BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis wacana kritis dari teori Teun A. Van Dijk terhadap tayangan program paket berita jurnal parlemen pada episode tanggal 9 Oktober 2013, dimana dalam paket berita tersebut terdapat tiga judul berita yang peneliti analisis, adapun judul berita tersebut yaitu sistem pengawasan eksternal Mahkamah Konstitusi, gula rafinasi beredar kepasar konsumsi dan peran RRI dalam PEMILU 2014. sehingga dari keseluruhan penelitian dari awal hingga akhir, maka penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut: Dalam episode 9 Oktober 2013 yang ditayangkan di TVRI pada program jurnal parlemen, ini terlihat bahwa adanya ideologi politik dari pemilik TV Parlemen yaitu anggota DPR RI. Ideologi politik dari anggota DPR adalah ingin membuat persepsi masyarakat tentang anggota DPR itu tidak selalu terlibat dengan masalah hukum seperti kasus korupsi, skandal seks dll, selanjutnya ingin menciptakan citra positif anggota DPR RI menjelang PEMILU 2014 melalui pemberitaan TV Parlemen dengan program berita jurnal parlemen. Hal ini terlihat dari bagaimana media tersebut menyiarkan berita tentang sistem pengawasan eksternal Mahkamah Konstitusi dalam berita tersebut narasi yang digunakan hanya berisi statement-statement dari anggota DPR saja yang lebih menyudutkan pihak Mahkamah Konstitusi sehingga membuat kondisi semakin keruh. Kalau 140
dilihat dari unsur cover both side berita hal ini sangat melanggar aturan P3SPS yang berbunyi Lembaga penyiaran wajib menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik, antara lain: akurat, berimbang, adil, tidak beritikad buruk, tidak menghasut dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, lalu Lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran. Selanjutnya dalam pasal 36 ayat 4 undang-undang No 22 tahun 2002 tentang penyiaran yang berbunyi isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Hal ini diperkuat dari statement pemimpin redaksi TV Parlemen bapak Syahroni yang penulis wawancarai ia mengatakan, Bahwa masih ada kelemahan dari sisi tim reporter dan karena ada kendala teknis dilapangan, Lalu TV Parlemen yang dibiayai oleh uang rakyat ini cenderung mendukung anggota DPR ini dapat terlihat dari narasi yang ada dalam berita jurnal parlemen pada episode tanggal 6 Oktober 2013 ini menggunakan kata-kata yang mengandung makna tertentu yang mendukung anggota DPR RI dan selalu menyudutkan atau bahkan menjatuhkan pihak lain contohnya seperti dalam berita yang berjudul sistem pengawasan eksternal Mahkamah Konstitusi, didalam berita tersebut yang seharusnya memberi solusi tetapi justru menjurus kepada ajang untuk pencitraan bagi anggota DPR RI dimana dalam berita tersebut hanya mencantumkan statement dari pihak anggota DPR RI saja, jika TV Parlemen berniat untuk memberikan jalan keluar terhadap kasus yang sedang menimpa Mahkamah Konstitusi sebaiknya dalam berita tersebut dicantumkan juga statement dari beberapa pakar hukum agar berita yang disajikan mengandung unsur cover both side berita. 141
Selanjutnya dalam berita yang berjudul gula rafinasi beredar dipasar konsumsi, tidak jauh berbeda dengan berita sebelumnya, TV Parlemen hanya mencantumkan statement dari pihak anggota DPR RI saja, dalam berita ini tidak terdapat klarifikasi dari pihak Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Dirjen Industri Agro, Deputi Pelayanan Penanaman Modal atau pabrik gula rafinasi yang pada saat itu hadir dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi 6 DPR RI mengenai mengapa gula rafinasi sampai dapat beredar dipasar konsumsi. TV Parlemen justru hanya mewawancarai anggota Komisi 6 saja dan memakai statement - statement yang dikeluarkan oleh anggota Komisi 6 tersebut. Sehingga berita yang disajikan tidak ada unsur cover both side, hal ini sangat bertentangan dengan aturan yang terdapat dalam P3SPS 2012 dan undang-undang penyiran. Selanjutnya dalam episode tentang gula rafinasi beredar dipasar konsumsi ini tidak ditampilkan visualisasi gula rafinasi yang diperjual belikan dipasar konsumsi tetapi justru yang ditampilkan hanya rapat dengar pendapat antara Komisi 6 dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Dirjen Industri Agro, Deputi Pelayanan Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal, ketua AGRI (asosiasi gula rafinasi indonesia) dan beberapa pabrik gula rafinasi. Selain itu narasi yang dipakai dalam berita ini cenderung menyudutkan pihak pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Dirjen Industri Agro, Deputi Pelayanan Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal. Menurut pemimpin redaksi TV Parlemen bapak Syahroni yang peneliti wawancarai beberapa waktu lalu mengatakan, Hal tersebut lebih terkendala dari teknis dilapangan 142
karena terbatas sumber daya dan peralatan, sehingga tidak bisa mengejar stock shot atau footage-footage diluar. Selanjutnya dalam berita yang berjudul Peran RRI Dalam Pelaksanaan PEMILU 2014. Berita yang di produksi TV Parlemen ini setali tiga uang dengan berita sebelumnya yaitu hanya menggunakan statement statement dari anggota DPR RI yang diwawancarai dan tidak ada klarifikasi dari pihak RRI mengenai peran mereka dalam pelaksanaan PEMILU 2014 nanti sehingga unsur cover both side dalam berita ini menjadi hilang. Hal ini bertentangan dengan aturan yang terdapat P3SPS dan undang-undang tentang penyiaran. Menurut pemimpin redaksi TV Parlemen bapak Syahroni, Hal itu karena TV Parlemen dibawah Biro Humas dan Pemberitaan, nah Biro Humas dan Pemberitaan kan membidangi Kehumasan DPR, jadi yang diberitakan kinerja DPR yang lebih diutamakan bukan kinerja pemerintah. Karena TV Parlemen bukan corong pemerintah. 5.2 Saran Setelah melakukan penelitian ada beberapa hal yang ingin peneliti sampaikan sebagai saran dan masukan pada program Jurnal Parlemen yang tayang di TVRI sebagai berikut : 1. Sebagai TV komunitas, TV Parlemen jika ingin memuat berita-berita mengenai kinerja positif anggota Dewan sebaiknya di tayangkan hanya dalam lingkungan DPR RI saja, karena jika berita yang ditayangkan di TVRI harus mengikuti aturan yang telah ada seperti P3SPS, UU No 22 143
tahun 2002 tentang Penyiaran dll. Karena TVRI adalah lembaga penyiaran publik yang daya jangkauan siarannya sangat luas. Jika menampilkan berita tentang hal-hal positif mengenai anggota dewan dirasa kurang tepat program jurnal parlemen di tayangkan di TVRI. 2. Pimpinan TV Parlemen, sebaiknya menindak tegas kepada para reporter yang melakukan kesalahan seperti tidak membuat cover both side berita, agar kejadian seperti yang ada dalam episode ini tidak terulangi kembali. 3. Seorang jurnalis atau wartawan harus menunjukan jati dirinya sebagai jurnalis yang memiliki tujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat yang sebenarnya, cover both side, adil dan tidak memihak kepada suatu pihak. 4. Jangan menganggap remeh aturan yang berlaku seperti UU Penyiaran dan P3SPS. Karena berita yang dibuat sebaiknya tidak ada unsur kepentingan suatu golongan saja. 5. Karena TV Parlemen dibiayai oleh APBN yang sumbernya dari uang rakyat, maka TV Parlemen tidak digunakan untuk kepentingan anggota DPR saja. 6. Yang harus diketahui, gelombang frekuensi radio yang digunakan adalah kepunyaan publik yang telah diatur penggunaannya dalam UU Penyiaran dan P3SPS, sehingga jangan menyimpang dalam menggunakannya. 144