MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPMEN NO. 23 TH 2002

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

2. Instruksi Presiden R.I Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan ;

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAM DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 225 /KPTS/M/2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/O/2004 TENTANG PERUBAHAN BALAI PELATIHAN TEKNOLOGI GRAFIKA MENJADI BALAI GRAFIKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 34/Menhut-II/2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 462/KMK.09/2004 TENTANG

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN INTERN PEMASYARAKATAN.

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. Menimbang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/03/2011

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

PEDOMAN PENGAWASAN BAB I U M U M. Pasal 1

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 5 TAHUN 2000 (5/2000) TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN MOBILITAS PENDUDUK

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/HUK/2003

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Faximile : (0717) 92534

- 1 - WALIKOTA GORONTALO,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.23/MEN/2002 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a bahwa berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 228/M Tahun 2001 Departemen Tenaga Kerja digabung dengan Kantor Menteri Negara Transmigrasi dan Kependudukan/Badan Administrasi Kependudukan dan Mobilitas Penduduk. b. bahwa sehubungan dengan huruf a di atas Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP.23/MEN/1997 tentang Pokok-Pokok Pengawasan di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Peraturan Menteri Transmigraasi dan PPH Nomor : PER.32/MEN/1999 tentang Pengawasan di Lingkungan Departemen Transmigrasi dan PPH sudah tidak sesuai lagi. c. bahwa untuk itu dipandang perlu ditetapkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrassi Republik Indonesiia tentang Pokok-Pokok Pengawasan di Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor : 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja; 2. Undang-Undang Nomor : 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian; 3. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 4.. Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 5. Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN; 6. Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 11 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan; 12. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat; 13 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 30/MENPAN/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat; 14. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP.23/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP.137/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI BIDANNG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan berjalan dengan rencana, ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung kepada bawahannya secara preventiff dan represif. 3. Pengawasan fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Departemen, yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, verifikasi dan penilaian. 4. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakaat berupa sumbangan pemikiran, saran, gagasan, keluhan atau pengaduan yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. 5. Pemeriksanaan adalah salah satu bentuk kegiatan pengawasann fungsional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara peraturan/rencana/program dengan kondisi dan atau kenyataan yang ada. 6. Pemeriksaan operasional adalah suatu proses pemeriksaan secara sistematik dan komprehensif yang dilakukan oleh Auditor dan atau pejabat lainnya untuk mengevaluasi dan menilai kinerja satuan/unit kerja secara obyektif atas kegiatan-kegiatan manajemennya. 7. Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap satu atau beberapa aspek manajemen. 8. Pemeriksaan kasus adalah pemeriksaan bersifat pengusutan (investigasi) yang dilakukan berdasarkan temuan hasil pemeriksaan atau pengaduan masyarakat. 9. Pengujian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dengan cara meneliti tentang kebenaran terhadap sejumlah dokumen dan atau barang dengan kriteria yang telah ditetapkan. 10. Pengusutan adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional untuk mencari bahan-bahan, keterangan dan bukti-bukti tentang adanya dugaan penyalahgunaan wewenang, penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan perundang- udangan yang berlaku. 11. Verifikasi adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan untuk mengetahui kebenaran atas bahan, keterangan dan bukti. 12. Penilaian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dalam menentukan seberapa besar pencapain target dengan rencana yang telah ditetapkan. 13. Auditor adalah Aparat Pengawasaan Fungsional Pemerintah (APFP) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan di instansi pemerintah. 14. Departemen adalah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 15. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

Pasal 2 Pengawasan ditujukan untuk : a. mendukung pencapaian visi, misi dan sasaran departemen; b. mencapai ketaatan dan kepatuhan aparat departemen dan mitra kerja terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. mewujudkan pemerintahan bersih, transparant dan bebas dari unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); d. Memelihara dan meningkatkan citra departemen. Sasaran pengawasan mencakup : Pasal 3 a. tercapainya tertib administrasi, tertib manajemen dan tertib program; b. tercapainya penurunan dan bahkan menghilangkan sama sekali segala bentuk penyalahgunaan wewenang, penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. tercapainya peningkatan kualitas pelayanan satuan kerja; d. tercapainya effisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya mencakup anggaran, personil dan perlengkapan; e. tercapainya pemberantasan segala bentuk KKN. Pasal 4 Ruang Lingkup pengawasan mencakup : a. unit kerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; b. unit pelaksanaan Teknis Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Daerah; c. penyelenggaraan atas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian pada Pemerintahan Propinsi, Kabupaten/Kota; d. penyelenggaraan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang tidak menjadi kewenangan dan atau tidak dilakukan oleh Pemerintah Propinsi atau Kabupaten/Kota; e. penyelengaraan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di luar negeri.

Pasal 5 Pengawasan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian terdiri dari pengawasan melekat (WASKAT), pengawasan fungsional oleh Inspektorat Jenderal (WASFUNG), pengawasan oleh Lembaga pengawasan lainnya dan pengawasan oleh masyarakat (WASMAS). BAB II PENGAWASAN MELEKAT Pasal 6 1. Pengawasan melekat meliputi aspek teknis, administratif dan yuridis. 2. Aspek teknis pengawasan melekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut sasaran kerja, hasil kerja dan ketepatan waktu. 3. Aspek administratif pengawasan melekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan dalam pengambilan keputusan. 4. Aspek yuridis pengawasan melekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 7 1. Pimpinan dan atau atasan langsung satuan kerja dan unit kerja termasuk pemimpin proyek dan pemimpin bagian proyek di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta instansi yang melaksanakan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian wajib melakukan pengawasan melekat terhadap bawahannya secara berjenjang. 2. Pengawasan melekat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1), diarahkan pada terbentuknya suatu sistem kerja yang mampu membina dan membimbing bawahannya untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi serta mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang, penyimpangan, pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 8 1. Pengawasan melekat di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigraasi dikoordinir oleh Sekretaris Jenderal selaku Koordinator Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat). 2. Sekretaris Jenderal menetapkan petunjuk teknis tata cara pengawasan melekat. BAB III PENGAWASAN FUNGSIONAL Pasal 9 1. Pengawasan fungsional di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Pusat dan di Daerah dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal. 2. Pengawasan fungsional ditujukan terhadap pelaksanaan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di dalam dan di luar negeri serta pelaksanaan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Pasal 10 1. Inspektur Jenderal menetapkan petunjuk teknis operasional pelaksanaan pengawasan fungsional di Daerah. 2. Prioritas pengawasan fungsional ditetapkan sesuai kebijakan pemerintah di bidang pengawasan dan kebijakan Menteri. Pasal 11 Dalam melaksanakan pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 Inspektorat Jenderal terdiri dari : a.. Inspektorat I; b. Inspektorat II; c. Inspektorat III; d. Inspektorat IV. Pasal 12 1. Inspektorat I, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang- udangan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di lingkungan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri, Direktorat Jenderal

Pembinaan Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, dan pengawasan fungsional di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Propinsi Jawa Timur, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. 2. Inspektorat II, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perudang- undangan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan pengawasan fungsional di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Propinsi Lampung, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali dan Irian Jaya. 3. Inspektorat III, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang- udangan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di lingkungan Direktorat Jenderal Mobilitas Penduduk, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sumber Daya Kawasan Transmigrasi, dan pengawasan fungsional di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Propinsi Jawa Barat termasuk Banten, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan termasuk Bangka Belitung, Sulawesi Utara termasuk Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Maluku termasuk Maluku Utara. 4. Inspektorat IV, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang- undangan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan, Badan Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasiaan, Badan Informasi Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, dan pengawasan fungsional di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Daerah Istimewa Yogyakarta, Propinsi Jawa Tengah, Jambi, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pasal 13 1. Pengawasan fungsional terdiri dari kegiatan pemeriksaan, pengujian, pengusutan, verifikasi dan penilaian. 2. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pemeriksaan operasional; b. pemeriksaan khusus; c. pemeriksaan kasus; d. inspeksi pimpinan; e. inspeksi mendadak; f. supervisi;

g. monitoring tindak lanjut hasil pengawasan. 3. Inspektur Jenderal menetapkan petunjuk teknis tata cara pemeriksaan. Pasal 14 1. Pengawasan fungsional dilaksanakan berdasarkan program kerja pengawasan 2. Program kerja pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dan Non Program Kerja Pengawasan Tahunan (Non PKPT). 3. PKPT disusun dan ditetapkan bersama-sama antara Inspektorat Jenderal dengan Lembaga Pengawasan dan instansi terkait lainnya. 4. Non PKPT disusun dan ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal. Pasal 15 1. Pengawasan fungsional dilakukan oleh Auditor dan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Inspektur Jenderal. 2. Auditor dan atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas : a. melakukan pemeriksaan dan kegiatan lain yang berhubungan dengan program pengawasan b. melakukan pengujian, pengusutan, verifikasi dan penilaian. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas, Auditor dan atau pejabat lain yang ditunjuk berwenang : a. meminta. menerima, mengusahakan dan memperoleh dokumen, barang atau benda serta keterangan dan informasi lainnya dari pihak tertentu; b. melakukan penyelidikan dan ataau pemeriksaan di tempat pekerjaan dan tempat lainnya; c. menerima, mempelajari dan menelaah hasil pemeriksaan lembaga pengawasan lainnya dan pengaduan masyarakat; d. memanggil pejabat dan atau mantan pejabat serta pegawai lainnya yang diperlukan keterangannya; e. menyampaikan saran/rekomendasi kepada Inspektur Jenderal atau pejabat lain yang memberikan perintah atas hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan; f. melakukan monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal, lembaga pengawasan lainnya dan pengaduan masyarakat. Pasal 17 1. Temuan pengawasan fungsional berupa temuan positif dan temuan negatif. 2. Temuan pengawasan positif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah temuan yang sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku dan mendukung pencapaian visi. misi. dan program departemen. 3. Temuan pengawasan negatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah temuan yang tidak sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan karenanya merugikan pencapaian visi, misi dan program departemen. 4. Seluruh jumlah dan jenis temuan pengawasan wajib dikonsultasikan terlebih dahulu kepada obyek pemeriksaan. 5. Obyek pemeriksaan wajib menindaklanjuti seluruh temuan pengawasan. Pasal 18 1. Temuan hasil pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (1) harus dikaji dan dianalisis. 2. Kajian dan analisis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan standar audit yang telah ditetapkan. BAB IV PENGAWASAN MASYARAKAT Pasal 19 Pengawasan masyarakat bersumber dari : a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); b. Media massa; c. Kelompok masyarakat; d. Perorangan. Pasal 20 1. Pengawasan masyarakat yang disampaikan ke departemen, diadministrasikan, dikaji dan diteliti oleh Inspektorat Jenderal.

2. Pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh unit-unit kerja terkait. 3.. Pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditindaklanjuti oleh Inspektorat Jenderal melalui pemeriksaan kasus. BAB V TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN Pasal 21 Unit/satuan kerja dan obyek pemeriksaan wajib menindaklanjuti seluruh temuan pengawasan melekat, temuan pengawasan fungsional, temuan pengawasan lambaga pengawasan lainnya dan pengawasan masyarakat. Pasal 22 1. Tindak lanjut hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 berupa : a. tindakan administratif/kepegawaian; b. tuntutan ganti rugi (TGR), tuntutan perbendaharaan (TP) dan pengenaan denda; c. tuntutan pidana; d. penyempurnaan kelembagaan, ketatalaksanaan, kebijakan dan peraturan perundang-undangan e. pemberian penghargaan. 2. Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.. Monitoring dan evaluasi tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Pasal 23 Petunjuk pelaksanaan tentang tata cara tindak lanjut hasil pengawasan fungsional, pengawasan oleh lembaga pengawasan lainnya dan pengawasan masyarakat di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian diatur lebih lanjut oleh Inspektur Jenderal. BAB VI P E L A P O R A N

Pasal 24 1. Hasil pengawasan melekat sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 dirumuskan secara tertulis dalam bentuk laporan realisasi Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat dan laporan pelaksanaan tindak lanjut pengawasan melekat. 2. Perumusan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh masing-masing unit eselon II di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 3. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal. 4. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bahan laporan Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat dari Menteri kepada instansi yang menangani pengawasan melekat. Pasal 25 1. Hasil pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dirumuskan secara tertulis dan disusun dalam bentuk laporan hasil pengawasan. 2. Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Inspektur Jenderal disampaikan kepada Menteri dengan tembusan kepada instansi terkait dan pejabat Eselon I bersangkutan. 3. Laporan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan disampaikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada instansi terkait. 4. Laporan hasil pengawasan fungsional disampaikan oleh Menteeri kepada Presiden sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 26 1. Hasil pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 dirumuskan secara tertulis dan disusun dalam bentuk laporan hasil pengawasan masyarakat. 2. Laporan hasil pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayaat (1) disusun oleh Inspektur Jenderal disampaikan kepada Menteri dengan tembusan kepada instansi terkait dan pejabat Eselon I bersangkutan. 3. Laporan hasil pengawasan masyarakat atas petunjuk Menteri dapat disampaikan kepada pelapor. Pasal 27

Petunjuk pelaksanaan tentang tata cara pelaporan hasil pengawasan fungsional, pengawasan oleh lembaga pengawasan lainnya dan pengawasan masyarakat di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian diatur lebih lanjut oleh Inspektur Jenderal. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigraasi ini, maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP.23/MEN/1997 dan Peraturan Menteri Transmigrasi dan PPH Nomor : PER.32/MEN/1999 dinyatakan tidak berlaku. Pasal 29 Selama petunjuk pelaksanaan Keputusan Menteri ini belum diterbitkan, maka ketentuan-ketentuan yang mengatur pengawasan di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigraasi tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan. Pasal 30 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Februari 2002 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA ttd JACOB NUWA WEA