BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proporsi populasi usia lanjut di Indonesia semakin bertambah seiring

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab


BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset


BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB IV METODE PENELITIAN

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dijalankan pemerintah saat ini mempengaruhi kualitas kesehatan dan sosial ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia. Hasil sensus penduduk tahun 2010, menyatakan bahwa tahun 2010, angka harapan hidup mencapai usia 70,7 tahun. Ini lebih baik daripada 3 atau 4 dekade tahun sebelumnya yang mencapai kurang dari 60 tahun. Angka harapan hidup yang naik mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah lansia yang ada di Indonesia sebanyak 20,24 juta jiwa atau 8,3% dari seluruh propinsi. Dengan jumlah lansia wanita adalah 10,77 juta jiwa, sedangkan lansia pria berjumlah 9,47 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2014). Sedangkan jumlah lansia di provinsi Jawa Tengah yang berusia 60-64 tahun berjumlah 1.343.347 jiwa dengan jumlah laki-laki 672.288 dan perempuan 671.059. Selanjutnya yang berusia 65 ke atas jumlah totalnya ada 2.639.856 jiwa dengan jumlah laki laki lansia sebanyak 1.178.553 jiwa dan perempuan sebanyak 1.461.303 jiwa (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015). Menurut Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta, jumlah penduduk di Surakarta yang berumur 60-64 tahun sebanyak 19.092 jiwa, sedangkan yang berumur 65-69 tahun sebanyak 11.926 jiwa, berumur 70-74 tahun sebanyak 9.546 jiwa dan yang berumur lebih dari 75 tahun sebanyak 12.683. (DKK Surakarta, 2014) 1

2 Menua merupakan suatu proses kehilangan perlahan-lahan tentang kemampuan jaringan yang berfungsi untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normal sehingga rentan terhadap jejas (infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2011). Pada orang yang di usia 70 tahun sampai ke atas akan mempunyai garam, kadar gula, dan lemak dalam tubuh yang jumlahnya lebih banyak, sehingga rentan terhadap diabetes mellitus, stroke, penyakit kencing manis, jantung, dan lainnya. (Sunaryo, 2016) Diabetes melitus (DM) adalah bagian kelompok penyakit metabolik yang mempunyai karakteristik hiperglikemia terjadi karena adanya kerja insulin, kelainan sekresi insulin, atau kedua-duanya. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 2,4% kejadian DM di Indonesia. Prevalensi berdasarkan diabetes yang terdiagnosis, tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi berdasarkan diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3%. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta pada tahun 2015, ditemukan kasus Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin sebanyak 9.484 (data Puskesmas) dan 17.501 (data Rumah Sakit). Sedangkan untuk DM tergantung insulin ditemukan 1.088 (data Puskesmas) dan 1.612 (data rumah sakit). Jika dihitung prevalensinya maka diperoleh angka sebesar 5.819 per 100.000 penduduk.

3 Menurut Susanti & Tri (2013), cara pengelolaan Diabetes Mellitus salah satunya adalah dengan diet seimbang. Salah satu kendala utama dalam penanganan diet Diabetes Mellitus adalah pasien merasa jenuh dalam mengikuti terapi diet dimana sangat diperlukan untuk tercapainya keberhasilan. Pelaksanaan diet Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan dari keluarga. Dukungan bisa dideskripsikan sebagai keyakinan bahwa seseorang adalah orang yang aktif dalam kegiatan seharihari. Bentuk dukungan keluarga yang bisa diberikan kepada lansia diabetes mellitus adalah berupa dukungan informasional merupakan keluarga mempunyai fungsi sebagai sebuah diseminator dan kolektor (penyebar) informasi tentang dunia. Memberi penjelasan mengenai pemberian saran, sugesti, informasi yang bisa digunakan untuk mengungkapkan masalah. Manfaat dari dukungan ini yaitu dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

4 dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan keluarga berperan dalam menjaga dan memaksimalkan pemulihan fisik dan kognitif (Wurtinginsih, 2012). Di kalangan para lansia penurunan fungsi kognitif adalah penyebab terbesar dalam terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas seharihari sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat diri lansia (Romadlani, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mongisidi (2013), gambaran fungsi kognitif dilihat dari riwayat DM rata-rata menunjukkan hasil bahwa sampel dengan riwayat DM positif rata-rata memiliki hasil dengan fungsi kognitif terganggu atau tidak normal. Hasil tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang mengemukakan bahwa DM merupakan salah satu faktor risiko terhadap gangguan fungsi kognitif. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi hubungan antara diabetes melitus dan disfungsi kognitif, antara lain: aterosklerosis, penyakit mikrovaskular, advanced protein glycation dan stres oksidatif akibat toksisitas glukosa; dan insufficient insulin action sedangkan faktor lain yang mempengaruhi adalah penuaan, genetik dan penyakit penyerta seperti hipertensi, dislipidemia (Meloh, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jellinger (2015), orang dengan diabetes tipe 2 memiliki peningkatan resiko disfungsi kognitif dan demensia, pada penderita diabetes dengan hipoglikemia sebelum memiliki peningkatan resiko demensia secara signifikan dengan tingkat prevalensi

5 bervariasi 6-39%. Resiko relatif alzheimer dan diabates tipe 2 berkisar dari tidak ada menjadi lebih beresiko menjadi dua kali lipat karena variasi dalam definisi alzheimer dan diabetes tipe 2. Penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan ini merupakan alasan tersering yang menyebabkan lansia menjadi ketergantungan dengan orang lain dalam merawat diri sendiri (Mongisidi, 2013). Sehingga lansia dengan penurunan fungsi kognitif diperlukan dukungan keluarga untuk merawat lansia lebih intensif. Instrumen untuk mengkaji atau alat bantu untuk pengukuran gangguan fungsi kognitif dipergunakan skor Mini Mental State Examination (MMSE). Mini Mental State Examination adalah salah satu tes yang sering digunakan dalam pengobatan klinis untuk menilai fungsi kognitif subyek secara keseluruhan, secara signifikan terhadap memori dan perhatian. Status kognitif pada orang dewasa yang lebih tua dapat mengidentifikasi perubahan awal dalam status fisiologis, kemampuan untuk belajar dan mengevaluasi respon subyek terhadap pengobatan juga menilai kemampuan fungsi kognitif yang berhubungan dengan aktivitas sehari hari (Meloh, 2013). Akibatnya lansia mengalami perubahan baik secara fisik, mental, emosional yang memerlukan dukungan keluarga. Dukungan keluarga dibutuhkan untuk membantu lansia mengatasi masalah dan dapat menikmati kehidupan masa tua yang bahagia. Dukungan tersebut juga bertujuan untuk membantu lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari secara teratur dan tidak berlebihan (Romadlani, 2013).

6 Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2017 didapatkan data kunjungan lansia penderita diabetes mellitus di Puskesmas Purwosari sebanyak 145 lansia berjenis laki-laki dan 291 wanita dalam periode 2016 dengan total responden 102 lansia. Dari hasil yang dilakukan peneliti melakukan wawancara kepada 7 orang responden didapatkan 5 dari 7 responden mengatakan bahwa keluarga kadang tidak mengantar dan membiayai pengobatan, serta tidak mengatur pola makan keluarga yang DM atau dengan kata lain tidak mendapatkan dukungan keluarga, 2 lainnya mendapatkan dukungan keluarga dimana keluarga selalu mengingatkan untuk mengatur pola makan, berolahraga, dan menyarankan untuk rutin mengatur gula darah. Sedangkan untuk fungsi kognitif dari 7 reponden 4 diantaranya mengalami penurunan fungsi kognitif dimana tidak dapat merangkai kata dan melakukan perintah, dan 3 lainnya fungsi kognitifnya bagus dimana masih dapat melakukan perintah dan meniru gambar. Dari hasil uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara dukungan keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia diabetes mellitus. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia diabetes mellitus?

7 C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum: Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia diabetes mellitus. 2. Tujuan khusus: a. Mengidentifikasi dukungan keluarga lansia diabetes mellitus. b. Mengidentifikasi fungsi kognitif lansia diabetes mellitus. c. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia diabetes mellitus. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia diabetes mellitus. 2. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan menjadi sumber bahan masukan keilmuan, agar dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan terutama pada lansia. 3. Bagi Peneliti Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian fungsi kognitif lansia berikutnya.

8 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian tentang Hubungan pendidikan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar oleh Anis Prabowo, Weni Hastuti tahun 2015. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar pada tanggal 6-13 Juni 2014. Populasi penelitian adalah seluruh penderita diabetes mellitus di Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar tahun 2014 sebanyak 64 orang. Penelitian menggunakan teknik total sampling karena semua anggota populasi menjadi sampel. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan chi square untuk taraf kepercayaan 95% dengan hasil varibel pendidikan x2hitung sebesar 19,911 (p (0.00 < 0.05) dan variebel dukungan keluarga x2hitung sebesar 19,581 (p (0.00 < 0.05). Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel terikat, tempat penelitian, teknik pengambilan sampel dan jumlah sampel.

9 2. Penelitian tentang Associate between family support with self-care behavior of patients with diabetes mellitus type 2. (studies in work area of public health Jelakombo in Jombang regency) oleh Ummi Fajarul Aini, Ahmad Rifa i, Anin Wijayanti tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkah laku pasien diabetes mellitus tipe 2. Sedangkan desain penelitian ini adalah analytical cross sectional correlation dengan populasi 236 responden dan menggunakan teknik sampling the probability sampling dengan random sampling approach dan sampel sebanyak 99 orang. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menggunakan SPSS pada ρ tingkat kesalahan 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh ρ = 0,012 dan r = 0,252 maka H1 diterima. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkah laku pasien diabetes mellitus tipe 2. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel terikat, tempat penelitian, teknik pengambilan sampel dan jumlah sampel. 3. Penelitian tentang Hubungan Antara Tingkat Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada Usila di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur yang dilakukan oleh Milfa Sari Muzamil, Afriwardi, Rose Dinda Martini pada tahun 2014. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif pada usila. Jenis penelitian ini adalah studi cross sectional dengan metode non probability sampling. Populasi penelitian adalah usila 60 tahun yang

10 berada di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Total sampel seramai 51 orang dengan 13 laki-laki dan 38 perempuan. Tingkat aktivitas fisik dinilai menggunakan General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ) dan fungsi kognitif dinilai menggunaan Mini Mental State Examination (MMSE). Persentase usila dengan fungsi kognitif yang normal sebanyak 82.4% dan yang mengalami penurunan 17.6%. Hasil bivariat didapatkan ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif dimana nilai p = 0.044 (p < 0.05). Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif usila di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel bebas, tempat penelitian, teknik pengambilan sampel dan jumlah sampel.