BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang kaya akan kebudayaan dimana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

Tidak tertarik melakukan Ritual Sembahyang Imlek

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. budaya Indonesia, namun tradisi-tradisi dari tanah asal masih tetap diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. sosial (social communication), proses komunikasi yang terjadi dalam komunikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

2017 TARI SAMBUT SEPINTU SEDULANGDI SANGGAR PESONA WANGKA KOTA SUNGAI LIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014, h. 18). Dengan kata lain, komunikasi merupakan proses sosial di mana setiap individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. West & Turner (2008, h. 6) menyatakan sifat dasar dari komunikasi adalah dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah. Mengacu pada pernyataan tersebut, sesungguhnya komunikasi akan bersifat lebih kompleks apabila digabungkan dengan unsur budaya, karena beberapa fakta dan simbol tertentu digunakan dan diartikan secara berbeda. Ritual sebagai salah satu bentuk komunikasi menggunakan banyak simbol dalam pelaksanaannya. Meskipun ritual kerap kali dikaitkan dengan aspek agama, Samovar (2014, h. 130) mengatakan ritual atau tindakan seremonial secara alamiah bukanlah agama, karena ritual berperan untuk membebaskan tekanan sosial dan menguatkan ikatan kolektif suatu kelompok. Pandangan Angrosino dalam Samovar (2014, h. 131) menyatakan bahwa perkawinan/pernikahan merupakan bentuk upacara pengalihan atau upacara sosial. Upacara pengalihan menandakan masa transisi anggota suatu 1

kelompok dari satu tahap hidup yang penting ke tahap berikutnya. Pernikahan merupakan salah satu masa transisi yang penting dalam berbagai budaya. Pernikahan sebagai salah satu bentuk komunikasi ritual bertujuan untuk menegaskan kembali komitmen anggota sebuah kelompok masyarakat kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka (Mulyana, 2008, h. 27). Dengan demikian, pelaksanaan ritual merupakan wujud pengakuan diri akan suatu budaya tertentu untuk menetapkan norma kehidupan secara jelas, sehingga terbebas dari adanya tekanan sosial. Kegiatan ritual justru akan menjalin hubungan dalam suatu kelompok karena ritual merupakan wujud perayaan peristiwa penting yang membutuhkan ikatan kolektif dalam suatu kelompok. Seperti yang telah dipaparkan, pernikahan sebagai salah satu bentuk komunikasi ritual merupakan sebuah masa transisi bagi masyarakat, yang tentunya dilalui dengan berbagai proses dengan menjunjung budaya yang dianut. Terlebih lagi jika melihat negara Indonesia yang memiliki 31 kelompok suku bangsa atau sekitar 1.340 suku bangsa menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010. Terkait dengan keberagaman suku bangsa di Indonesia, BPS juga menyatakan etnis Tionghoa sebagai salah satu masyarakat yang tinggal di Indonesia. Angka statistik BPS menyatakan bahwa penduduk etnis Tionghoa berjumlah 2.832.510 jiwa atau sebesar 1,2% dari jumlah penduduk Indonesia. Namun Sofyan Wanandi menaksir populasi warga Tionghoa hingga tahun 2014 2

dapat mencapai 10 juta jiwa. Populasinya diperkirakan jauh lebih besar dari angka BPS diperkirakan karena sejumlah orang tidak mengakui dirinya sebagai etnis Tionghoa. Meskipun demikian, saat ini masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia dapat menjalankan aktivitasnya secara lebih bebas. Sejak kedatangan para pengembara Tiongkok ke Indonesia 4000 tahun lalu, mereka menjadikan Sumatera sebagai jalur perhubungan kapal laut antara India dan Tiongkok. Sehingga banyak orang Tiongkok yang bermukim di Indonesia, hingga akhirnya sampai saat ini masyarakat Tionghoa menetap di sini, mengembangkan usaha, serta membangun rumah tangga. Meskipun keseharian mereka sering dihadapkan dengan kebudayaan lain, masyarakat Tionghoa masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan leluhur mereka yang berasal dari Tiongkok. Salah satu tradisi etnis Tionghoa yang masih sering dijumpai di Indonesia adalah perayaan Imlek atau Tahun Baru bagi orang Tionghoa. Kerap kali masyarakat etnis non Tionghoa juga turut serta merayakan dan berpartisipasi dalam perayaan Imlek. Tradisi lainnya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Tionghoa adalah upacara pernikahan. Sama halnya dengan pernikahan adat di Indonesia, pernikahan dengan tradisi etnis Tionghoa juga memiliki tiga periode proses pernikahan, yakni sebelum pernikahan, selama, dan sesudah pernikahan berlangsung. Apabila dalam adat Jawa terdapat upacara lamaran, pada etnis Tionghoa juga memiliki acara lamaran yang disebut sangjit. 3

Proses pernikahan etnis Tionghoa terdiri dari tiga tahapan, yakni prosesi sebelum pernikahan, selama pernikahan, dan setelah pesta pernikahan. Adapun proses yang dilakukan sebelum pernikahan terdiri dari prosesi lamaran, penentuan, sangjit, tunangan, penentuan waktu yang baik, pemasangan seprai, dan Upacara Liauw Tiaa (Pesta Bujang). Untuk prosesi di hari pernikahan melalui tahapan upacara sembahyang Ciao Tao, upacara pemberkatan, upacara Teh Pai, dan resepsi pernikahan. Sedangkan prosesi setelah pesta pernikahan adalah Upacara Cia Kiangsay dan Upacara Cia Ce em. Sebagai salah satu bentuk upacara adat, pernikahan adat perlu dilestarikan agar budaya setempat tetap terjaga dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Menurut data BPS terkait Statistik Sosial Budaya tahun 2012, jumlah rumah tangga yang pernah mengadakan upacara adat hanya 0,34%. Sedangkan rumah tangga yang pernah mengadakan dan menghadiri upacara adat sekitar 23,95%. Hal ini bisa saja disebabkan karena pengaruh modernisasi budaya luar atau dikenal dengan budaya barat. Berikut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) mengenai jumlah rumah tangga yang mengadakan upacara adat selama setahun terakhir. 4

Gambar 1.1 Presentase Rumah Tangga yang Mengadakan Upacara Adat Selama Setahun Terakhir (Sumber: www.bps.go.id Statistik Sosial Budaya 2012: Survei Sosial Ekonomi Nasional, hal. 86, pk 16.33) Jika dilihat berdasarkan data tersebut, jenis upacara adat yang paling banyak dilakukan adalah Mauludan (43,14%), dilanjutkan dengan kelahiran (29,52%), dan upacara adat terbanyak ketiga yaitu perkawinan (22,15%). Hampir seluruh upacara adat paling banyak diadakan oleh masyarakat di daerah perkotaan, hanya upacara adat panen dan upacara lainnya yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat perkotaan yang masih menjunjung tinggi tradisi dan kebudayaan mereka. Dalam salah satu prosesi selama pernikahan adat Tionghoa, terdapat salah satu proses yang menarik, yaitu upacara teh atau disebut dengan Teh Pai. Kata Teh Pai sendiri memiliki arti penghormatan melalui teh yang dilakukan oleh seorang anak kepada orang yang lebih tua, terutama kepada orang tua 5

kandung dengan cara memberikan teh, yang kemudian akan dibalas oleh penerima teh dengan memberikan hadiah berupa angpau atau perhiasan. Upacara teh ini dilakukan pada hari yang sama dengan pesta pernikahan, dan biasanya dilaksanakan sebelum acara resepsi. Prosesi upacara Teh Pai bertujuan untuk memperkenalkan masing-masing anggota keluarga yang dituakan kepada pihak mempelai pria dan wanita secara bergantian. Di samping itu, orang tua serta orang-orang yang dituakan juga menyampaikan nasihat dan doa kepada mempelai agar rumah tangga yang dibina dapat berjalan langgeng dan rukun. Upacara Teh Pai biasa dilakukan di rumah masing-masing calon mempelai, yang biasanya diawali di rumah mempelai wanita terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan ke rumah mempelai pria. Orang-orang yang dijamu dalam upacara teh ini biasanya terdiri dari orang tua kedua mempelai, serta keluarga yang dituakan seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan lainnya. Prosesi upacara Teh Pai dilakukan dengan posisi kedua mempelai dalam posisi berlutut atau membungkuk sambil menjamu dan mempersilahkan teh kepada kedua orang tua. Setelah prosesi jamuan teh selesai, gelas teh dikembalikan ke nampan/baki. Kemudian orang tua membayar atau memberi hadiah yang dapat berupa angpau berisi uang atau perhiasan. Apabila perhiasan, biasanya orang tua langsung mengenakannya kepada mempelai wanita. Sedangkan uang angpau akan diletakkan di atas nampan atau di dalam saku mempelai pria. Tujuan dari pemberian hadiah berupa uang atau perhiasan 6

adalah sebagai modal atau tanda untuk membantu perekonomian keluarga mempelai. Jenis upacara teh yang sering dijumpai biasanya dilakukan sebagai tradisi upacara teh yang berdiri sendiri, artinya upacara teh bukan merupakan suatu tahap atau proses dalam upacara adat. Salah satu negara yang terkenal dengan ritual minum teh adalah Jepang yang dikenal sebagai chanoyu. Upacara minum teh di Jepang dilakukan di ruang teh yang bentuknya seperti tatami, atau ruangan tradisional Jepang yang terbuat dari kayu. Ketenangan dan kejernihan pikiran dibutuhkan dalam ritual ini agar para tamu dapat melakukan relaksasi dan meninggalkan beban pikirannya sejenak. Selain Jepang, ternyata masih banyak negara lain yang juga memiliki ritual minum teh, antara lain Korea yang menyebut ritual teh sebagai darye ; Inggris yang terkenal dengan sebutan tea time ; dan ada juga negara Rusia serta India (http://m.koran-jakarta.com). Sedangkan di negara Cina sendiri, minuman yang sering diminum adalah teh dan arak. Oleh karena itu, kegiatan minum teh memang telah menjadi tradisi hingga turun temurun bagi orang Tionghoa. Menurut Dorothy Perkins (2007, h. 416), seni makanan dan minuman telah lama dikembangkan secara tinggi di Cina. Danandjaja (2007, h. 417) juga berpendapat bahwa makanan dan minuman selalu memegang peranan utama dalam adat istiadat, festival, dan seremonial masyarakat Tionghoa seperti kelahiran, pernikahan, dan pemakaman. 7

Proses upacara teh dalam pernikahan dapat dikatakan jarang atau mungkin tidak terdapat di dalam pernikahan adat lainnya. Fungsi upacara Teh Pai sendiri dikatakan sebagai proses perkenalan keluarga dengan mempelai, dan juga menyatakan bahwa kedua orang tua melepaskan anak-anaknya sebagai sepasang suami-istri. Hal tersebut juga dilakoni oleh masyarakat Tionghoa yang berada di kota Bandar Lampung, provinsi Lampung. Pada tahun 1905 orang-orang Tionghoa memasuki kota Bandar Lampung, dengan perkiraan sebanyak 100 jiwa (Kebudayaan, 1997/1998). Kedatangan orang Tionghoa pada saat itu juga termasuk di dalamnya terdapat suku Hakka (khe) yang merupakan salah satu jenis suku bangsa Tiongkok. Sama halnya seperti Indonesia, masyarakat Tiongkok juga terbagi ke dalam beberapa suku seperti Hakka, Tiociu dan Hokkian yang mendominasi di Indonesia. Dari ketiga suku tersebut, jumlah suku Hakka di Indonesia sendiri hampir mencapai 40%. Kedatangan suku Hakka ke berbagai wilayah negara, diakibatkan karena upaya mereka dalam menghindari peperangan dan ancaman lainnya di Tiongkok Utara, yang merupakan wilayah asal mereka. Dengan demikian, masyarakat Hakka dikenal sebagai tamu atau pendatang karena merupakan imigran di masa itu. Di Indonesia sendiri, Suku Hakka tersebar ke berbagai daerah, seperti Jakarta, Sumatera Selatan (Palembang), Bangka-Belitung, Lampung, Jawa, Batam, dan Kalimantan (Pontianak, Banjarmasin). Masyarakat Tionghoa suku Hakka di Bandar Lampung sendiri, pada umumnya berprofesi sebagai 8

wirausahawan, karena mereka terbiasa dengan situasi ketika menjadi imigran. Dengan demikian karakteristik suku Hakka merupakan orang yang ulet, pekerja keras, mampu beradaptasi, hemat, dan berpikiran terbuka. Dalam keseharian masyarakat Hakka, mereka begitu menjunjung nilai bakti kepada leluhur, sehingga meskipun datang sebagai imigran, mereka tidak melupakan nilai dan kepercayaan yang diwariskan di tempat asalnya. Sehingga tradisi maupun perayaan adat masyarakat Tionghoa kerap dijumpai di Bandar Lampung. Adapun tradisi yang masih dijalankan hingga saat ini seperti perayaan Imlek, penampilan Barongsai, upacara pernikahan dan ritual kematian. Meskipun berasal dari satu bangsa yang sama, perbedaan suku dalam masyarakat Tionghoa juga memberi dampak dalam ajaran atau tradisi yang diturunkan kepada generasi selanjutnya. Begitu pula dengan prosesi pernikahan etnis Tionghoa yang dijalankan oleh suku Hakka dengan suku lainnya. Dari pemaparan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti memutuskan untuk mengkaji salah satu bentuk upacara teh yang ada di dunia, yakni upacara teh dalam adat pernikahan Tionghoa. Upacara Teh Pai dalam adat pernikahan Tionghoa dikatakan unik, karena peran upacara teh tidak lagi dijalankan sebagai sebuah kegiatan, melainkan penyambutan dan penghormatan akan suatu masa transisi. Maka peneliti tertarik untuk mengkaji makna komponen komunikasi pada upacara Teh Pai sebagai salah satu proses dalam pernikahan yang dijalankan oleh masyarakat etnis Tionghoa suku Hakka di Bandar Lampung. 9

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut: Bagaimana pemaknaan komponen komunikasi pada ritual Teh Pai yang terdapat dalam proses pernikahan etnis Tionghoa suku Hakka di Bandar Lampung? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna komponen komunikasi dari ritual Teh Pai yang terdapat dalam proses pernikahan etnis Tionghoa suku Hakka di Bandar Lampung 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Penelitian ini dapat memberi kontribusi dan tambahan pengetahuan akademik, khususnya Fakultas Ilmu Komunikasi, berkaitan dengan pemaknaan secara simbolik dan kajian etnografi komunikasi. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi referensi tinjauan dan kontribusi positif dalam perkembangan ilmu komunikasi. 10

1.4.2 Kegunaan Akademis Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi informasi dan konsumsi praktis komunikasi, terutama terkait pemaknaan simbolik dalam melihat pemaknaan ritual Teh Pai oleh masyarakat etnis Tionghoa suku Hakka di Bandar Lampung. Meskipun tidak tergolong sebagai budaya lokal Indonesia, penulis berharap dengan adanya penelitian ini pembaca dapat memahami dan menghargai budaya lain. Sedangkan bagi masyarakat etnis Tionghoa sendiri, khususnya generasi muda, dapat menjaga dan mewariskan ritual dan tradisi Tionghoa. 11