ABSTRAK (1) Dimana : Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Sinyal yang diterima berdasarkan gambar 1. dapat ditulis:

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

Gambar 2.1 Skema CDMA

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

ANALISIS KINERJA OSTBC (Orthogonal Space Time Block Code) DENGAN RATE ½ DAN ¾ MENGGUNAKAN 4 DAN 3 ANTENA MODULASI M-PSK BERBASIS PERANGKAT LUNAK

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF

PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK. 2. PERENCANAAN SISTEM DAN TEORI PENUNJANG Perencanaan sistem secara sederhana dalam tugas akhir ini dibuat berdasarkan blok diagram berikut:

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

Ayu Rosyida Zain 1, Yoedy Moegiharto 2. Kampus ITS, Surabaya

ESTIMASI KANAL MIMO 2x2 DAN 2x3 MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metode Interference Cancellation yang Efisien pada Jaringan Nirkabel Area Tubuh

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC

KINERJA SISTEM MUD-PIC MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI QPSK

ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

Perancangan Zero Forcing Equalizer dengan modulasi QAM berbasis perangkat lunak

Kata Kunci: ZF-VBLAST dan VBLAST-LLSE.

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

SAINTEKBU Jurnal Sains dan Teknologi Vol.1 No. 2 Desember RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM KOMUNIKASI SPREAD SPECTRUM (Perangkat Lunak)

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA


ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK

KINERJA DETEKTOR ZERO (ZF) DAN MINIMUM MEAN-SQUARED ERROR (MMSE) PADA SISTEM MULTI USER MIMO DENGAN TEKNIK LINEAR PRECODING BLOCK DIAGONALIZATION (BD)

ANALISA PERFORMA SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION DALAM CONVOLUTIONAL CODE PADA SISTEM MULTICARRIER DS CDMA. Disusun Oleh: Nama : Rendy Santosa

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1.

Analisis Kinerja Sistem MIMO-OFDM pada Kanal Rayleigh dan AWGN dengan Modulasi QPSK

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

Analisis Performansi WCDMA-Diversitas Relay pada Kanal Fading

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital FSK, BPSK Dan QPSK Dengan Menggunakan Software

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

UNJUK KERJA KODE-KODE PENEBAR DIRECT SEQUENCE CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING

ANALISA UNJUK KERJA 16 QAM PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PEMODELAN SISTEM

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung HIKMAH MILADIYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA KOMBINASI SISTEM CDMA-OFDM DENGAN MIMO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Simulasi Peningkatan Kemampuan Kode Quasi-Orthogonal melalui Rotasi Konstelasi Sinyal ABSTRAK

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

BAB III PEMODELAN SISTEM

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

Analisis Estimasi Kanal Dengan Menggunakan Metode Invers Matrik Pada Sistem MIMO-OFDM

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA LEAST MEAN FOURTH BASED POWER OF TWO QUANTIZER (LMF-PTQ)

Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital 8-QAM, 16-QAM, dan 64-QAM dengan Menggunakan Software

Analisa Kinerja Sistem MIMO-OFDM Pada Estimasi Kanal LS Untuk Modulasi m-qam

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 5 GHz di Lingkungan dalam Gedung

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

Politeknik Negeri Malang Sistem Telekomunikasi Digital Page 1

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

Analisis Nilai Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA. dengan Teknik Alamouti-STBC. Oleh Sekar Harlen NIM:

Analisis Kinerja Modulasi M-PSK Menggunakan Least Means Square (LMS) Adaptive Equalizer pada Kanal Flat Fading

ANALISIS UNJUK KERJA REED SOLOMON DAN CONVOLUTIONAL CODING PADA KOMBINASI SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT MULTI CARRIER SPREAD SPECTRUM

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

SATUAN ACARA PERKULIAHAN EK.475 SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

Praktikum Sistem Komunikasi

Satuan Acara Perkuliahan Arjuni Budi P.

Transkripsi:

Analisa Kinerja Alamouti Codes pada sistem Succesive Interference Cancellation (SIC) Multiuser Detection (MUD) Code Division Multiple Access (CDMA) dengan Modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK) Berbasis Perangkat Lunak Asri Dewayanti, Yoedy Moegiharto Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus PENS-ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya. Telp : +62+031+5947280; Fax. +62+031+5946011 Email : asri.dewayanti@yahoo.com ABSTRAK Pada proyek akhir ini dilakukan analisa kinerja Alamouti code pada sistem successive inetrferance cancellation (SIC) Multiuser Detection (MUD) CDMA dengan modulasi BPSK. Kinerja dari sistem berupa kurva nilai sebagai fungsi Eb/No. Dari hasil simulasi menunjukan kinerja Alamouti code 2Tx 2Rx lebih baik 3,337 db daripada 2Tx 1Rx, dan 2Tx 1Rx lebih baik 7,75 db dibandingkan tanpa Alamouti code pada SIC. Untuk Alamouti code 2Tx-2Rx stage 3 memiliki kinerja sistem lebih baik 7,637 db daripada stage 1 dan untuk Alamouti code 2Tx-1Rx stage 3 kinerja sistemnya lebih baik 7,779 db dibandingkan stage 1. Alamouti code 2Tx 2Rx dengan 4 pengguna lebih baik 8,894 db dibandingkan20 pengguna dan 2Tx 1Rx dengan 4 pengguna lebih baik 9,143 db dibandingkan 20 pengguna. Alamouti code 2Tx 2Rx dengan chip 127 lebih baik 4,695 db dibandingkan chip 31 dan Alamouti code 2Tx 1Rx pada SIC dengan chip 127 lebih baik 5,53 db dibandingkan chip 31. Kata kunci : successive inetrferance cancellation, alamouti code,, CDMA 1. PENDAHULUAN CDMA adalah teknik akses jamak berdasarkan teknik komunikasi spread spectrum, pada kanal frekuensi yang sama dalam waktu yang sama digunakan kode kode yang unik untuk mengidentifikasikan masing masing pengguna. Karena menggunakan kanal frekuensi dan waktu secara bersamaan, maka pengguna lain dapat menyebabkan interferensi pada pengguna tertentu yang disebut dengan MAI (Multiple Access Interference). Untuk mengurangi atau memperkecil pengaruh MAI maka diterapkan sistem multiuser detection salah satunya adalah successive interference cancellation (SIC). Pada sistem komunikasi bergerak atau wireless yang menggunakan media transmisi udara, terdapat fenomena multipath fading dapat menurunkan kinerja suatu sistem. Multipath fading adalah fenomena sinyal datang/sinyal yang dipancarkan dapat mengalami pelemahan, perusakan, waktu tunda dan memiliki fase yang berbeda atau bahkan berlawanan sama sekali dikarenakan adanya penghalang-penghalang seperti gunung maupun gedung atau obyek lain yang menyebabkan distorsi sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan pendeteksian sinyal pada penerima. Untuk mengatasi akibat buruk dari adanya multipath fading dapat digunakan teknik Alamouti code. 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Multiuser Detection Multi user detectecion adalah suatu teknik yang mengasumsikan daya yang di terima dari semua pengguna adalah tetap, sekaligus mendemodulasikan semua sinyal yang di terima dari semua pengguna secara bersamaan. Dalam proyek akhir ini akan dilakukan analisa pada sub optimal multi user detector yang bersifat non linier yaitu Succesive Interference Cancellation. 2.2. Successive Interference Cancellation Successive Interference Cancelation (SIC) adalah dtektor yang mendeteksi user secara serempak. SIC beroperasi secara sederhana mengurangi pertambahan dari MAI dengan pengurangan kekuatan sinyal dari user. Cara kerja dari SIC yaitu membatalkan sinyal interferensi dengan daya terkuat terlebih dahulu atau yang paling dianggap mengganggu, lalu diikuti oleh sinyal dengan daya terkuat selanjutnya, dan seterusnya sampai diperoleh bentuk sinyal yang diinginkan. SIC awalnya memberi peringkat dahulu terhadap kekuatan dari sinyal tersebut sebelum dibatalkan, yang diperoleh dengan estimasi kanal terpisah atau langsung dari detektor konvensional. Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Sinyal yang diterima berdasarkan gambar 1. dapat ditulis: r(t) = Ak(t)gk(t τk). dk(t τk) + n(t) Dimana : (1) 1

r(t) = Sinyal yang diterima k = pengguna Ak = Deretan amplitudo gk = Deratan Chip (Spread Chip Squence) dk = data modulasi τk = Delay untuk pengguna k n(t) = Noise AWGN (Additive White Gaussian Noise) Pada langkah yang terakhir, setelah pengguna ke-k terdeteksi dan dicancel, maka akan didapatkan sinyak yang dirumuskan sebagai berikut : r (t) = r(t) Ajb s (2) 2.3. Alamouti Code 2.3.1. Dua pemancar, Satu Penerima Teknik Alamouti adalah merupakan teknik diversitas yang dikembangkan pada sisi pemancar. Sistem ini menggunakan 2 buah antenna pemancar dengan 1 buah antenna penerima. Sebelum dipancarkan, sinyal dikodekan terlebih dahulu dengan menggunakan Alamouti code [7]. Sistem ini data mengirimkan 2 simbol yang berbeda dalam satu waktu. Diasumsikan bahwa s 0 dan s 1 adalah simbol yang telah dimodulasi oleh PSK modulator. Pada waktu pertama (t) antena ke-1 mengirimkan sinyal berupa simbol s 0 dan antena ke-2 mengirimkan sinyal berupa simbol s 1. Kemudian pada waktu kedua (t+t) simbol dari masing-masing antenna pemancar tersebut dikonjuget sehingga mejadi simbol - s 1 * pada antenna ke-1 dan simbol s 0 * pada antena ke-2, seperti ditunjukkan pada tabel 1 berikut Tabel 1. Simbol complex conjuget Time antena 1 antena 2 T s 0 s 1 t+t -s 1 * s 0 * Gambar 2. Rancangan Alamouti menggunakan 2 antena pemancar dengan 1 antena penerima [4] Kanal pada time t terbentuk oleh complex multiplicative distortion (penyimpangan distorsi) h 0 (t) pada antena pemancar 1 dan h 1 (t) pada antena pemancar 2. Bila diumpamakan 2 simbol tersebut memiliki fading (pelemahan daya sinyal yang diterima) yang konstan maka dapat dituliskan sebagai berikut h 0 (t) = h 0 (t + T) = h 0 = α 0 e jθ0 h 1 (t) = h 1 (t + T) = h 1 = α 1 e jθ1 (3) dimana T adalah simbol dari periode. Kemudian sinyal pada antena penerima dapat dituliskan sebagai berikut : r 0 = r(t)= h 0 s 0 + h 1 s 1 +n 0 r 1 = r(t + T)= -h 0 s 1 * + h 1 s 0 * +n 1 (4) dimana r 0 dan r 1 adalah sinyal yang diterima pada antenna penerima waktu t dan t + T dan n 0 dan n 1 adalah simbol dari noise dan interferensi. Rancangan Combiner (combiner scheme) Sinyal sinyal yang diterima pada antena penerima akan masuk ke alat yang disebut combiner, dimana terdapat kanal estimasi. Sehingga sinyal menjadi : s 0 = h 0 *r 0 + h 1 r 1 * s 1 = h 1 *r 0 - h 0 r 1 * 5) Dengan mensubstitusi persamaan (3),(4), dan (5) maka didapatkan bentuk sinyal sebagai berikut : s 0 = (α + α )s 0 + h 0 *n 0 + h 1 n 1 * s 1 = (α + α )s 1 h 0 n 1 * + h 1 *n 0 (6) Maximum Likelihood Detector Sinyal dari combiner akan masuk ke Maximum Likelihood Detector untuk melakukan keputusan, dimana diharapkan sinyal yang didapatkan adalah sama dengan sinyal input, yaitu s 0 dan s 1. Sehingga apabila sinyal yang didapat mendekati sinyal aslinya maka dianggap tidak terjadi kesalahan. Pada Maximum Likeliood Detector berlaku rumus sebagai berikut : ( r α, s α, s 2 + r + α, s α, s 2 )(7) Untuk s 0 didapatkan persamaan dengan memilih s i (sinyal input) pada sinyal PSK (Phase Shift Keying) (α + α 1) s 2 +d (s 0,s ) (α + α 1) s 2 +d (s 0,s ) (8) Untuk sinyal PSK s 2 = s 2 =E (9) Dimana persamaan E s adalah merupakan energi sinyal. Sehingga didapatkan persamaan : d (s 0, s i) d (s 0, s k) (10) Hal tersebut berarti apabila nilai s i (sinyal input) kurang dari atau sama dengan s k (sinyal yang diterima) maka dianggap tidak terjadi kesalahan sehingga sinyal yang dikeluarkan adalah s 0. Demikian juga untuk sinyal s 1, dengan memilih s i sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut : 2

(α + α 1) s 2 +d (s 1,s ) (α + α 1) s 2 + d (s 1,s ) (10) Untuk sinyal berikut : PSK diperoleh persamaan sebagai d (s 1, s i) d (s 1, s k) (11) 2.3.2. Dua Pemancar, Dua Penerima Gambar 3. Skema transmisi dengan 2 antena pengirim dan 2 antena penerima [4] Pada saat t, T x0 memancarkan sinyal s 0 dan T x1 memancarkan sinyal s 1, kemudian saat t+1, T x0 memancarkan sinyal s 1 * dan T x1 memancarkan sinyal s 0 *. Tanda * merupakan operasi konjuget. Pada proses encoding sinyal yang dipancarkan dipengaruhi fading. Kemudian diterima oleh antena penerima dimana sinyal yang diterima tersebut juga dipengaruhi oleh noise. Sinyal yang diterima oleh antena penerima kemudian masuk kedalam combiner dimana di dalamnya terdapat kanal estimate yang fungsinya adalah untuk mengestimasi sinyal yang diterima. Setelah mengalami estimasi kmudian sinyal tersebut masuk ke dalam blok Maximum Likelihood Detector untuk melakukan proses pengambilan keputusan. Pada antenna penerima r x0 persamaan sinyal yang diterima adalah r 0 = h 0 s 0 + h 1 s 1 +n 0 r 1 =-h 0 s 1 * + h 1 s 0 * +n 1 (12) Sedangkan pada antenna r x1 adalah r 2 = h 2 s 0 + h 3 s 1 + n 2 r 3 =-h 2 s 1 * + h 3 s 0 * +n 3 (13) Sinyal sinyal yang diterima pada antena penerima akan masuk ke alat yang disebut combiner, dimana terdapat kanal estimate. Sehingga sinyal menjadi : s 0 = h 0 *r 0 + h 1 r 1 *+h 2 *r 2 + h 3r 3 * s 1 = h 1 *r 0 - h 0 r 1 * +h 3 *r 2 - h 2r 3 * (14) Persamaan (12) dan (13) didistribusikan ke persamaan (14) sehingga diperoleh : s 0=(α + α + α + α )s 0 + h 0*n 0 + h 1n 1 *+ h 2 *n 2 + h 3n 3 * s 1=(α + α + α + α )s 1 h 0n 1 * + h 1*n 0 h 2n 3 * + h 3*n 2 (15) Maximum Likelihood Detector Sinyal dari combiner akan masuk ke Maximum Likelihood detector untuk melakukan keputusan, dimana diharapkan sinyal yang didapatkan adalah sama dengan sinyal input, yaitu s 0 dan s 1. Sehingga apabila sinyal yang didapat mendekati sinyal aslinya maka dianggap tidak terjadi kesalahan. Sinyal-sinyal s 0 dan s 1 yang didapat dari blok combiner kemudian dilewatkan ke maximum likelihood detector yang kemudian menentukan simbol apakah yang sesungguhnya dikirimkan. Pada Maximum Likeliood Detector berlaku rumus sebagai berikut : ( r α, s α, s + r + α, s α, s + r α, s α, s + r + α, s α, s (16) Untuk s 0 didapatkan persamaan dengan memilih s i (sinyal input) pada sinyal PSK (Phase Shift Keying) (α + α + α + α 1) s 2 +d (s 0,s ) (α + α + α + α 1) s 2 +d (s 0,s ) (17) Untuk sinyal PSK s 2 = s 2 =E (18) Dimana persamaan E s adalah merupakan energi sinyal. Sehingga didapatkan persamaan : d (s 0, s i) d (s 0, s k) (19) Hal tersebut berarti apabila nilai s i (sinyal input) kurang dari atau sma dengan s k (sinyal yang diterima) maka dianggap tidak terjadi kesalahan sehingga sinyal yang dikeluarkan adalah s 0. Demikian juga untuk sinyal s 1, dengan memilih s i sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut : (α + α + α + α 1) s 2 +d (s 1, s ) (α + α + α + α 1) s 2 +d (s 1,s ) (20) Untuk sinyal berikut : PSK diperoleh persamaan sebagai d (s 1, s i) d (s 1, s k) (21) 3

3. METODOLOGI 3.1 Perancangan Sistem Pada proyek akhir ini dibahas kinerja Alamouti code pada SIC untuk mengatasi efek multipath fading pada sistem Succescive Interference Cancellation untuk mengatasi adanya interferensi oleh pengguna lain yang disebut dengan Multiple Access Interference (MAI). Untuk menentukan kinerja tersebut ditunjukan dengan nilai probabilitas kesalahan bit/ Bit Error Rate () sebagai fungsi Eb/No. Dari Gambar 4 dapat dijelaskan sistem kerja dari Alamouti code pada SIC adalah sebagai berikut : 1. Data yang dibangkitkan secara acak sebagai data masukan (input). Bit data ini dalam bentuk binary. 2. Bit informasi dimodulasi dengan BPSK. 3. Proses spreading menggunakan perkalian X- OR antara data informasi (sinyal) dengan PN code (goldcode) dengan memakai goldcode 31 dan 127. Misal pengguna sama dengan 5, dan bila menggunakan goldcode 31 maka jumlah chip 31 untuk pengguna. Begitu juga untuk goldcode 127. Sehingga matrixnya [5][31] atau [5][127] sehingga untuk tiap pengguna didapatkan matrix [1][31]. Sama halnya untuk goldcode 127. 4. Bit tersebut sebelum dipancarkan, sinyal dikodekan terlebih dahulu dengan mengirimkan 2 simbol (s0 dan s1) yang berbeda dalam satu waktu. Pada waktu pertama (t) antenna ke-1 mengirimkan sinyal berupa simbol s0 dan antenna ke-2 mengirimkan sinyal berupa simbol s1. Kemudian pada waktu kedua (t+t) simbol dari masing-masing antenna pemancar tersebut dikonjuget sehingga mejadi simbol - s1* pada antenna ke-1 dan simbol s0* pada antenna ke-2 Gambar 4. Rancangan Simulasi 5. Simbol dipancarkan melalui antenna pemancar yang terdapat noise dan multipath fading. 6. Sinyal yang diterima akan diproses melalui combiner dan maximum likelihood detector. 7. Sinyal yang diterima dari maximum likelihood detector diproses dengan despreading dan melaukan metode successive interference cancellation untuk mengurangi MAI. 8. Proses despreading dilakukan dengan mengalikan dengan PN code yang sama seperti pada PN code pada sisi pengirim. Hasil pengkalian tersebut akan diperoleh urutan sinyal informasi dalam bentuk bit. 9. Setelah proses despreading kemudian dilakukan proses decision bit, untuk memutuskan bit itu 1 atau -1. Kemudian sebelum proses SIC dengan dilakukan respread kembali karena proses cancellation yang dilakukan dalam bentuk chip. Pada simulasi ini dilakukan pengamatan sampai pada stage ke 3. 10. Proses demodulasi BPSK pada penerima dilakukan untuk memperoleh kembali bit-bit informasi yang sebelumnya telah dimodulasi pada sisi pemancar. 11. Penentuan informasi bit yang diterima. 12. Pendeteksian tingkat kesalahan selama proses pengiriman dengan melihat (Bit Error Rate) yang timbul 4. PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL 4.1 Kinerja Alamouti code pada Successive Interference Cancellation (SIC) dengan Stage 1,2 dan 3 Simulasi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari SIC pada sistem Alamouti code. Data 4

yang diambil dalam simulasi adalah sistem Alamouti code pada SIC dengan jumlah pengguna sebanyak 10 untuk nilai Eb/No 0 sampai 20 db. Hasil simulasi hanya dilakukan 3 stage cancellation. Dari gambar 5 diketahui nilai Eb/No untuk stage 1, stage 2 dan stage 3 dari Alamouti code 2Tx-2Rx pada SIC ketika nilai adalah Eb/No sebesar 17.65dB, 12.9 db dan 9.026 db. Dari nilai Eb/No terlihat bahwa stage 3 kinerjanya lebih baik 8.624 db dibandingkan stage 1. perbandingan antena 2Tx 2Rx pada SIC stage 1, 2 dan 3 kanal rayleigh fading stage 1 stage 2 stage 3 dengan nilai Eb/No 0 sampai 20 db. Simulasi ini dilakukan pengamatan pada stage ke-3. Untuk mencapai, sistem Alamouti code 2 Tx Rx, 2Tx-1Rx dan tanpa Alamouti kanal Rayleigh fading memerlukan nilai Eb/No sebesar 8,913 db, 12,25 db dan 20 db. Sehingga untuk Alamouti code 2 Tx 2Rx pada SIC lebih baik 3,337 db dibandingkan Alamouti code 2 Tx 1Rx pada SIC pada kanal Rayleigh fading dan Alamouti code 2 Tx 1Rx pada SIC lebih baik 7,75 db dibandingkan tanpa Alamouti code pada SIC pada kanal Rayleigh fading. X: 9.026 X: 12.9 Y: 0.001004 X: 17.65 Y: 0.001002 Perbandingan tanpa dan dengan Alamouti code dgn dan tanpa Rayleigh fading Tanpa Alamouti code(rayleigh fading) 2Tx-1Rx(Rayleigh fading) 2Tx-2Rx(Rayleigh fading) 2Tx-1Rx(tanpa Rayleigh fading) 2Tx-2Rx(tanpa Rayleigh fading) X: 4.229 Y: 0.001009 X: 6.489 Y: 0.001005 X: 8.913 Y: 0.001006 X: 12.25 Y: 0.001007 X: 20 Y: 0.00116 Gambar 5. Perbandingan Alamouti code 2Tx-2Rx pada SIC stage 1,2 dan 3 kanal Rayleigh fading perbandingan antena 2Tx 1Rx pada SIC stage 1, 2 dan 3 kanal rayleigh fading X: 11.9 X: 16.45 stage 1 stage 2 stage 3 X: 19.82 Gambar 6. Perbandingan Alamouti code 2Tx-1Rx pada SIC stage 1,2 dan3 kanal Rayleigh fading Dari Gambar 6 dapat diketahui nilai Eb/No untuk stage 1, stage 2 dan stage 3 dari sistem Alamouti code 2Tx-1Rx pada SIC ketika nilai adalah Eb/No sebesar 19.82 db, 16.45 db dan 11.9 db. Dari nilai Eb/No terlihat bahwa stage 3 kinerjanya lebih baik 7.92 db dibandingkan stage 1. 4.2 Kinerja Sistem Tanpa dan Dengan Alamouti code pada Successive Interference Cancellation (SIC) Tanpa dan Dengan Rayleigh fading Gambar 7 menunjukan hasil simulasi perbandingan sistem tanpa dan dengan Alamouti code pada SIC. Jumlah pengguna sebanyak 10 Gambar 7. Perbandingan tanpa dan dengan Alamouti code pada SIC stage 3 tanpa dan dengan rayleigh fading 4.3 Kinerja Alamouti code pada Successive Interference Cancellation (SIC) dengan Berbagai Pengguna Simulasi ini menunjukan hasil perbandingan jumlah pengguna aktif sistem Alamouti code pada SIC. Jumlah pengguna pada sistem adalah 4 pengguna, 12 pengguna dan 20 pengguna dengan nilai Eb/No 0 sampai 20 db. Perbandingan Alamouti code 2Tx-2Rx pada SIC kanal Rayleigh fading berbagai pengguna X: 6.668 X: 9.908 4 pengguna 12 pengguna 20 pengguna X: 16.24 Gambar 8. Perbandingan Alamouti code 2Tx-2Rx pada SIC kanal Rayleigh Fading berbagai pengguna Gambar 8 menunjukkan saat nilai maka Eb/No untuk 4 pengguna, 12 pengguna dan 20 pengguna adalah 6.668 db, 9.908 db dan 5

16.24 db. Sehingga Alamouti code 2 Tx 2Rx pada SIC dengan 4 pengguna lebih baik 9.572 db dibandingkan20 pengguna. Perbandingan Alamouti code 2Tx-1Rx pada SIC kanal Rayleigh fading berbagai pengguna 4 pengguna 12 pengguna 20 pengguna 2Rx pada SIC dengan 31 chip dan 127 chip diperlukan Eb/No sebesar 10.42 db dan 2.772 db. Sehingga untuk Alamouti code 2 Tx 2Rx pada SIC dengan chip 127 lebih baik 7.648 db dibandingkan chip 31. Perbandingan Alamouti code 2Tx-1Rx pada SIC kanal rayleigh fading chip 31 dan 127 31 chip 127 chip X: 9.678 Y: 0.001002 X: 12.21 Y: 0.001002 X: 17.92 Y: 0.001004 X: 4.87 X: 12 Y: 0.001 Gambar 9. Perbandingan Alamouti code 2Tx-1Rx pada SIC kanal Rayleigh Fading dengan berbagai pengguna Berdasarkan gambar 9 untuk mencapai maka nilai Eb/No untuk 4 pengguna, 12pengguna dan 20 pengguna adalah 9.678 db, 12.21 db dan 17.92 db. Sehingga untuk Alamouti code 2 Tx 1Rx pada SIC dengan 4 pengguna lebih baik 8.242 db dibandingkan 20 pengguna. Sehingga untuk kapasitas user yang semakin besar maka nilai Eb/No-nya harus lebih besar apabila ingin memperoleh. 4. 4 Kinerja Alamouti code pada Successive Interference cancellation (SIC) dengan Berbagai Kondisi Chip Pada sistem ini digunakan jenis PN code yaitu gold code, dengan panjang m-sequence sebanyak 5 dan 7. Sehingga panjang chip maksimal yang dihasilkan untuk tiap pengguna adalah sebanyak 31 (2 n -1, n adalah panjang m-sequence) dan 127. Sehingga untuk tiap pengguna didapatkan matrix [1][31] atau [1][127]. Perbandingan Alamouti code 2Tx-2Rx pada SIC kanal rayleigh fading chip 31 dan 127 X: 2.772 X: 10.42 31 chip 127 chip 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Gambar 10. Perbandingan Alamouti code 2Tx-2Rx pada SIC kanal Rayleigh fading chip 31 dan 127 Gambar 10 menunujukkan untuk mencapai, sistem Alamouti code 2 Tx Gambar 11. Perbandingan Alamouti code 2Tx- 1Rx pada SIC kanal Rayleigh fading chip 31 dan 127 Gambar 11 menunujukkan untuk mencapai, sistem Alamouti code 2 Tx 1Rx pada SIC dengan 31 chip dan 127 chip diperlukan Eb/No sebesar 12 db dan 4.87 db. Sehingga untuk Alamouti code 2 Tx 1Rx pada SIC dengan chip 127 lebih baik 7.13 db dibandingkan chip 31. 5. KESIMPULAN 1. Dari hasil kinerja dengan Alamouti code stage 1,2, dan 3 a. Untuk Alamouti code 2Tx-2Rx stage 3 memiliki kinerja sistem lebih baik 7.637 db daripada stage 1. b. Untuk Alamouti code 2Tx-1Rx stage 3 memiliki kinerja sistem lebih baik 7.779 db daripada stage 1. 2. Dari hasil kinerja tanpa dan dengan Alamouti code pada SIC dengan Rayleigh fading a. Untuk Alamouti code 2Tx 2Rx lebih baik 3,337 db dibandingkan Alamouti code 2 Tx 1Rx. b. Untuk Alamouti code 2Tx 1Rx lebih baik 7,75 db dibandingkan tanpa Alamouti code. 3. Dari hasil kinerja Alamouti code tanpa dan dengan Rayleigh fading a. Alamouti code 2Tx-2Rx pada SIC tanpa Rayleigh fading lebih baik 4,684 db dibandingkan dengan Rayleigh fading. b. Alamouti code 2Tx-1Rx pada SIC tanpa Rayleigh fading lebih baik 5,761 db dibandingkan dengan Rayleigh fading. 4. Dari hasil kinerja Alamouti code dengan berbagai pengguna a. Untuk Alamouti code 2Tx 2Rx pada SIC dengan 4 pengguna lebih baik 8.894 db dibandingkan20 pengguna 6

b. Untuk Alamouti code 2Tx 1Rx pada SIC dengan 4 pengguna lebih baik 9.143 db dibandingkan 20 pengguna. 5. Dari hasil kinerja Alamouti code dengan berbagai chip a. Untuk Alamouti code 2Tx 2Rx pada SIC dengan chip 127 lebih baik 4.695 db dibandingkan chip 31 b. Untuk Alamouti code 2Tx 1Rx pada SIC dengan chip 127 lebih baik 5.53 db dibandingkan chip 31. DAFTAR PUSTAKA [1] Meel.J., Spread spectrum, IWT HOBU Fonds, De Nayer Instituut, October 1999. [2] Maria Orbita I, Pembuatan Program Simulasi Teknik Power Control dan Multiuser Detection Pada System Komunikasi Bergerak, Tugas Akhir 2007, EEPIS-ITS Surabaya, 2007. [3] Aasif Dingankar, Anil Kumar, Payal Jain, Digital Communications Multiuser Detection For Synchronous CDMA, ECPE 5654. [4] Pulin Patel, Jack Holtzman : Analysis of a Simple Successive Interference Cancellation Scheme in a DS/CDMA System. IEEE Journal on Selected Areas in Communications, 12(5):796 807, June 1994 [5] Michael Buehrer, Neiyer S. Correal-Mendoza, dan Brian D. Woerner : A Simulation Comparison of Multiuser Receivers Cellular CDMA. IEEE Journal on Select Areas in Communcations, 49(4):1065 1085, July 2000 [6] Reza Aditya Wardhana, Evaluasi Kinerja Diversitas Transmit Berbasiskan Space Time BlockCode (STBC), Tugas Akhir 2007, Sekolah Teknik Eletro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, 2007. [7] Siavash M. Alamouti. A Simple Transmit Diversity Technique for Wireless Communications. IEEE Journal on Select Areas in Communcations, 16(8):1451 1458, October 1998. [8] Hamid Jafarkhani. Space-Time Block Coding Wireless Communications: Performance Results. IEEE Journal on Select Areas in Communcations, 17(3):451 460, March 1999. [9] David Gesbert, Mansoor Shafi, Da-shan Shiu, Peter J. Smith, and Ayman Naguib. From theory to practice: An overview of mimo space-time coded wireless systems. IEEE Journal on Selected Areas in Communications, 21(3):281 302, 2003. [10] Soo Cho.Yong, dkk, MIMO-OFDM Wireless Communication with MATLAB, John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, 2 Clementi Loop. # 02-01, Singapore,2010 7

a 8