BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu dengan terjun

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidak mampuan. sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan

BAB V PENUTUP. 1. Praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak, ialah: dan berubah dibangun kantor desa (Kasus II).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat hablum minallah wa

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. yaitu faham syafi iyah dan adat kebiasaan setempat. masyarakat Islam Indonesia masih menggunakan kebiasaan-kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kontrak kerja dalam kegiatan muamalah Islam, yaitu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia disebut sebagai makhluk sosial. Islam mengajarkan kita untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS TERHADAP PROSES PENCATATAN STATUS TANAH WAKAF MASJID USWATUN HASANAH DI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara manusia dengan Allah (h}abl min Alla>h) dan hubungan. ketentuan yang terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 112 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMENUHAN SYARAT DAN KEABSAHAN BADAN PENYELENGGARA DAN LAHAN DALAM PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BENTUK PTS SERTA PENAMBAHAN PS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. terutama mengenai praktiknya, faktor yang mempengaruhinya, dan dampaknya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat bermukim umat manusia, disamping sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. wakaf yaitu, ajaran Islam mengenai wakaf, peraturan perundang-undangan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya seorang individu harus menukarnya dengan barang atau jasa yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 215 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa wakaf

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA TERHADAP PERWAKAFAN. A. Kewenangan Pengadilan Agama dalam hal sengketa wakaf.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. 1. Untuk Mengetahaui Wakaf Produktif Melalui Akad Ijarah Di Masjid Al-Mukhlis Dinoyo Malang. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B.

MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan konflik, konflik ini adakalanya dapat di selesaikan secara damai, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling penting dalam kehidupan dunia ini(mudjiono:1977).

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya, namun harta yang diperoleh itu juga mempunyai fungsi sosial 1. Di

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. ini termasuk dalam kategori penelitian hukum empiris atau penelitian lapangan (field

BAB I PENDAHULUAN. masjid Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun masjid Nabawi


BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007) h. 8

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN MASJID RAYA BAITURRAHMAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa,

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

Oleh Administrator Kamis, 15 Januari :42 - Terakhir Diupdate Rabu, 22 Desember :51

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

PENYELESAIAN SENGKETA HARTA WAKAF DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilepaskan dari tanggung-jawab pemerintah, yang dalam ajaran Islam. bertujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima iyah (ibadah sosial). kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridho-nya.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia dalam keadaan saling membutuhkan, maka Allah

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB IV PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

SERTIFIKASI TANAH WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan. Namun,

الز كاة. وحج البيت. وصىم رمضان. 1

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan umat Islam di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukarmenukar. demikianlah hubungan kehidupan manusia menjadi teratur.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan ibadah dipraktikkan dan dimanifestasikan melalui pengabdian keseluruhan diri manusia beserta segala apa yang dimilikinya. Ada ibadah melalui bentuk pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa pengorbanan apa yang di miliki/harta benda, seperti zakat dan shodaqoh, di samping ada juga secara bersama-sama badan dan harta, seperti puasa dan haji. Satu bentuk ibadah melalui pengorbanan dengan harta yang kita miliki untuk kepentingan kemanusiaan, kemasyarakatan, dan keagamaan yang telah diatur oleh syari at Islam adalah wakaf. 1 Dalam ketentuan hukum Islam, berwakaf merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan, sebab termasuk sunnah muakkadah karena merupakan shadaqah jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun orang yang mewakafkannya telah wafat. Hal berdasarkan kepada firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 92: 2. Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. 3 1 Usman Suparman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Dar al-ulum Press, 1994), h.1. 2 M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia: Himpunan Fatwa-fatwa Aktual, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003), h. 295. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: Lembaga Penerjemah Al-Qur an, 1996), h. 91.

Memahami makna ayat tersebut, maka fungsi sosial dari perwakafan mempunyai arti bahwa penggunaan hak milik seseorang harus memberi manfaat langsung atau tidak langsung kepada masyarakat. Dalam ajaran pemilikan terhadap harta benda (tanah) tercakup di dalamnya benda lain, dengan perkataan lain, dalam benda seseorang ada hak orang lain yang melekat pada harta benda tersebut. 4 Oleh karena itu, lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat untuk kepentingan umat Islam dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum. 5 Berkaitan dengan makna tersebut, maka bagi umat Islam yang diberikan kelapangan rezeki oleh Allah Swt tidak segan-segan mewakafkan sebagian harta bendanya, terutama tanah yang menjadi miliknya untuk pembangunan masjid, madrasah, pondok pesantren, TKA/TPA, asrama yatim piatu, tempat pemakaman dan lain sebagainya secara ikhlas semata-mata karena Allah Swt. Mereka yang berwakaf meyakini bahwa tanah atau benda-benda lain yang diwakafkan pahalanya akan terus mengalir, sungguh pun mereka telah wafat. Namun pada umumnya pula, tanah atau benda-benda lain yang diwakafkan dengan tulus ikhlas untuk pembangunan masjid, madrasah, pondok pesantren, TKA/TPA, asrama yatim piatu, tempat pemakaman dan lain sebagainya tidak dilengkapi dengan suatu ikrar wakaf, atau sertifikat atau akte notaris atau surat-surat lainnya yang menyatakan telah terjadi perwakafan. 4 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Jakarta: Depag RI, 2006), h. 89. 5 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, PP. No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya dan PMA no.4 Tahun 2009 Tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang, (Jakarta: Departemen Agama, 2009), h. 3.

Ketidaktertiban pencatatan harta benda wakaf tersebut kemudian oleh pemerintah secara bertahap dibuatlah berbagai peraturan hukum yang mengaturnya. Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, dan kemudian disikapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, kemudian melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (Buku III Hukum Perwakafan), dan disempurnakan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, perwakafan mulai dan terus dibenahi dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan di bidang pengelolaan wakaf secara umum. Meskipun pemerintah telah membuat berbagai macam peraturan untuk mengatur keberadaan benda wakaf, namun belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien sehingga dalam berbagai kasus harta benda wakaf kemudian timbul di kemudian hari. Misalnya, pembangunan masjid, madrasah, pondok pesantren, TKA/TPA, asrama yatim piatu, tempat pemakaman dan lain tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidakmampuan nadzir dalam megelola dan mengembangkan harta benda wakaf tetapi karena juga sikap masyarakat yang kurang peduli atau belum memahami status harta benda wakaf yang seharusnya dilindungi demi kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf. Akibatnya ada tanah wakaf yang dikuasai pihak lain, ada juga tanah wakaf yang diperuntukkan untuk tanah panti asuhan, kemudian justeru dijual oleh keluarga wakif setelah si wakif meninggal, atau ada juga yang digunakan untuk kepentingan lain yang tidak sesuai dengan fungsinya.

Salah satu permasalahan yang terjadi dilapangan adalah terjadinya perubahan fungsi tanah wakaf, seperti yang terjadi di wilayah Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak. Salah satunya adalah adanya tanah wakaf yang telah diwakafkan oleh wakif yang diperuntukkan untuk kepentingan pembangunan mesjid dan ternyata tersebut sebagian dari tanah wakaf tersebut dialih fungsikan, sebab diatas tanah wakaf tersebut digunakan untuk membangun bangunan pemerintah, yang walaupun juga untuk kepentingan umum, namun tetap tidak sesuai dengan fungsinya. Berangkat dari permasalahan yang terjadi di lapangan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam lagi terkait alih fungsi tanah wakaf yang terjadi di wilayah Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak, baik mengenai praktiknya, faktor penyebabnya dan dampak yang ditimbulkannya, serta tinjauan hukum Islam terhadap praktik yang terjadi tersebut. Dari penelitian lapangan yang dilakukan, hasilnya kemudian dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengangkat judul: Alih Fungsi Tanah Wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak. B. Rumusan Masalah. Dari latar belakang masalah tersebut, dirumuskanlah permasalahan penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak?

3. Bagaimana dampak dari praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak? C. Tujuan Penelitian. Berpedoman pada rumusan masalah tersebut, ditetapkanlah tujuan penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak. 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak. 3. Mengetahui dampak dari praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak. D. Signifikansi Penelitian. Dari penelitian yang dilakukan ini, maka diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Bahan informasi ilmiah dalam ilmu kesyariahan, yang salah satunya adalah dibidang kajian perwakafan khususnya masalah terjadinya alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak, sehingga mengetahui tentang duduk perkara dan status hukum yang sebenarnya dalam Islam. 2. Bahan kajian ilmiah untuk menambah khazanah pengembangan keilmuan pada kepustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. 3. Bahan informasi bagi peneliti yang lain yang berkeinginan meneliti masalah ini dari aspek yang berbeda.

E. Definisi Operasional. Untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi dalam memahami maksud judul penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Alih fungsi, ialah terdiri dari: alih berarti pindah, ditukar, berindah tempat, 6 dan fungsi berarti kegunaan, pekerjaan yang dilakukan. 7 Maksudnya ialah perubahan yang terjadi terhadap suatu lahan (tanah) baik peruntukannya maupun kepemilikannya. 2. Tanah wakaf, ialah tanah yang didermakan untuk mendirikan sesuatu yang berguna bagi umum, seperti untuk mendirikan mesjid, dan kepentingan lainnya. 8 Maksudnya memberikan benda berupa tanah agar dapat dimanfatkan untuk kepentingan kebaikan demi mendekatkan diri pemberinya kepada Allah. Dapat disimpulkan, maksud penelitian ini adalah mengangkat permasalahan tentang perubahan fungsi yang terjadi terhadap suatu lahan baik peruntukannya maupun kepemilikannya yang semula tanah didermakan untuk mendirikan sesuatu yang berguna bagi kepentingan keagamaan atau umum, seperti untuk mendirikan mesjid, namun dikemudian hari terjadi perubahan peruntukannya, yang terjadi di wilayah Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. 6 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 25. 7 Ibid, h. 332. 8 Ibid, h. 1196.

F. Kajian Pustaka. Skripsi yang diangkat ini pada dasarnya adalah penelitian empiris, yaitu berupa penelitian lapangan yang mengumpulkan atau mencari data yang diperlukan dengan langsung terjun ke lapangan mengenai terjadinya peralihan fungsi terhadap tanah wakaf yang terjadi di wilayah Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak. Dari hasil penelusuran yang penulis lakukan tentang skripsi yang telah dimunaqasyahkan tentang perwakafan ternyata tidak ada kesamaan dengan skripsi yang penulis angkat ini, seperti: Pertama: oleh Gazali Rahman, NIM. 0001113570/2005, berjudul: Persepsi Ulama di Kecamatan Mekarsari Kabupaten Barito Kuala tentang Wakaf Berjangka. Skripsi tersebut membahas tentang wakaf berjangka yang terjadi dengan mengambil pendapat ulama terhadap kejadian tersebut, dari 20 orang ulama, ternyata terdapat perbedaan pendapat, yaitu 10 orang ulama yang menyatakan boleh adanya wakaf berjangka dan 10 orang yang menyatakan tidak boleh wakaf berjangka. Kedua: Oleh Hj. Neily Faridah Akasy, NIM. 0301115628/2008, berjudul: Penanganan Wakaf Oleh Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota Banjarmasin. Skripsi tersebut membahas tentang administrasi pencatatan wakaf dan pengelolaannya yang dilakukan oleh 5 buah KUA Kecamatan di wilayah Kota Banjarmasin. Selain kedua skripsi tersebut, masih ada lagi beberapa skripsi lainnya yang mengangkat masalah perwakafan, namun baik dari segi judul maupun dari segi isinya berbeda dengan skripsi yang penulis angkat ini. Dari hasil penelaahan, menunjukan kesemua skripsi yang telah diangkat tersebut isinya, konsepnya, fokus permasalahannya dan lokasi penelitiannya berbeda sekali dengan penelitian yang penulis angkat ini. Disamping itu kebanyakan mereka

mengangkat studi terkait masalah perwakafan biasa dan berbeda dengan yang penulis angkat ini, sehingga tidak ada kesamaan ataupun kemiripan. G. Sistematika Penulisan. Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, terdiri atas, latar belakang masalah diangkatnya penelitian ini terkait permasalahan perubahan yang terjadi terhadap suatu lahan baik peruntukannya maupun kepemilikannya yang semula tanah didermakan untuk mendirikan sesuatu yang berguna bagi umum, seperti untuk mendirikan mesjid, namun dikemudian hari terjadi perubahan peruntukannya, yang terjadi di wilayah Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Kemudian dirumuskanlah masalah dan ditetapkan tujuan penelitian. Lalu disusunlah signifikansi penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teoritis yang berisikan ketentuan hukum Islam tentang wakaf, terdiri dari: pengertian wakaf, dasar hukum disyariatkannya wakaf dalam Islam, rukun dan syarat-syarat wakaf, prosedur pendaftaran tanah wakaf, dan perubahan status harta benda wakaf. Bab III merupakan metode penelitian, terdiri atas: jenis dan sifat penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan tahapan penelitian. Bab IV merupakan penyajian data dan analisis, terdiri dari: Pertama; penyajian data yang merupakan laporan hasil penelitian dari penelitian lapangan yang telah dilakukan, berisikan: deskripsi kasus perkasus, dan rekapitulasi dalam bentuk matrik. Kedua: analisis, yaitu dengan cara melakukan penelaahan secara mendalam terhadap data

hasil penelitian di lapangan terhadap alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak. Bab V merupakan penutup dari penelitian ini, terdiri atas: kesimpulan dan saransaran.