IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Universitas Sumatera Utara

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

WALIKOTA PROBOLINGGO

Lingkungan Permukiman

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB III METODE PENELITIAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. masa Hindia Belanda) yang pekerjanya sebagai pembantu pada keluarga-keluarga

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR)

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50)

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

Transkripsi:

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil kajian tahun 2010 Buku Putih Kota Depok tentang Sanitasi bahwa terdapat lokasi kawasan kumuh yang tersebar di 20 kelurahan berada di wilayah padat yang telah lebih dulu berkembang, dan sebagian lainnya di wilayah yang tidak begitu padat namun relatif rendah ketersediaan sarana dan prasarananya. Kawasan kumuh tersebut melihat kami permukiman padat yang sudah berkembang dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Tujuan adalah Mengidentifikasi kondisi eksisting permukiman di RW 13 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas di Kota Depok kriteria Permukiman Kumuh. Buku Putih tentang sanitasi Kota Depok dalam Kawasan Kumuh terdapat di RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 yang terkait dalam penelitian ini. Analisa yang digunakan dalam penelitan ini menggunakan analisa kuantitatif dan analisa kualintatif. Hasil penelitian antara lain adalah kondisi eksiting kawasan permukiman kumuh sangat kurang layak huni dari itu muncul permasalahan di kawasan permukiman kumuh di pinggiran setu dan sepanjang rel kereta api, terdapat bangunan semi permanen dan tidak permanen sebagai tempat tinggal dengan status kepemilikan lahan milik negara dan hak guna bangunan, keadaan sarana dan prasana terbatas, sanitasi yang kurang memadai, kepadatan penduduk yang semakin berkembang dan sekaligus menambah jumlah penduduk yang semakin tinggi serta tingkat pendidikan yang rendah. Kata kunci : Permukiman, Kumuh, Kepadatan Bangunan, Kepadatan, Kepemilikan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kota di Indonesia yang umumnya berkembang pesat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan dengan penyediaan layanan primer maupun sekunder, telah mengundang penduduk dari daerah lain mapun pedesaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di pusat-pusat kegiatan. Perpindahan pusat-pusat kegiatan ini mengakibatkan halhal sebagai berikut : 1. Terjadinya pertambahan penduduk yang lebih pesat di banding kemampuan pemerintah dalam menyediakan hunian serta layanan primer lainnya. 2. Tumbuhnya kawasan permukiman yang kurang layak huni, bahkan yang terjadi pada berbagai kota cenderung berkembang menjadi kumuh dan tidak sesuai lagi dengan standar lingkungan permukiman yang sehat. 3. Di kota-kota yang menunjukan tingkat dominasi yang tinggi, penguasaan lahan oleh sekelompok penduduk secara tidak legal juga cukup tinggi. Lahan berkembang cepat menjadi hunian sementara yang kumuh dan seringkali bukan pada peruntukan permukiman dalam Rencana Umum Tata Ruang. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan permukiman. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis dan non teknis. Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standard yang berlaku, baik standard kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka hijau, serta Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 1

kelengkapan fasilitas lainnya. Kota Depok telah memiliki data lokasi kawasan kumuh hasil kajian rencana induk penataan kawasan kumuh tahun 2010. Dari teridentifikasi kawasan kumuh yang tersebar di 20 kelurahan. Sebagian kawasan tersebut berada di wilayah padat yang telah lebih dulu berkembang, sedangkan sebagian lainnya di wilayah yang tidak begitu padat namun relatif rendah ketersediaan sarana dan prasarananya. Menurut isu yang berkembang di Kelurahan Depok permasalahan Infrastruktur jalan masih semi permanen, belum adanya tempat pembuangan sampah di perkarangan rumah/ titik lapangan kebiasaan, saluran drainase masih belum tertata dengan baik, kurang tersedianya MCK, mayoritas rumah semi permanen, mayoritas masyarakat menggunakan air tanah. Dari data potensi desa 2008 di wilayah ini terdapat satu lokasi kawasan kumuh dengan 40 kepala keluarga miskin dan 55 bangunan non permanen. lokasi kawasan RW 13 bagi menjadi RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 Tingginya kepadatan penduduk tersebut dapat menjadi pendorong munculnya permukiman kumuh di Kelurahan Depok dan berujung pada kebutuhan akan hunian yang tinggi dan layak huni, yang kemudian dalam penelitian ini dikhususkan di RW 13 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: Identifikasi kondisi eksisting Permukiman kumuh terdapat di RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 di RW 13 Kelurahan Depok kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Berdasarkan Kriteia Buku Putih Kota Depok tentang Sanitasi. 2. LANDASAN TEORI Sadana S. Agus, (2014), Kampung kota merupakan suatu bentuk permukiman wilayah kota dengan ciri-ciri sebagai berikut : - Penduduknya masih membawa sifat dan perilaku kehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat. - Kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan. - Kerapatan bangunan dan penduduk tinggi - Sarana pelayanan dasar serba kurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangan sampah dan lainnya. Hutapea (2012) mendefinisikan permukiman kumuh dengan indikator : - Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha), - Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah, - Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya di bawah standar, - Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan, - Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur perundang undangan yang berlaku. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah yang berisi tentang wilayah studi dari penelitian yang akan dilakukan, sedangkan ruang lingkup materi merupakan penjelasan mengenai batas dari aspek kajian-kajian dalam penelitian ini. Di RW 13 Kelurahan Depok memiliki luas wilayah 13.48 ha. Lingkup wilayah yang terletak di RW 13 memiliki batas wilayah secara administratif lokasi studi memiliki batas administrasi sebagai berikut : Utara: berbatasan dengan RW 20 Kelurahan Depok, Selatan : berbatasan dengan RW 14 Kelurahan Depok Jaya, Timur :berbatasan dengan RW 14 Kelurahan Depok, Barat :berbatasan dengan RW 11 Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 2

3.4. Metode Analisis Metode Deskriptif merupakan metode untuk mendukung proses pengerjaan penulisan lebih terarah dengan pembahasan meliputi kondisi eksisting, pendapat masyarakat, jenis bangunan, sarana dan prasarana,status kepemilikan lahan. Gambar 1 : Peta Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Gambar 2 : Peta RW 13 Kelurahan Depok Wilayah Studi 3.2. Lingkup Materi Lingkup materi penelitian meliputi mengidentifikasi kekumuhan suatu kawasan permukiman menggunakan kriteria dari beberapa ahli yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dan peneliti memilih dengan mempertimbangkan dengan kondisi bangunan di wilayah studi. 3.3. Metode Pengumpula Data Metode Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder berdasarkan kuisioner dan wawancara masyarakat dan kebijakankebijakan mengenai penataan kawasan Permukiman Kumuh di RW 13 Kelurahan Depok, khususnya pada wilayah studi. 1. Data Primer Data primer didapatkan melalui metode observasi lapangan dan pengambilan sampel malalui kuisioner kepada masyarakat. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dengan berbagai referensi dan survey instansi untuk mendapatkan data peraturan dan pedoman pelaksanaan instansi terkait dengan ruang lingkup penelitian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Sanitasi dan Pasokan Air Bersih di RW 13 A. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 03 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 03 kondisinya sangat layak tiap rumah sedangkan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang kondisi kurang layak. Pasokan air bersih rumah pribadi mengunakan PDAM dan rumah kontrakan menggunakan baik air. Hasil wawancara di RT 03 bahwa sanitasi rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri layak sedangkan yang rumah kontrakan memiliki sanitasi bersama dipakai per kepala keluarga dengan kondisi kurang layak. Pasokan air bersih di RT 03 di tiap rumah memiliki PDAM sedangkan masyarakat tinggal di kontrakan memiliki pasokan air bersih menggunakan sumur air tanah. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut : Gambar 3 (1): Sanitasi Kontrakan (2): Air PDAM B. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 04 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 04 kondisi sangat layak di tiap rumah sedangkan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum kondisi kurang layak. Pasokan air bersih yang mengunakan sumur air pompa di rumah pribadi. Hasil wawancara kondisi di RT 04 bahwa sanitasi rumah pribadi mempunyai sanitasi sendiri sedangkan yang rumah kontrakan memiliki sanitasi umum kondisi kurang layak. Pasokan air bersih di RT 04 hasil Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 3

wawancara bahwa di rumah pribadi memiliki pasokan air bersih di tiap rumahnya menggunakan sumur air pompa sedangkan rumah kontrakan menggunakan sumur air tanah. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut : keluarga. Pasokan air bersih di RT 08 rata rata mengunakan air sumur pompa yang di bak penampungan air digunakan di tiap rumah kontrakan untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut: Gambar 4 (1): Sanitasi Kontrakan (2): Sumur Air Tanah C. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 05 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 05 kondisi layak di tiap rumah memiliki sanitasi sendiri sedangkan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum digunakan bersama. Pasokan air yang rumah pribadi mengunakan air PDAM sedangkan rumah kontrakan menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 05 bahwa sanitasi di tiap rumah mempunyai sanitasi pribadi dan rumah kontrakan menggunakan sanitasi bersama dan masyarakat membuat sanitasi alami. Pasokan air bersih menggunakan air tanah menggunakan bak penampungan yang tinggal di kontrakan dan ada juga yang menggunakan PDAM di tiap rumah pribadi. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut: Gambar 6 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa E. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 10 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 10 sangat layak tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang. Pasokan air bersih rumah pribadi yang mengunakan sumur pompa air. Hasil wawancara kondisi di RT 10 bahwa sanitasi di rumah pribadi mempunyai sanitasi sendiri dan rumah kontrakan menggunakan sanitasi umum. Pasokan air bersih di mengunakan air sumur pompa digunakan di tiap rumah, rumah kontrakan menggunakan sumur pompa. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut: Gambar 5 (1): Sanitasi alami pinggiran setu (2): Air bersih menggunakan sumur pompa D. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 08 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 08 kondisi sangat layak tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum kondisinya sangat tidak layak. Pasokan air bersih rata - rata ada yang yang mengunakan air pribadi menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 08 bahwa sanitasi di tempat tinggalnya mempunyai sanitasi sendiri dan ada juga sanitasi umum gabung dengan per kepala Gambar 7 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa F. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 11 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 11 kondisi sanitasi sangat bagus tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan ada juga rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang. Pasokan air bersih rata - rata ada yang yang mengunakan air pribadi menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 11 bahwa sanitasi di tempat tinggalnya mempunyai Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 4

sanitasi sendiri dan ada juga sanitasi umum gabung dengan per kepala keluarga, sanitasi ada di luar kontrakan. Pasokan air bersih di RT 11 rata rata mengunakan air sumur pompa yang di bak penampungan air digunakan di tiap rumah kontrakan untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut: Gambar 8 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa G. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 13 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 13 kondisi sanitasi sangat bagus tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan ada juga rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang. Pasokan air bersih rata - rata ada yang yang mengunakan air pribadi menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 13 bahwa sanitasi di tempat tinggalnya mempunyai sanitasi sendiri dan ada juga sanitasi umum gabung dengan per kepala keluarga, sanitasi ada di luar kontrakan. Pasokan air bersih di RT 13 rata rata mengunakan air sumur pompa yang di bak penampungan air digunakan di tiap rumah kontrakan untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut : A. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 03 Kondisi eksisting kualitas rumah semi permanen yang terdapat di RT 03 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 03 tidak ada rumah semi permanen tetapi kondisi disana rumahnya sangat rapat jarak antar rumah jaraknya satu meter dengan rumah lainnya. Hasil wawancara kondisi di RT 03 bahwa kondisi rumah semi permanen tidak ada di tempat tinggalnya tetapi kondisi lainnya. Untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui kualitas rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut: Gambar 10 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah pribadi B. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 04 Kondisi eksisting kualitas rumah semi permanen yang terdapat di RT 04 kondisi rumah semi permanen yang ada rumah di RT 04 rumah terbuat dari kayu dan beton rumahnya sangat rapat jarak antar rumah jaraknya satu meter dengan rumah lainnya hanya kondisi kurang layak huni. Hasil wawancara kondisi di RT 04 bahwa kondisi rumah semi permanen kualitas rumah tidak layak. Untuk mengetahui kualitas rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut: Gambar 9 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa 4.2 Kondisi Kondisi Kualitas Rumah Semi Permanen di RW 13 Gambar 11 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah pribadi B. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 05 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 05 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 05 rumah semi permanen tetapi kondisi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 5

lainnya. Kondisi rumah di RT 05 rumah terbuat dari kayu dan beton hanya kondisi. Hasil wawancara kondisi di RT 05 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 12 sebagai berikut: Gambar 12 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan C. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 08 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 08 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 08 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya. Kondisi rumah di RT 08 rumah terbuat dari kayu dan beton. Hasil wawancara kondisi di RT 08 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas.. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 13 sebagai berikut: (1) (2) Gambar 13 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan D. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 10 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 10 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 10 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya, Kondisi rumah di RT 10 rumah terbuat dari kayu dan beton. Hasil wawancara kondisi di RT 10 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas. Kondisi lingkungan di RT 10 tempat tinggalnya kondisi tidak bersih di sekitar rumahnya sehingga masyarakat hidup tidak sehat karena masih membuang sampah di sekitar rumahnya dengan cara di bakar. Lokasi di RT 10 terletak dekat tower telepon dekat dengan sepanjang rel kereta api. Salah satu faktor sistem drainase tidak lancar dapat menimbulkan banjir tidak ada bantuan dari pemerintah untuk perbaikan di sekitar sepanjang rel kereta api baik rumah warga maupun saluran drainase. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut: Gambar 14 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan E. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 11 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 11 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 11 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya. Kondisi rumah di RT 11 rumah terbuat dari kayu dan beton. Hasil wawancara kondisi di RT 11 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 16 sebagai berikut: Gambar 16 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan F. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 13 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 13 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 13 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya. Kondisi rumah di RT 13 rumah terbuat dari kayu dan beton hanya kondisi kurang layak huni. Hasil wawancara kondisi di RT 13 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 6

kerumah sehingga di dalam rumah panas. Lokasi di RT 13 yang terletak dekat dengan sepanjang rel kereta api. Salah satu faktor tidak ada bantuan dari pemerintah untuk perbaikan di sekitar sepanjang rel kereta api baik rumah warga. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18 peta sebaran jenis bangunan sebagai berikut: Gambar 17 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan B. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 04 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 04 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor dan ada juga jalannya berupa jalan tanah yang lokasinya dengan setu. Hasil wawancara kondisi di RT 04 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan ada juga jalannya masih tanah disekitar setu kalo hujan banjir sekitar setu masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk.. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 19 sebagai berikut : 4.3 Kondisi Eksisting Kondisi jalan di RW 13 A. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 03 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 03 jarak antar rumah jaraknya satu meter dengan rumah lainnya. Kondisi jalannya beton hanya bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor. Hasil wawancara kondisi di RT 03 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya mempunyai jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian. Kondisi kesehatan di RT 03 hasil wawancara bahwa di tempat tinggalnya kondisi sangat bersih di sekitar rumahnya sehingga masyarakat hidup sehat pola sirkulasi udara sangat bagus dan cahaya matahari masuk kerumah dan tidak ada sampah di sekitar tempat tinggal. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 18 sebagai berikut: Gambar 19 (1): kondisi jalan di gang H. Ita1 (2): kondisi jalan di RT 03 C. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 05 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 05 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor dan ada juga jalannya berupa jalan tanah yang lokasinya dengan setu. Hasil wawancara kondisi di RT 05 bahwa Kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan ada juga jalannya masih tanah disekitar setu kalo hujan banjir sekitar setu masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 20 sebagai berikut : (1) (2) Gambar 18 (1): kondisi jalan di gang H. Ita1 (2): kondisi jalan di RT 03 Gambar 20 (1): kondisi jalan di gang melati 6 (2): kondisi jalan di gang masjid 3 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 7

D. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 08 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 08 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor yang lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Kondisi kesehatan yang ada sangat kurang sadar agar kesehatan karena masih membuang sampah sembarang dengan cara di bakar lokasinya sepanjang rel kereta api di sekitar rumahnya. Hasil wawancara kondisi di RT 08 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian.untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 21 sebagai berikut: F. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 11 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 11 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor dan ada juga jalannya berupa jalan tanah yang lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Hasil wawancara kondisi di RT 11 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan ada juga jalannya masih tanah disekitar sepanjang rel kereta api kalo hujan banjir sekitar sepanjang rel kereta api masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 23 sebagai berikut : (1) (2) Gambar 21 (1): kondisi jalan di gang melati 6 (2): kondisi jalan di gang masjid 3 E. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 10 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 10 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor yang lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Hasil wawancara kondisi di RT 10 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan kalo hujan banjir sekitar masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk. Lokasi di RT 10 terletak dekat tower telepon dekat dengan sepanjang rel kereta api. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 22 sebagai berikut : (1) (2) Gambar 22 (1): kondisi jalan di gang mawar 1 (2): kondisi jalan di gang mawar 2 (1) (2) Gambar 23 (1): kondisi jalan di gang mawar 2 (2): kondisi jalan kampung lio 3 G. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 13 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 13 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Hasil wawancara kondisi di RT 13 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian sepanjang rel kereta api. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 24 sebagai berikut : Gambar 24 (1): kondisi jalan di gang mawar 2 (2): kondisi jalan gang mawar 5 4.4 Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana di RW 13 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 8

A. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 03 Kondisi eksisting terdapat di RT 03 yang memiliki sarana air bersih yang terdapat rumah petak di gunakan sehari hari untuk mandi cuci kaskus dan kondisi jalan beton hanya bisa dilalui oleh roda empat dan roda dua. Kondisi saluran drainase sangat tertata rapih tidak banjir sehingga masyarakat nyaman dengan kondisi yang ada. Hasil wawancara di RT 03 bahwa sarana dan prasarana sarana dan prasarana yang ada sangat cukup dapat dinikmati oleh warga sudah terlayani oleh RT yang di berikan bantuan kepada pemerintah seperti bantuan gerobak sampah, perbaikan saluran drainase, sarana air bersih yang bisa digunakan warga sekitar ada manfaat bisa digunakan sebaik baiknya. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 25 sebagai berikut : Gambar 25 (1): air bersih sumur pompa di bak penampungan air (2): kondisi jalan gang H. Ita 2 B. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 04 Kondisi eksisting terdapat di RT 04 yang memiliki sarana dan prasarana. Sarana pendidikan berupa Sekolah Dasar yang digunakan masyarakat untuk sehari hari, sarana peribadatan biasa digunakan masyarakat beribadah setiap hari. Hasil wawancara di RT 04 bahwa sarana dan prasarana sarana dan prasarana yang ada belum dapat dinikmati oleh warga karena tidak dapat bantuan kepada pemerintah seperti bantuan gerobak sampah, perbaikan saluran drainase, sarana air bersih. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dapat dilihat pada Gambar 26 sebagai berikut : C. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 05 Kondisi eksisting terdapat di RT 05 yang memiliki sarana dan prasarana. Sarana persampahan kondisi persampahan sangat buruk sehingga keluar jalan, Tempat Pembuangan Sampah keliling yang mau membuang sampah sehari-hari, kondisi jalan sempit hanya bisa dilalui roda dua Hanya jarak satu meter dekat rumah tetangga. Hasil wawancara di RT 05 bahwa sarana dan prasarana sarana dan prasarana yang ada belum dapat dinikmati oleh warga karena tidak dapat bantuan kepada pemerintah seperti bantuan perbaikan saluran drainase, sarana air bersih. Disebabkan pemerintah kurang menyediakan fasilitas yang masyarakat ada yang mendapatkan bantuan dari pemerintah dan ada yang tidak mendapatkan bantuan pemerintah karena tidak merata memberikan fasilitas yang ada. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 27 sebagai berikut : Gambar 27 (1): sarana persampahan (2): sarana TPS keliling D. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 08 Kondisi eksisting terdapat di RT 08 yang memiliki sarana dan prasarana. Kondisi prasarana jalan bisa dilalui oleh roda dua dan roda empat kondisi jalan beton dan tidak ada saluran drainase, kondisi MCK yang buruk karena rusak sehinga tidak bisa di pakai satu kamar mandi. Hasil wawancara masyarakat di RT 08 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 28 sebagai berikut: Gambar 26 (1): SDN 1 lio (2): sarana peribadatan Gambar 28 (1): Prasarana jalan (2): sarana MCK Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 9

E. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 10 Kondisi eksisting terdapat di RT 10 yang memiliki sarana dan prasarana. Kondisi prasarana jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua jarak 1 meter dari rumah tetangga kondisi jalan menggunakan beton, sarana air bersih yang biasa digunakan masyarakat sehari hari untuk mandi dan mencuci sangat mencukupi untuk menggunakan air bersih. Hasil wawancara masyarakat di RT 10 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 29 sebagai berikut : Gambar 29 (1): Prasarana jalan (2): sarana air bersih F. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 11 Kondisi eksisting terdapat di RT 11 yang memiliki sarana dan prasarana. Sarana persampahan berupa TPS Keliling masyarakat bisa membuang sampah di gerobak sampah, kondisi prasarana jalan bisa dilalui roda dua sempit jarak 1 meter dari rumah tetangga kondisi jalan menggunakan beton. kondisi drainase tidak dapat teraliri karena saluran mampet akibat membuang sampah sembarangan sehingga menimbulkan banjir. Hasil wawancara masyarakat di RT 11 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 30 sebagai berikut: Gambar 30 (1): Prasarana jalan (2): Kondisi drainase G. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 13 Secara Kondisi eksisting terdapat di RT 13 yang memiliki sarana dan prasarana. sarana air bersih yang biasa digunakan masyarakat sehari hari untuk mandi dan mencuci air bersih di RT 13 sangat mencukupi, kondisi prasarana jalan yang bisa dilalui oleh roda dua jalannya jarak antar rumah tetangga 1 meter kondisi jalan menggunakan beton, kondisi jalan besar yang terdapat di RT 13 sepanjang rel kereta api yang menghubungkan stasiun depok. Hasil wawancara masyarakat di RT 11 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 31 dan Gambar 32 peta sebaran sarana dan prasarana sebagai berikut: Gambar 31 (1): sarana air bersih (2): prasarana jalan besar sepanjang rel kereta api 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi eksisting di RW 13 Kelurahan Depok dapat dikatakan kawasan kumuh yaitu kawasan sepanjang rel kereta api dan setu dengan menggunakan kriteria tentang sanitasi sebagai berikut : a. Kondisi sanitasi dan pasokan air bersih - Sanitasi yang pribadi kondisi sangat layak sedangkan sanitasi umum kondisi kurang terawat ada juga sanitasi alami yang langsung buang ke setu, pasokan air bersih Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 10

yang rumah pribadi ada yang menggunakan air PDAM terdapat di RT 03, 05, 13 dan ada yang menggunakan sumur pompa air di bak penampungan air terdapat di RT 04, 08, 10, 11. b. Kualitas rumah semi permanen - Kualitas rumah kondisi rumah terbuat dari kayu dan beton rumahnya usia sampai 5 tahun tidak tahan lama rata rata rumah kontrakan karena masyarakat yang berpenghasilan rendah mengontrak tanahnya milik pemerintah. sedangkan Kualitas rumah pribadi kondisi sangat layak dibandingkan rumah semi permanen yang kondisi sangat tidak layak. c. Kondisi jalan - Kondisi jalan di tiap RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 jarak antar rumah cuma satu meter dari rumah tetangga tidak bisa dilalui kendaraan roda empat sedangkan Kondisi Jalannya ada dari beton dan ada yang tanah sehingga hujan tanah cepat rusak sering di lewati, tidak ada perbaikan kondisi jalannya d. Kondisi Sarana dan Prasarana - Prasarana drainase sudah tertata ketika hujan tidak menyebabkan banjir yang terdapat di RT 03 dan RT 11, sedangkan di RT 04, 05, 08, 10 dan 13 kondisi drainase belum tertata sehingga dapat menimbulkan banjir ketika hujan, sedangkan Sarana persampahan ada yang teratur diangkut ke gerobak sampah ada yang tidak diangkut dengan cara membakar sampah. 5.2 Saran Saran dan rekomendasi dalam penelitian Identifikasi kawasan kumuh di RW 13 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok sebagai berikut: 1. Perlunya dilakukan perbaikan sarana dan prasarana supaya masyarakatnya mendapatkan fasilitas yang bagus di tiap RT 03, 04, 05, 08, 10, dan 13. 2. Adanya penataan kualitas rumah semi permanen supaya masyarakat mendapatkan rumah yang layak bagi masyarakat yang kurang layak di tiap RT 04, 05, 08, 10, dan 13. 3. Peningkatan kualitas sanitasi dan pasokan air bersih di RT 03, 04, 05, 08, 10, dan 13 di RW 13 Kelurahan Depok supaya masyarakat bisa digunakan sebaik- baiknya. 4. Perlu adanya perbaikan kondisi jalan lingkungan di di RT 03, 04, 05, 08, 10, 13 di RW 13 Kelurahan Depok dan peningkatan fasilitas persampahan supaya mendapatkan gerobak sampah yang belum terlayani dengan gerobak sampah. DAFTAR PUSTAKA Sadana, Agus S. 2014. Tipe Tipe Manusia, Penerbit Graha Ilmu Universitas Pancasila, Jakarta Hutapea,2012, Denifisi permukiman Kumuh, Penerbit Graha Ilmu Universitas Pancasila, Jakarta, Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsipprinsip dasar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Budiyono, 2008, Ciri Ciri permukiman Kumuh, Penerbit Graha Ilmu Unversitas Trisakti, Jakarta [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok, Laporan Kajian Pemerintah Daerah Kota Depok Buku Putih Tentang Santitasi Tahun 2010, Depok PENULIS : 1. Bagus Ahmad Zulfikar, S.T. Alumni (2016) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak. 2. Ir. Lilis Sri Mulyawati, M.Si. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak. 3. Dr. Ir. Umar Mansyur, MT. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 11