghitung kebutuhan biaya, maka akan fatal akibatnya, karena akan mempengaruhi keputusan-keputusan lainnya. Contoh : katakanlah kita cukup optimis akan mendapatkan pinjaman bank karena kebetulan kepala bank tersebut adalah saudara atau sahabat kental kita. 5. Selalu berpikir bahwa produk dan jasa kita adalah unik atau lain daripada yang lain. Jika kita selalu memposisikan produk kita unik, maka kita akan terpacu untuk berkreasi agar produk mempunyai nilai tambah lebih disbanding pesaing kita. Harga mahal bagi konsumen bukan Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 54

masalah sepanjang produk yang mereka beli lain dari pada yang lain. 6. Pengetahuan yang cukup tentang hokum berbisnis. Berbisnis berarti menyediakan diri kita untuk dipercaya oleh orang lain, karena kepercayaan adalah dasar utama suatu bisnis. Jika kita tidak paham aturan main, tidak paham etika bisnis maka orang akan menganggap kita mau seenaknya sendiri. Dalam jangka mungkin menguntungkan, namun dijamin tidak akan tahan lama di percaturan dunia bisnis. Dengan menjawab, mengevaluasi, memahami enam pokok pikiran di atas, maka kita akan menemukan bisnis manakah dari sekian banyak kesempatan yang ada yang paling cocok dengan kondisi kita saat ini dan saat mendatang. Ketiga: SIAPKAH SAYA MEMULAI BISNIS YANG SAYA PILIH? Fase antara menemukan ide tentang suatu bisnis dan fase memulai bisnis adalah suatu fase yang sangat kritis bagi para calon wirausahawan. Dengan menganalisis segala kemungkinan, kita bisa memprediksi bisnis apa yang akan kita masuki. Artinya, di atas kertas kita telah siap untuk menjadi seorang wirausaha. Namun benarkah kita telah benar-benar siap memasuki era yang gelap itu?. Antara kedua fase di atas memang terdapat paling tidak 5 (lima) kritikal faktor yang perlu diwaspadai, walaupun di atas kertas kita telah siap menjadi seorang wirausaha. Kelima kritikal faktor tersebut adalah: 1. Keunikan bisnis yang telah dipilih Keunikan suatu bisnis dapat dilihat dari berapa banyak tidak ketidak rutinan diperlukan daripada tingkat rutinnya pada saat persiapan usaha maupun setelah usaha berjalan. Tingkat ketidak rutinan aktivitas di bidang kedua lebih besar dan lebih sering bila dibandingkan dengan bidang yang pertama, karena segmen yang dituju khusus, maka memerlukan perlakuan yang khusus pula. Itulah yang disebut dengan keunikan. Semakin barang kita unik, maka kita akan semakin dicari oleh konsumen, artinya jika kita tidak mencoba untuk berbisnis dengan tujuan memberikan nilai tambah yang besar kepada konsumen, maka bisnis kita akan dengan mudah dipatahkan oleh para pesaing kita. 2. Investasi yang besar Kebanyakan orang berpikir bahwa alangkah enaknya menjadi konglomerat. Uang adalah segalanya. Mitos ini harus dibuang jauh-jauh dari benak calon wirausaha. Ada bisnis-bisnis tertentu yang mau tidak mau harus membutuhkan invesatsi besar, misalkan pabrikan. Jika kita membuat barang dalam jumlah kecil dengan anggapan akan lebih murah, pada kenyataannya akan menjadi lebih mahal, karena fixed cost hanya disebar dalam jumlah produksi yang minimal. Satu hal yang harus diperhatikan oleh calon wirausaha adalah apakah kita mempunyai pengalaman sehingga mampu mengelola investasi besar dan memberikan untuk dalam jangka waktu yang telah kita prediksi sebelumnya? 3. Mampukah kita mencapai dan menjaga tingkat pertumbuhan dan tingkat keuntungan yang kita inginkan. Sehubungan dengan tingkat laba dan penjualan; perusahaan dapat dikatagorikan menjadi: 1) perusahaan yang didirikan untuk mengikuti gaya hidup si wirausaha; disini tingkat penjualan atau tingkat laba tidak menjadi penting sepanjang perusahaan bisa membuat si wirausaha merasa aman dan tenteram; 2) perusahaan dengan Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 55

laba kecil. Disini memerlukann perhatian yang besar terhadap aspek financial; 3) perusahaan dengan tingkat pertumbuhan laba tinggi, dimana kenaikan tingkat penjualan dan laba amat diharapkan untuk dapat menarik pemodal; 4) bagaimanakah tingkat kemungkinan suatu produk dapat dipasarkan. Beberapa perusahaan mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini; terutama jika masih dalam tahap perkembangan diperlukan testing dan survai yang mendalam dan kontinu untuk hal ini; 5) bagaimana tingkat kemungkinan penolakan konsumen terhadap produk kita. Jika kita telah mempunyai produk untuk kita bisniskan, maka perusahaan 5. punya harapan sukses lebih besar. 6. Kelompok KEDUA BERKAITAN Namun ada hal yang perlu dipertanyakan, DENGAN MASALAH FINANSIAL, yaitu bagaimanakah tanggapan meliputi: konsumen terhadap produk kita tersebut. 1. Terlalu rendah dalam Ronstadt (dalam Robert D. Hisrich memperhitungkan kebutuhan dana. 2008) memberikan patokan terhadap hal Hal ini menyebabkan setelah bisnis ini. Menurut dia alangkah beresiko jika berjalan kita mengalami kesulitan kita berani mengabaikan pasar. Terdapat menjalankan bisnis. 2 faktor panentu sukses bagi wirausaha 2. Terlalu dini berutang dalam jumlah baru, yaitu: 1) Adanya konsumen yang mau membayar produk kita dengan harga besar. Utang yang besar tanpa di cover dengan penghasilan regular / di atas harga pokok kita, dan 2) Adanya rutin yang memadai akan kegiatan produksi barang/ jasa serta pengirimannya kepada konsumen harus benar-benar dilaksanakan. menjerumuskan kita pada kehancurn, karena bunga pinjaman secara rutin harus kita bayar apapun kondisi bisnis kita. Keempat : SAYA TELAH SIAP NAMUN MUNGKINKAH SAYA GAGAL? Pada saat kita telah merasa siap untuk melangkah, biasanya akan timbul lagi perasaan was-was dan ragu, suatu hal yang sangat manusiawi. Alangkah baiknya sebelum kita melangkah, kita juga belajar memahami mengapa atau kapankah suatu usaha akan mengalami kegagalan. Karakaya dan Kobu (dalam Suryono Ekotama 2010) mengidentifikasikan 3 kelompok penyebab kegagalan usaha, yaitu: Kelompok PERTAMA BERKAITAN DENGAN PRODUK DAN PASAR KITA, antara lain: 1. Timing peluncuran (launching) produk yang kurang tepat. 2. Desain produk yang tidak dengan mudah dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Strategi distribusi yang tidak tepat. 4. Tidak mampu mendefenisikan usaha yang sedang dijalankan, seperti apakah saya ini membuka bisnis restoran atau berbisnis menyediakan masakan yang lezat?; Kelompok KETIGA BERKAITAN DENGAN MASALAH MANAJEMEN, yaitu: 1. Terlalu bersifat nepotisme. 2. Sumber daya manusia yang lemah. 3. Tidak menggunakan konsep tim (tanpa konsultasi). Tersptra dan Olson (dalam Leonardus Saiman 2009) mengklarifikasikan sembilan masalah yang dihadapi, yaitu: (1) sulit mencari pembiayaan dari luar; (2) manajemen Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 56

keuangan internal yang masih lemah; (3) masalah pasar yang tidak sesuai dengan prediksi di awal; (4) tidak ada usaha untuk mengembangkan produk; (5) manajemen produksi/ operasi yang masih kacau; (6) manajemen sumber daya manusia yang masih lemah; (7) tidak ada pengalaman mengelola sumber daya yang ada; (8) lingkungan ekonomi yang kurang ramah; (9) kurangnya pengetahuan tentang peraturan atau aturan main. Banyak penelitian yang mencari jawaban mengapa wirausaha baru sering gagal atau salah langkah dalam menjalankan usahanya. Erkki K. Laintenen (dalam Robert D. Hisrich 2008) menyimpulkan bahwa terdapat enam penyebab kegagalan. Keenam penyebab tersebut disederhanakan menjadi enam peraturan, yaitu: (1) terlalu yakin bahwa bisnis tersebut akan memberikan hasil (yield) dan ketentuan (profit) positif pada tahun pertama; (2) kecukupan cadangan dana untuk menanggulangi kemungkinan rugi di masa mendatang; (3) modal dalam neraca awal terlalu kecil dan prediksi arus kas menunjukkan negatif; (4) semakin besar kemungkinan arus kas negatif, semakin besar rasio debt to equity (perbandingan antara utang dengan modal sendiri) maka semakin kecil ukuran bisnis yang akan dijalankan. 1. Kecilnya investasi yang dianggarkan tahun pertama kemungkinan arus kas negative besar. 2. Rasio keuangan di tahun pertama, terutama rasio arus kas terhadap utang. Semakin banyak utang perusahaan, maka semakin banyak diperlukan kas keluar. Kelima: BENARKAH SAYA TELAH SIAP? Fase ini adalah fase paling kritis dalam memulai bisnis. Pada saat seseorang mempunyai ide untuk berbisnis, biasanya semangat dan tekad begitu kuat, namun pada saat pertanyaan keempat di atas dilontarkan, malah menimbulkan keraguan yang meresahkan. Benarkah saya telah siap? Gordon B. Baty (dalam Robert D. Hisrich 2008) membantu kita menjawab pertanyaan ini. Paling tidak ada empat pertanyaan yang harus kita jawab dengan mengevaluasi ulang proses pengambilan keputusan dalam memulai suatu bisnis baru. Keempat pertanyaan tsb, adalah: (1) apakah produk kita benar-benar baru?; (2) apakah biaya produksi awal cukup realistis?; (3) apakah pasar perdana kita cukup realistis?; (4) adakah konsumen awal kita?; (5) Cara untuk mengevaluasi pertanyaan tersebut dikenal sebagai studi kelayakan komprehensif. Schollhammer dan Kuriloff (dalam Robert D. Hisrich 2008) membaginya menjadi dua factor, yaitu: technical feasibility dan marketability. Technical Feasibility berorientasi kepada produk / jasa yang dapat memuaskan calon konsumen; antara lain meliputi: (1) Desain produk atau tampilan produk yang dihasilkan; (2) Fleksibilitas dalam pemenuhan kebutuhan konsumen; (3) Ketahanan bahan-bahan baku; (4) Keamanan produk; (5) Tingkat kerusakan yang wajar; (6) Biaya perawatan yang murah dan mudah; (7) Standarisasi demi efisiensi; (8) Mudah diproduksi; (9) Mudah dioperasikan dan digunakan. Sementara itu, Marketability beorientasi kepada pasar atau konsumen (Hills, 1985 dalam Leonardus Saiman, 2009); menggabungkan dan menganalisis marketability dari sebuah perusahaan baru sangat penting dan krusial dalam penentuan keberhasilan suatu bisnis. Analisis marketability berguna menjawab paling tidak tiga pertanyaan mendasar, yaitu : Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 57

1. Manakah pasar potensial dan siapakah konsumen kita? 2. Sampai seberapa jauhkah kita bisa mengeksploitasi potensi pasar yang ada? 3. Bagaimanakah peluang dan resiko jika kita menyerbu potensial pasar? Dalam analisis ini, kita memerlukan data-data seperti kondisi ekonomi, pasar, harga, pesaing, dll. Persiapan Para Profesional Yang Ingin Terjun Sebagai Wirausahawan Dunia wirausaha ternyata sangat berbeda dengan dunia professional. Seorang manajer professional. Seorang manajer professional andal dengan jenjang karier yang terus menanjak, belum berhasil menjamin sukses sebagai wirausaha. Oleh karena itu, para professional harus mengukur kemampuan diri lebih dulu sebelum memutuskan terjun sebagai wirausaha. Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai pegangan. Mengukur kemampuan Diri Calon Wirausaha, adalah sebagai berikut : 1. Dalam struktur keluarga anda, banyakkah diantara mereka yang menjadi wirausaha? 2. Dalam catatan karir anda sebagai professional, punyakah anda independensi dan keberanian mengambil resiko yang tinggi? 3. Selama bekerja sebagai professional, apakah anda menyukai pekerjaan dengan mobilitas dan tantangan yang tinggi? 4. Apakah banyak dari rekan sehobi dan sepermainan anda, yang mengambil jalur sebagai wirausaha? 5. Cukup luaskah jaringan anda? 6. Memadaikah pengetahuan dan keterampilan anda pada bidang jenis wirausaha tertentu? 7. Punyakah anda hal unik, sebelum memulai bisnis? 8. Di antara sekian banyak waktu luang anda, seringkah anda mengisinya dengan kegiatan yang berbau bisnis? 9. Tantangan gambaran-gambaran masa depan, seringkah anda membayangkan diri sebagai wirausaha? 10. Dari sekian tokoh yang anda kagumi, banyakkah di antara mereka yang berprofesi sebagai wirausaha? 11. Bagaimanakah anda melihat hari esok? Haruskah hari esok lebih baik dari daripada hari ini dan kemarin? 12. Bagaimana dengan memandang masa depan?. 13. Akankah masa depan lebih banyak menghadirkan peluang dibandingkan kesulitan? Pertanyaan berikutnya yang tak kalah pentingnya adalah: a. Kapan sebaiknya seorang professional banting stir menjadi wirausaha? b. Apakah begitu mengetahui dirinya mempunyai potensi besar sebaiknya langsung beralih haluan atau menunggu dahulu sampai kariernya mencapai level tertentu? Ada beberapa sinyal yang biasa dirasakan para professional untuk segera terjun sebagai wirausaha, yaitu: 1. Banyak potensi diri yang tidak termanfaatkan dengan hanya menjadi professional. 2. Sering dan suka bereksperimen dengan keputusan-keputusan lain dan berani mengambil resiko. 3. Jaringan sudah cukup memadai untuk memulai usaha baru. 4. Perusahaan tempat bekerja lebih banyak mempermiskin proses kreatif dibanding memperkaya. 5. Sudah kebal dan sangat berpengalaman menghadapi keadaan sukar. 6. Memiliki sesuatu yang unik (modal, pengalaman, akses dll) untuk dijual. Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 58

7. Sering bekerja sampingan/ ngobyek (Gede Prama). Bila sinyal-sinyal sudah dialami, maka langkah berikutnya adalah membuat semacam perencanaan krisis (crisis planning). Perencanaan krisis tersebut semacam ancang-ancang untuk mengantisipasi bila scenario optimis tidak berhasil. Bukan berarti kita pesimis atau takut gagal, namun ditengah-tengah situasi yang cepat berubah dan tidak pasti justru perencanaan ini makin diperlukan. Kami menamakan perencanaan ini dengan Gigi Mundur Cadangan (lihat bagan). Bagan : Gigi Mundur Cadangan 1 3 5 2 4 R1 R2 Dengan ancangan ini, kita perlu mempersiapkan skenario pertama bila seandainya bisnis kita mengalami kegagalan atau kurang sukses seperti yang kita harapkan. Misalkan kita bertolok ukur income selama menjadi pekerja dan setelah menjadi wirausaha. Bagaimana bila penghasilan lebih rendah daripada sebelumnya?. Hal ini perlu dipikirkan, lebih-lebih bila kita sendiri sudah memiliki tanggungan keluarga. Kecuali jika masih ditanggung oleh pihak lain, pertanyaan ini barangkali tidak perlu lagi dicari jawabnya. Ambil contoh, scenario pertama (R1) dalam 3 tahun kita gagal sebagai entrepreneur, kita masih punya cadangan untuk kembali menekuni profesi semula. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana upaya itu menemui jalan buntu? Barangkali akan kesulitan memprediksi bagaimana situasi pasar kerja di masa datang. Boleh jadi, profesi ini di masa datang akan diisi oleh para lulusan luar negeri atau orang berpendidikan pasca sarjana. Apalagi saat menjelang dan memasuki tahun 2003, para ekspatriat (pekerja asing) akan banyak menyerbu pasar kerja Indonesia (suatu ironi di tengah masyarakat semakin panjang barisan pengangguran kita). Lalu, apa yang harus kita lakukan? Rasanya perlu mempersiapkan scenario kedua (R2), perlu menengok kembali potensi lain pada diri kita. Selain keahlian professional apakah kita punya kelebihan lain yang bisa dieksploitasi? dengan kemampuan verbal yang bagus, bersiap-siaplah mencari dan memasuki lapangan kerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki jika harus keluar atau meninggalkan posisi kita sebagai entrepreneur (sebagai wirausaha). KESIMPULAN Memulai bisnis baru adalah sesuatu yang berat dan resiko gagal yang besar pula. Sementara membeli usaha yang sudah ada (waralaba) juga sangat berat dalam hal biaya. Memulai usaha baru bukanlah sesuatu yang mudah. Membutuhkan lebih dari tekad, tetapi juga komitmen dan dedikasi. Kunci Kesuksesan Dalam Bisnis 1. Kerja keras, semangat dan dedikasi. Pemilik usaha harus berkomitmen untuk sukses dan bersedia meluangkan waktu dan usaha untuk mewujudkan bisnisnya. 2. Tuntutan pasar belum banyak tersedia. Sebagai contoh bila di satu Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 59

tempat hanya ada 1 toko roti, maka toko roti lain kemungkinan akan berhasil, dibandingkan dengan apabila di tempat tersebut sudah ada 20 toko roti. Disini pengusaha dituntut untuk jeli melihat pasar. 3. Kompetensi manajerial. Pengusaha kecil yang sukses biasanya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai apa yg harus mereka lakukan. Mereka dapat memperoleh kompetensi melalui training, pengalaman atau memanfaatkan keahlian orang lain. 4. Keberuntungan. Bagaimanapun keberuntungan tetap berperan menentukan kesuksesan suatu bisnis. SUMBER RUJUKAN M. Hariwijaya. 2009. 7 Jurus Jitu Memulai Bisnis. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. Mas'ud, Machfoedz. 2006. Kewirausahaan Metode, Manajemen, dan Implementasi. Yogyakarta: BPFE. Mudjiarto. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Robert,D.Hisrich.2008. Entrepreneurship Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat Safak, Muhammad. 2005. Cara Mudah Orang Gajian Menjadi Entrepreneur. Jakarta: Media Sukses. Sudradjad. 1999. Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Jakarta: Bumi Aksara. Suryana. 2005. Kewirausahaa. Jakarta: Salemba Empat. Suryono. Ekotama. 2010. Jurus Jitu Memilih Bisnis Franchise. Yogyakarta: Citra Media. Tarsis, Tarmudji. 2000. Prinsip-Prinsip Wirausaha. Yogyakarta: Liberty. Thoby, Mutis. 1995. Kewirausahaan Yang Berproses. Jakarta: Grasindo. Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan Vol ke-5, Cetakan ke-13 60