Bab I. Pendahuluan. UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Produk Domestik Regional Bruto

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, yaitu pendidikan, pengangguran, kesehatan, dan lainnya.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

BPS KABUPATEN BATU BARA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pertambangan rakyat merupakan rangkaian kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh rakyat, dengan memakai peralatan dan cara yang sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari. Berdasarkan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pertambangan rakyat sering sekali di persulit dengan perizinan oleh pemerintah, dimana langkah perizinan ini harus melalui proses yang terpusat kewenangan dan pengurusan legalitas pengusahaan bahan galian pada tangan menteri, selain itu undang undang no. 11 tahun 1976, kurang berpihak kepada kepentingan rakyat. Pertambangan emas rakyat yang berada di Kecamatan Hutabargot dan Kecamatan Nagajuang di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara masih berstatus illegal. Awal mula ditemukannya tambang emas di Kabupaten Mandailing Natal dengan diberikannya izin eksplorasi pada tahun 1998 kepada PT. Sorik Mas Mining dalam mengelola tambang emas oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto. Setelah bertahun-tahun melakukan eksplorasi, masyarakat bingung dan terheran-heran melihat belum ada tanda-tanda berproduksi oleh perusahaan tambang raksasa tersebut. Persoalan antara masyarakat dan PT. Sorik 1

Mas Miningpun muncul, dikarenakan adanya sumber yang berpangkal dari isi kandungan emas dan logam mulia lainnya di perut bumi diwilayah kontrak karya yang ditandatangani Presiden RI di Jakarta 19 Januari 1998 yang diawali surat Menteri Pertambangan dan Energi 17 Desember 1997. (bom waktu tambang emas madina, 2013) Pertambangan emas rakyat di Kab. Mandailing Natal dilakukan di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Hutabargot dan Kecamatan Nagajuang. Pertambangan rakyat ini telah dimulai sekitar tahun 2007, dimana pertambangan rakyat ini dimulai di Kecamatan Hutabargot.Dengan berjalan waktu masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal mulai beralih menjadi penambang emas, dan munculnya mesin-mesin pengolahan emas yang masih tradisional yaitu gelundung, bahan kimia, dan mesin penggiling batuan yang terbuat dari baja. Pertambangan rakyat yang dilakukan dengan cara menggali dan mengkais membuat lobang yang berkedalaman sekitar puluhan bahkan ratusan meter.tidak sedikit masyarakat yang harus mempertaruhkan nyawa seperti keracunan, tertimpa batuan, dan kehabisan oksigen.cukup banyak juga kerugian yang dialami dengan adanya pertambangan rakyat ini, seperti pencemaran sumber daya air, keanekaragaman hewan yang ada di sekitar pengolahan pertambangan rakyat. Salah satu yang menjadikan pertambangan rakyat ini menjadi pilihan masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, tidak sedikit masyarakat yang tergantung terhadap penambangan emas ini, dikarenakan penambangan ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal.Pertambangan rakyat yang ada di Kabupaten 2

Mandailing Natal menimbulkan dampak positif bagi masyarakat seperti mengurangi tingkat pengangguran dan meninggkatkan perekonomian masyarakat. Menurut data Badan Penelitian Statistika Kabupaten Mandailing Natal Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012. Berdasarkan tingkat partisipasi angkatan kerja di Kab. Mandailing Natal sekitar 72,54 % dan tingkat pengangguran terbuka sekitar 5,69 %. (kependudukan, 2012) Pertambangan rakyat sebenarnya bukan hanya ada di daerah Mandailing Natal, tapi hampir diseluruh Indonesia.Pertambangan di daerah Mandailing Natal jelas masih berstatus illegal.tidak sedikit tambang berstatus illegal di Indonesia seperti PETI emas di derah Topo Nabire (Papua), tambang emas rakyat di Sungai Tahi Ite, Wumbubangka, Bombana (Sulawesi Tenggara), tambang emas rakyat di Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi (Jawa Timur), tambang emas rakyat di daerah Sekotong Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat), tambang emas rakyat di Pelabuhan Bajo, Flores (Nusa Tenggara Timur) dan yang sekarang menjadi primadona para penambang liar adalah penambangan emas di wilayah Gunung Botak, desa Wamsait, Kabupaten Namlea, Provinsi Maluku. Penambangan di daerah yang disebutkan di atas adalah penambangan yang dilakukan tanpa kaidah penambangan yang baik dan benar (good mining parctice), yang akhirnya akan menimbulkan masalah terhadap masyarakat, ekonomi, pendidikan dan lingkungan sekitar wilayah penambangan. (Pengaruh pertambangan illegal terhadap ekonomi, 2010) Pertambangan emas rakyat yang berada di daerah Mandailing Natal bukan hanya terdiri dari penambang lokal, tetapi ada juga penambang yang berasal dari 3

berbagai daerah di Indonesia. Adapun penyebab berdatangannya penambang dari daerah lain adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Kegiatan pertambangan rakyat merupakan suatu fenomena dan erat hubungannya dengan kemiskinan, karena tujuan pertambangan rakyat ini jelas untuk memenuhi ekonominya sendiri. Akibat dari keterbatasan penambangan biasanya menimbulkan persoalan sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi. Kehidupan sosial budaya masyarakat menagalami sedikit pergeseran dengan adanya perubahan mata pencaharian yang dulunya sebagai petani dan berkebun merubah kehidupannya menjadi sebagai penambang emas dan meninggalkan kebiasaannya yang lama.dampak ini bukan hanya sampai sosial budaya, akibat dari pertambangan rakyat perekonomian masyarakat juga berubah dan tidak menentu.menurut World Bank membuat garis kemiskinan absolut sebesar US$ 1 dan US$ 2 PPP (purchasing power parity/ paritas daya beli) per hari (bukan nilai tukar US $ resmi). Angka konversi PPP adalah banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa di mana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli sebesar US$ 1 di Amerika Serikat. (Bappenas, 2012) Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Mandailing Natal Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mandailing Natal tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 mencapai 6,41 persen. Pertumbuhan Ekonomi tertinggi dicapai oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 8,59 persen. Disusul oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,12 persen, sektor sektor jasa- 4

jasa sebesar 7,68 persen, sektor pertanian sebesar 6,67 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran bertumbuh sebesar 5,99 persen, sektor bangunan sebesar 5,84 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,44 persen dan sektor pertambangan dan penggalian 5,30 persen. Sedangkan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan paling kecil yaitu sebesar 2,05 persen. Besaran PDRB Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar Rp. 4.808,31 miliar, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 2.300,54 miliar. Terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mandailing Natal tahun 2012 sebesar 6,41 persen, sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 2,94 persen, kemudian sektor jasa-jasa sebesar 1,18 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.03 persen dan sisanya oleh keenam sektor lainnya yang hanya memberikan sumbangan masing-masing dibawah 1 persen. PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp.11,70 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya sebesar Rp. 10,46 juta. (BPS, 2012) Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang(11,66 persen).selama periode September 2012 Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013),sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta 5

orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013).Selama periode September 2012, Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan danperdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan padaseptember 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara pendudukmiskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013. (BPS, 2013) Pertambangan rakyat bukanlah suatu hal yang baru dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, hampir di seluruh Indonesia pertambangan rakyat dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Meskipun bersifat instan dan spekulatif, keadaan yang seperti ini banyak menimbulkan perubahan-perubahan sosial budaya masyarakat dan ekonomi.masyarakat memang makhluk sosial dan mudah menerima perubahan baik dalam segi ekonomi dan sosial budaya. Pertambangan merupakan satu usaha yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan, tapi tidak semua daerah di Indonesia memiliki sumber daya alam yang sama. Keanekaragaman inilah yang menimbulkan adanya perbedaaan sosial dan ekonomi dalam masayarakat. Daerah geografis juga menentukan matapencaharian masayarakat dan itu berpengaruh terhadap sosial dan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang berada di tepi pantai akan memiliki sosial ekonomi yang berbeda dengan masayarakat yang berada di dataran rendah, dan di dataran tinggi. Melihat pola kehidupan sosial dan cara pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia yang bekerja sebagai penambang emas dengan nelayan tidak akan bisa bertukar profesi, karena 6

memiliki keahlian yang berbeda. Penambang emas tentu melakukan penggalian dan mengkorek hasil dari perut bumi sedangkan seorang nelayan mencari ikan dilaut ini merupakan perbedaan yang beragam dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Umumnya sosial masyarakat dilihat dari interaksi masyarakat dan perubahan terjadi disebabkan adanya pembahuran antara masyarakat yang berbeda suku dan budaya dan lain halnya dengan ekonomi disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Mengambil hasil dari perut bumi merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutahan masyarakat, tapi tidak jarang hal ini menimbulkan permasalahan-permasalahan yang menjadikan kerusakan terhadap lingkungan. Berdasarkan persoalan yang terjadi didalam kehidupan masyarakat di daerah Kecamatan Hutabargot dalam kehidupan sosial budayanya dan untuk memenuhi kebutuhannya ekonominya membuat pertanyaan-pertanyaan, mulai dari aktivitas masyarakat dan cara memenuhi kebutuhan masyarakat. Pertambangan yang ada di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal membuat profesi baru terhadap masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Hal ini juga tidak lepas dari kehidupan sosial budaya masyarakat, dimana akibat pertambangan rakyat yang berada disekitar Kecamatan Hutabargot telah membuat daya tarik terhadap masyarakat luar untuk datang ikut dalam proses penambangan emas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah Tinjauan Sosial dan Ekonomi Keluarga Penambang emas di Tambang 7

Emas Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal. 1.2 Rumusan Masalah Masalah merupakan suatu bahan dalam kegiatan penelitian, umumnya penelitian ini dibuat untuk merumuskan masalah-masalah yang di teliti berdasarkan hasil paparan dilatar belakang dan uraian diatas. Dalam rangka melakukan penelitin perumusan masalah merupakan suatu langkah yang penting dalam menetapkan kajian dan membatasi masalah yang akan diteliti. Masalah merupakan objek kajian dalam penlitian. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis dapat merumuskan batasan masalah sebagai berikut : Bagaimana Gambaran Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas di Tambang Emas Rakyat Illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal. 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi keluarga penambang emas di tambang emas rakyat illegal di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan : 1. Menjadi suatu bahan dalam pengembangan konsep dan teori-teori yang berguna dan berkaitan dengan penambangan emas dan dan masalah-masalah yang ada. 8

2. Menjadi masukan bagi Pemerintah dan instantsi swasta yang terkait dalam pengambilan kebijakan dan pemerhatian terhadap masalah-masalah penambang emas yang berada di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal. 3. Dapat berguna menjadi suatu bahan pertimbangan dan referensi bagi seluruh civitas akademika dan penambang emas yang berada di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal. 1.4 Sistematika Penulisan Adapun urutan susunan sistematika dalam penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar Belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek yang diteliti, kerangka Penelitian, hipotesa, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisi tentang sejarah geografis dan gambaran umum lokasi penelitian yang terkait dengan masalah objek yang diteliti. BAB V ANALISIS DATA 9

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya. BAB VI PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian yang dilakukan. 10